KAJIAN TENTANG EQUATION OF TIME, UNIVERSAL TIME (GREENWICH
MEAN TIME) DAN LOCAL MEAN TIME
Oleh: Dedi Romli
Tri Putra, Lc. (135212010)
& Erwandi
Gunawan DLY, S.PdI (135212011)
A.
Pendahuluan.
Dalam sistem koordinat (alt, azm)
dan sistem koordinat sudut waktu (δ, t) koordinat bintang berubah dengan berubahnya waktu. Orientasi satu sistem
koordinat bola langit terhadap koordinat lainnya berubah menurut waktu. Harus
dibedakan antara antara titik waktu (epoch)
dan interval waktu (selang waktu). selang waktu adalah jumlah dalam satuan
waktu yang terlewati diantara dua titik waktu (Vinallueva, 1978: 64). Untuk
menentukan jumlah satuan untuk interval waktu ini digunakan skala waktu
tertentu. Untuk menyusun skala waktu diperlukan satu fenomena yang dapat
diamati yang berulang-ulang dengan periode yang konstan dan dapat dihitung atau
diukur. Periode-periode yang konstan tersebut dapat digunakan untuk menentukan
skala seperti tahun, bulan, hari, jam, menit, detik dan seterusnya.
Dari fenomena yang teramati yang
menjadi dasar skala waktu tertentu, maka dikenal sistem-sistem waktu seperti
–1. waktu bintang yang didasarkan pada fenomena rotasi bumi yang berputar pada
porosnya. 2. waktu matahari yang didasarkan juga pada fenomena rotasi bumi,
hanya saja bedanya dengan waktu bintang adalah matahari memiliki komponen lain
dibola langit, yaitu gerakan semu matahari pada lingkaran ekliptika. 3. Waktu
ephemeris yang didasarkan reolusi bumi mengelilingi matahari. Yang terahir
waktu atom yang didasarkan pada oskilasi elektromagnetik karena transisi
quantum suatu atom. Dari keempat waktu tersebut penulis mencoba membatasi
kajian tentang waktu-waktu ini pada dua kajian saja yaitu waktu bintang dan
waktu matahari berikut dengan patokan yang dipakai dalam menentukan waktu-waktu
di bumi yaitu waktu Greenwich Mean Time, Local Mean Time dan perata aktu
(Equation of Time) yang disebabkan oleh perputaran matahari semu tidak selalu
rata.
B.
Pembahasan
1.
Waktu Bintang
Fenomena
yang berulang-ulang yang dipakai sebagai dasar waktu bintang adalah rotasi
bumi, yang menyebabkan titik semi (rata-rata) setiap berkulminasi atas disuatu
meridian dengan periode yang hampir konstan .waktu bintang pada suatu waktu harganya sebesar sudut waktu
dari titik semi. Seperti telah dinyatakan bahwa dibedakan antara titik semi
sejati dan titik semi rata-rata, maka sudut waktu dari titik semi sejati
dinamakan waktu bintang sejati (Apparent
Sidereal Time [AST]) dan sudut waktu diukur dari titik semi menengah /
rata-rata dinamakan waktu bintang rata-rata (Mean Sidereal Time). Bila yang menjadi acuan adalah meridian
Greenwich maka dinamakan Greenwich Apparent Sidereal Time, bila yang menjadi
acuan adalah meridian lokal, maka disebut dengan Local Mean Sidereal Time.
Gb. 1
GST dan LST adalah waktu sejati
atau waktu pertengahan yang diambil dari jarak asensiorekta bintang terhadap
titik semi (Vernal Equinox) sejati atau menengah.
2.
