Pengantar Trigonometri Bola dan Bola
Langit
Oleh: Hendro
Setyanto
Observatorium
Bosscha – FMIPA ITB
Indonesia
Mobile Observatory – Jendela Antariksa Masyarakat Indonesia
1. Definisi Trigonometri Bola
Segitiga dibentuk oleh tiga titik sembarang yang dihubungkan melalui
jarak terpendek diantara ketiga titik tersebut. Setiap segitiga terdiri dari 6
(enam) komponen, yaitu: tiga buah garis dan tiga buah sudut. Secara umum 3
garis tersebut tidak selalu garis lurus melainkan garis geodetic yaitu garis
terpendek yang pada permukaan bidang. Jika permukaan tersebut merupakan sebuah
bidang maka garis geodetiknya berupa sebuah garis lurus yang membentuk sebuah
segitiga bidang. Jika permukaan tersebut merupakan sebuah bola maka jarak
terdekat merupakan busur yang dibentuk dari pusat lingkaran yang melalui kedua
titik tersebut. Segitiga yang terbentuk disebut sebagai segitiga bola.
Trigonometri Bola membahas hubungan diantara 6 komponen segitiga bola
dan permasalahan yang dapat diselesaikan melalui hubungan keenam komponen
tersebut.
2. Penggunaan Trigonometri Bola
Dapat dipahami bahwa segitiga yang dibentuk oleh tiga titik
dipermukaan bumi bukanlah segitiga datar melainkan segitiga bola dimana jarak
diantara titik-titik tersebut diukur dari busur lingkaran besar. Penggunaan
segitiga datar pada bidang bola berlaku jika jarak antar titik-titik sangat
dekat. Sehingga semua pengukuran geodetic yang melibatkan skala besar
memerlukan pengetahun akan trigonometri Bola. Begitu juga halnya dengan dunia
Navigasi. Meskipun Bumi tidak berbentuk lingkaran sempurna sehingga memerlukan
pemahaman akan trigonometri spheroid namun pendekatan dengan hukum-hukum
segitiga bola dalam banyak kasus sangat mencukupi.
Pemahaman
akan trigonometri bola lebih diperlukan oleh para astronom dimana posisi
benda-benda langit dibayangkan berada dalam sebuah bola, bola langit.
3. Segitiga Bola
Setiap penampang bidang pada sebuah bola berbentuk lingkaran dimana
jika melalui pusat bola disebut sebagai lingkaran besar karena secara geometri
lingkaran tersebut mempunyai luas dan keliling paling besar dan jika tidak
disebut sebagai lingkaan kecil. Lihat gambar 1.

Gambar 1.
Lingkaran yang melalui pusat bola P disebut lingkaran besar, lingkaran A dan B
disebut lingkaran kecil karena pusat lingkaran tidak berada pada pusat bola.
Dalam trigonometri bola, sebuah lingkaran umumnya
dinyatakan oleh titik-titik yang dilalui oleh lingkaran tersebut. Pada Gambar 2
dapat ditemukan beberapa lingkaran al: KAN.P (lingkaran yang melalui titik
K-A-B dan berpusat di P), LRM.P, ZRA.P, ZMN.P. Lingkaran yang berpusat di pusat
bola merupakan lingkaran besar. Jika dua buah lingkaran besar berpotongan
disebut titik maka keduanya membentuk sebuah sudut bola. Perhatikan 2 lingkaran
besar ZRA.P dan ZMN.P yang berpotongan di titik Z. Dengan membuat garis
singgung pada kedua lingkaran besar tersebut (ZS dan ZT , dimana ZS zejajar
dengan PA dan ZT sejajar dengan PN) maka sudut bola yang dibentuk oleh kedua
lingkaran besar tersebut sama dengan sudut yang dibentuk oleh kedua garis
singgung di Z, yaitu sudut SZT.
Jika terdapat 3 lingkaran besar yang salaing
berpotongan satu sama lain maka akan terdapat 3 buah titik potong yang
membentuk 3 buah sudut bola. 3 sudut bola beserta busur terpendek yang
menghubungkan ketika titik tersebut membentuk sebuah segitiga pada permukaan
bola yang disebut sebagai segitiga bola.

Gambar 2. Segitiga Bola ABC dibentuk oleh 3 titik dipermukaan bola yang merupakan
perpotongan dari 3 buah lingkaran besar, yaitu: lingkaran AB.P, BC.P dan AC.P
Perhatikan gambar 2, jika busur AB, dan BC
merupakan bagian dari lingkaran besar yang berpusat di P maka segitiga ABC yang
terbentuk dapat disebut sebagai sebuah segitiga bola. Dimana panjang busur
setiap sisi-sisinya dapat ditulis sebagai:
AC = R x sudut APC; dimana sudut APC dinyatakan dalam
radian
Jika R dianggap sebagai sebuah satuan, maka busur
AC menyatakan sudut yang dibentuk di pusat bola. Jika panjang busur AC adalah
1/8 kejliling lingkaran, maka sudut yang dibentuk adalah π/4 atau 45 derajat.
Dari definisi segitiga bola maka panjang sebuah
sisi sebuah segitiga bola tidak bisa sama dengan atau lebih dari 180 derajat.
4. Persamaan Co-Sinus
Seperti halnya segitiga datar yang memenuhi hukum
sudut dalam trigonometri datar segitiga bola juga mempunyai formula-