Waktu Matahari
Waktu hakiki adalah waktu yang
menjadikan peredaran matahari hakiki sebagai acuannya. Pukul 12.00 siang hari
adalah waktu dimana matahari mencapai titik kulminasi atasnya. Waktu hakiki ini
ditetapkan dengan acuan titik kulminasi atas atau mencapai lingkaran meridian
suatu tempat, oleh sebab itu setiap daerah yang yang berada dibarat dan timur
memiliki waktu yang berbeda. (Hambali, 2011: 81)
Perbedaan tersebut disebabkan oleh
bentuk bumi yang berbentuk seperti bola yang mana bumi juga berotasi pada
porosnya yang menyebabkan bagian wajah bumi yang tersinari matahari akan selalu
berubah. Perubahan inilah yang menjadikan setiap daerah dipermukaan bumi
khususnya di bumi bagian timur dan barat akan berlainan waktunya. Rotasi bumi
pada porosnya menyebabkan beberapa hal dipermukaan bumi, antara lain:
a. Terjadinya
pergantian siang malam
Akibat
bentuk bumi yang bulat dan berputar pada porosnya maka bagian bumi yang
berhadapan dan membelakangi matahari akan bergantian. Permukaan bumi yang
menghadap matahari akan mengalami waktu siang dan permukaan bumi
yang membelakanginya mengalami kondisi malam.
b. Terjadinya
perbedaan waktu di daerah-daerah
Perbedaan
siang dan malam akibat rotasi di bumi mengakibatkan adanya perbedaan waktu di
permukaan di bumi. Daerah yang terlebih dahulu menghadap ke arah matahari waktunya
lebih dahulu dari daerah sebelah baratnya. Daerah yang ada di bujur timur akan
lebih dahulu mengalami terbit dan tenggelamnya. Perbedaan waktu tersebut
adalah sebesar 1 jam untuk setiap perbedaan 15 derajat bujur, atau 4 menit
untuk setiap 1 derajat bujur. Perhitungan ini diperoleh dari waktu yang
diperlukan untuk satu kali rotasi penuh (360 derajat) selama kurang lebih 24
jam.
c. Adanya
pergerakan semua pada benda-benda angkasa
Bumi
berotasi pada porosnya dari barat ke timur, dengan demikian terlihat oleh kita
benda-benda di angkasa seperti matahari, bulan dan bintang-bintang di langit
beredar dari timur ke arah barat. Peredaran benda-benda angkasa yang nampak
dari timur ke barat itu merupakan gerak semu akibat rotasi bumi. (Maskufa,
2010: 43)
Selain
bergerak secara rotasi, bumi juga mengalami gerak revolusi. Revolusi bumi adalah peredaran
bumi mengelilingi matahari dari arah barat ke timur. Satu kali putaran penuh
memerlukan waktu 365.2425 hari, sehingga gerak bumi ini disebut gerak
tahunan (Khazin, 2011: 129). Hukum
Kepler I menyatakan Orbit bumi berupa lingkaran ellips. Dalam lingkaran ellips
ada dua titik api dengan matahari berada di salah satu titik api tersebut.
Peredaran
bumi yang mengelilingi matahari yang berbentuk ellips inilah yang menyebabkan
adanya perputaran bumi pada sumbunya tidak tentu 24 jam, terkadang kurang dan
terkadang lebih[1].
Pada saat bumi memiliki jarak yang semakin dekat dengan matahari maka
pergerakannya baik rotasi maupun revolusinya akan semakin cepat yang mengakibatkan
interval waktu satu hari saat itu lebih pendek. Kecepatan revolusi bumi yang
tidak rata ini yang menjadi penyebab adanya perbedaan antara waktu matahari
hakiki dengan waktu matahari rata-rata (pertengahan). Walaupun selalu
berubah-ubah, jika dinisbatkan dengan waktu hakiki (waktu matahari) kulminasi
matahari selalu terjadi pada pukul 12.00. tetapi waktu pertengahan (jam kronolog) yang jalannya rata, kulminasi
matahari terkadang terjadi bersamaan dengan waktu hakiki, terkadang kurang dan
terkadang melebihi waktu hakiki. Selisih waktu hakiki dengan waktu pertengahan
ini disebut dengan perata waktu (Equation
of Time, Ta’dil al-waqt atau Ta’dil as-Syams). Dalam buku-buku astronomi
perata waktu di tandai dengan simbol ”e” kecil. Jika matahari geraknya cepat
harga ”e” positif, dan jika lambat, harga ”e” negatif. Untuk mengetahui saat
kulminasi dalam waktu pertengahan setempat digunakan rumus : 12.00 – e.
Sedangkan untuk mengetahui saat kulminasi matahari dalam waktu pertengahan
daerah digunakan rumus : 12.00 – e + KWD waktu daerah (Nawawi, 2010: 20).
3.
Greenwich Mean
Time
Untuk
memungkinkan waktu matahari dapat dipakai diseluruh dunia, orang menentukan
waktu yang baku sehingga tempat dimana saja didunia ini dapat memakai waktu
yang sama. Pada tanggal 1-22 Oktober 1884, para astronom dari 25 negara
mengadakan konvensi internasional yang dalam kesepakatannya menetapkan sebuah
aturan lintang bujur dan lintang tempat di permukaan bumi dengan membuat
garis-garis bantu (sani, 2010: 10). Waktu yang baku ini adalah greenwich suatu
tempat yang terletak pada bujur 0° dan menggunakan waktu matahari rata-rata
oleh karena itu disebut “ Waktu Rata-Rata Greenwich” (Greenwich mean time) =
GMT
Penyesuaian
waktu ini untuk tempat-tempat lainnya dipermukaan bumi ini disesuaikan dengan
bujur tempat. Keliling permukaan bumi
ini dibagi menjadi 360°, terdiri dari 180° bujur barat, yaitu tempat-tempat
yang terletak disebelah barat Greenwich, dan 180° bujur timur disebelah timur
greenwich.
Karena keliling
bumi ini (360°) ditempuh matahari dalam waktu 24 jam, berarti setiap derajat
bujur ditempuh matahari dalam waktu 24 jam = 1440 menit dibagi 360 = 4 menit
perjam. Dengan demikian suatu tempat yang terletak pada 106° 49’ akan mempunyai
perbedaan dengan waktu greenwich sebesar 106° 49’x 4 menit = 4/60 x 106° 49’ =
1/15 x 106°49’ = 106°49’/15 = 7j 7m 16d, kalau
letaknya pada bujur barat 7j 7m 16d itu
dipakai untuk mengurangi jam waktu greenwich. Kalau saat itu jam 12.00 GMT,
maka pada 106° 49’ bujur barat saat itu adalah jam 12.00 - 7j 7m
16d = 4 jam 52 menit 44
detik, sedangkan pada 106° 49’ bujur timur adalah jam 12.00 + 7j 7m 16d = 19j 7m 16d.
ini disebut waktu rata-rata setempat (Local Mean Time = GMT).
4.
Waktu Meridian (Local Mean Time)
Waktu surya
hakiki dan waktu pertengahan selalu ditinjau dengan cara membandingkan sudut
waktu, yang besarnya dihitung dari meridian setempat. Sehubungan dengan itu
maka kedua macam itu adalah bersifat setempat ( Local Mean Time). Apabila kita
beranjak ke Timur atau ke Barat meridian kita berubah dan waktu yang
ditunjukkan oleh jam tentu harus berubah pula. Dari masing-masing tempat
mempunyai waktu setempat sendiri-sendiri misalnya waktu Semarang, waktu
Surabaya, waktu Mekkah dan Greenwich dan lainnya. Oleh karena meridianlah yang
merupakan pokok dari penentuan waktu setempat, waktu-waktu itu boleh dinamakan
menurut meridian masing-masing, seperti : Greenwich terletak pada meridian 0°
waktu setempat di Greenwich (Greenwich Mean Time atau Greenwich Civil Time yang
disingkat GMT atau GCT). Dapat pula
dikatakan waktu meridian 0, sehingga dapat berlaku untuk semua tempat yang
terletak pada meridian 0. Mekkah terletak pada meridian 39° 50’, waktu Makkah
adalah waktu setempat bagi semua tempat yang meridiannya sama dengan Makkah
tersebut (Sani, 2013: 12).
5.
Equation of Time
Sehubungan dengan perjalanan waktu
hakiki tidak tepat, maka terdapatlah perbedaan yang selau berubah-ubah di
antara waktu hakiki dan waktu pertengahan. Perbedaan waktu tersebut dinamakan
perata waktu yang biasanya dilambangkan
dengan “e” kecil. Jadi perata waktu adalah selisih antara sudut waktu matahari
hakiki dan matahari pertengahan (Sodiq, 1994: 49).
2
|
1
|
3
|
4
|
Mp
|
MH
|
Pada gambar 1. Memperlihatkan bila matahari
pertengahan berkedudukan sejajar dengan matahari hakiki dimeridian, maka pada
saat itu matahari pertengahan dan matahari hakiki menunjukan pukul 12.00, hingga perata waktunya adalah 0. Gambar 2
memperlihatkan keadaan bila matahari
pertengahan berkedudukan di sebelah timur matahari hakiki, jadi matahari
pertengahan tertinggal dalam perjalanan hariannya terhadap matahari hakiki. Dalam
gambar diibaratkan kita melihat ke selatan sehingga matahari kelihatan bergerak
dari kiri ke kanan yaitu menurut arah panah. Mp ialah matahari pertengahan
padasaat matahari hakiki sampai dimeridian, matahari pertengahan masih
disebelah timur meridian pada saat itu waktu hakiki menunjukan pukul 12.00
tetapi menurut waktu pertengahan hari belum pukul 12.00 melainkan misalnya
pukul 11j 52m 40d.
Dengan demikianmaka perata waktunya
(e) sebesar; 12 j00m – 11j 52m 40d = +7m 20d. Pada gambar 3 memperlihatkan
keadaan bila matahari pertengahan mendahului matahari hakiki. Jika hari
menunjukan pukul 12 00 menurut waktu hakiki, sedangkan waktu pertengahan
menujukan pukul 12j 4m 38d, maka perata waktunya sebesar 12j00m – 12j 04m
38d = -4m 38d. Sedangkan menurut gambar
4 kedudukan matahari hakiki (M) dan matahari pertengahan (Mp) adalah sejajar di
meridian, sehingga perata waktunya adalah 0.
Perhitungan diatas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Perata waktu = waktu hakiki – waktu
pertengahan
Persamaan
di atas dapat ditulis sebagai berikut:
Waktu
pertengahan = waktu hakiki – perata waktu
Dengan
kata lain : perata waktu adalah jumlah yang harus dikurangkan dari waktu hakiki
untuk memperoleh waktu pertengahan.
Rumus=
waktu pertengahan setempat = tmh
+ 12j – e
Perlu
diingat bahwa apabila waktu hakiki lebih
besar dari waktu pertengahan, maka perata waktunya bernilai positif (+) dan
sebaliknya, jika waktu hakiki lebih kecil dari waktu pertengahan maka perata
waktunya bernilai negatif (-) hanya saja dalam rumus-rumus yang memuat perata
waktu, tanda positif harus diganti dengan tanda negatif (-) dan begitu
sebaliknya.
6.
Beda Waktu Antar Daerah
Perbedaan bujur
berpengaruh pada perbedaan waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh wilayah dipermukaan bumi ini masing-masing
mengalami waktu yang berbeda satu sama lain. Akan sangat terasa mudah kita
pahami ketika kita menyaksikan suatu acara siaran langsung atau berkomunikasi
secara langsung melalui media elektronik (TV, Internet, Telephon, dll.) secara
lintas negara atau benua. Pasti akan kita rasakan bahwa waktu ditempat acara
berbeda dengan waktu ditempat kita. Seberapa jauh perbedaan waktu
tersebut? Adapu cara untuk mengetahuinya
adalah sebagai berikut :
(1)
Bujur
yang melingkari permukaan bumi adalah 180° Bujur Barat (BB) dan 180° Bujur
Timur (BT) , yang kalau dijumlahkan
seluruh permukaan bumi adalah 360°. Waktu matahari yang digunakan rata-rata
untuk sehari semalam adalah 24 jam.
(2)
Jadi
setiap (360 / 24) = 15° bujur waktu beda 1 jam (60 menit) atau setiap 1°
berbeda 4 menit. Dengan demikian nilai bujur suatu tempat menentukan perbedaan
waktu. Tiap selisih 15° berbeda waktunya adalah 1 (satu) jam, atau setiap
selisih 1° terjadi perbeddaan waktu selama 4 menit.
(3)
Pedoman
waktu yang digunakan dunia adalah waktu yang berlaku dikota Greenwich, atau
biasa disebut GMT (Greenwich mean time). Wilayah yang berada disebelah timur
kota Greenwich (bujur timur) setiap selisih 15° bujur waktunya bertambah 1 jam.
Sebaliknya wilayah disebelah Barat kota ini (bujur barat) setiap 15° bujur waktunya berkurang 1 jam.
(4)
Selisih
waktu antar daerah sebenarnya dapat dihitung berdasarkan selisih bujur
dibagi dengan 15°. Misalnya kota Jakarta yang bujurnya 107° BT dan kota
Surabaya bujurnya 112° 45’ maka perbedan waktunya adalah
(112° 45’ -
107° ) / 15 = 5° 45’ / 15 = 0,38333 = 0 jam 23 menit.
(5)
Perlu
diketahui bahwa perbedaan waktu tersebut adalah waktu sebenarnya (waktu hakiki)
dari masing-masing tempat, atau biasa dinamakan waktu istiwa’. Sedangkan untuk
masing-maing Negara secara politis telah ditetapkan waktu daerah dengan
berpedoman pada bujur-bujur istimewa.
(6)
Untuk
kepentingan keseragaman dalam penetapan waktu, masing-masing Negara telah
menetapkan ketentuan daerah waktu. Khusus Indonesia, karena wilayahnya menyebar
mulai 92o BT sampai
dengan 141o BT, maka
berdasarkan peraturan pemerintah RI nomor 243 tahun 1963 yang disempurnakan
dengan PP nomor 41 tahun 1987
(Kemenag RI, 2003: 433-435), maka
ditetapkan memiliki 3 daerah waktu :
a.
Waktu
iindonesia bagian barat (WIB) dengan berpedoman pada 105° BT dan selisih waktu
7 jam dari GMT, yang meliputi seluruh
sumatera,jawa, Madura dan sebagian Kalimantan (Barat dan Tengah)
b.
Waktu
Indonesia bagian Tengah (WITA) dengan berpedoman pada 120° BT dan selisih waktu
dengan GMT 8 jam, yang meliputi Kalimantan timur dan selatan, bali, seluruh
kepulauan nusa tenggara dan Sulawesi
c.
Waktu
Indonesia bagian timur (WIT) dengan berpedoman pada 135° BT dan selisih waktu dengan GMT 9 jam,
yang meliputi kepulauan Maluku dan irian jaya.
Berikut ini
contoh menghitung perbedaan waktu GMT dengan waktu pertengahan setempat di luar
Greenwich yang bergantung pada besar kecilnya garis bujur, baik timur maupun
barat yang diambil dari buku Ilmu Falak 1 KH. Slamet Hambali. dapat dirumuskan
sebagai berikut:
WPX = GMT + BT, atau
WPx = GMT – BB
Dan
GMT = WPx –
BT, atau
GMT = Wpx
+ BB
Sebagai contoh:
Diketahui BTx
= 49° 55’
Pada saat GMT
menunjukan pukul 10.00, WPx = .... ?
WPx
= Pukul 10.00 + 49° 55’
=
Pukul 10.00 + 3j 19m 40d =
Pukul 13:19:40
2. diketahui BBx = 109° 48’
Pada waktu GMT Menunjukan
waktu 14. 25, WP ... ?
WPx = Pukul 14.25 – 7j
19m 12d =
Pukul 7:05:48
3. Diketahui BTx
= 110° 40’
Pada waktu WPx
menunjukan pukul 11.50, GMT =... ?
GMT = 11.50 -
110° 40’ =
Pukul 11.50 – 7j 22m 20d =
Pukul 4:27:40
Sedangkan
perbedaan GMT dengan WH di luar Greenwich disamping ditentukan oleh besar
kecilnya bujur, juga dipengaruhi oleh besar kecilnya perata waktu. Untuk itu
digunakan rumus :
GMT = WHx – PW
– BT, atau
GMT = WHx – PW
+ BB
Dan
WH x = GMT + PW – Bt, atau
WHx = GMT
+ PW – BB
Sebagai contoh
:
1.
Di
ketahui WH x = pukul 10.00,PW = + 4m. GMT = ..?
GMT = pukul = 10.00 – 4° -110°
24’
= pukul 10.00 - 4° - 7°
21’ 36”
= pukul 10.00 - 7° 25’ 36”
= pukul 02:34:24
2.
Diketahui
WH x = pukl = 11.00, PW = +5°, BB = 95° 50’ GMT = .....?
GMT = pukul 11.00 - 5° + 95° 50’
= pukul 11.00 - 5° + 6° 23’ 20”
= pukul 11.00 + 6° 18’20’
= pukul 17:18:20
3.
Diketahui
GMT menunjukkan pukl 02.34.24, PW = 4°, Bt x = 110° 24’. WHx =
....?
WH x = pukul 02.34.24 + (-4°) + 110° 24’
= pukul 02.34.24 - 4° + 7° 21’ 36”
= pukul 02.34.24 + 7° 17’36”
= pukul
09:51:00
4.
Diketahui
GMT menunjukkan pukul 16.18.20, PW = + 5° BBx = 93° 20’, WHx = ...?
WHx = pukul 16.18.20 + 5° - 93° 20’
= pukul
16.18.20 + 5° - 06° 18’ 20”
= pukul
16.18.20 - 6° 13’ 20”
= pukul
10:05:00
C.
Simpulan
Sebagai
akibat dari rotasi dan revolusi bumi salah satunya adalah adanya waktu-waktu
yang berbeda di atas permukaan bumi. Akibat dari rotasi bumi misalnya, terjadi
perbedaan siang dan malam di permukaan bumi yang berlawanan. Bumi berotasi
dengan kecepatan sekitar 1.660 km/j dengan melihat keliling bumi rata-rata
sepanjang 40.000 km. Bumi berotasi sehari satu putaran 360° rata-rata 24jam. Artinya setiap 15° ditempuh dalam waktu 1 jam. Selanjutnya perbedaan waktu antar
daerah dilakukan dengan menghitung selisih besarnya derajat busur bujur daerah-daerah
tersebut. Untuk menentukan waktu hakiki diperlukan dengan observasi posisi matahari.
Akan tetapi hal ini akan menyulitkan untuk menentukan waktu-waktu di
daerah-daerah khususnya di bagian barat dan timur sebagai acuan. sebab pukul
10.00 waktu hakiki suatu tempat misalnya, akan berbeda dengan kota dibarat dan
timurnya. Sebab itu butuh adanya waktu daerah yang tidak melihat posisi
matahari dari meridian disetiap tempat melainkan menentukan posisi meridian
tertentu sebagai acuan waktu. Adapun acuan pembagian waktu daerah yang
disepakati untuk waktu universal berdasarkan meridian 0° di atas kota Greenwich.
Akibat
dari bumi berevolusi mengelilingi matahari tidak dalam kecepatan konstan
melainkan bergantung pada jarak bumi dengan matahari yang menyebabkan kecepatan
revolusi bumi berubah-ubah, maka waktu harian dibumi juga ikut berubah tidak
benar-benar kosnstan 24 jam. Melainkan terkadang lebih dari 24 jam terkadang
kurang dari itu. oleh karena itu pukul 12.00 waktu pertengahan, matahari tidak
selalu tepat di atas meridian. Selisih interval waktu matahari hakiki dengan
waktu matahari pertengahan inilah yang di sebut dengan perata waktu (equation
of time).
Daftar
Pustaka
Abd. Salam Nawawi, Ilmu Falak cara praktis menghitung waktu salat arah kiblat dan awal
bulan, Sidoarjo: Aqaba, 2010.
Fathurrohman Sani, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, Jombang: Muhipress, 2013.
K.J. Villanueva, Pengantar
ke dalam Astronomi Geodesi, Bandung: Departemen Geodesi Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung, 1978.
Kemenag RI, Ephemeris
Hisab Rukyat 2014, Jakarta: Direktorat URAIS dan Pembinaan Syariah
Direktorat jendral BIMAS KEMENAG Agama RI, 2014.
P. Simamora, Ilmu Falak Kosmografi, Jakarta: Pedjuang Bangsa, 1986.
Slamet Hambali, Ilmu
Falak 1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Sriyatin Shadiq KM, Ilmu Falak 1, Surabaya: Fakultas Syaria’h Universitas Muhammadiyah
Surabaya, 1994.
Susiknan Azhari, Ilmu
Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2011.
[1]
Hukum Kepler II menyatakan bahwa ”setiap planet bergerak sedemikian sehingga
jika suatu garis khayal di tarik dari matahari ke planet tersebut akan menyapu
daerah yang sama pada selang waktu yang sama.”
Nice information Sir.
BalasHapusPlease visit my blog ;
https://pengantar-ilmufalak.blogspot.com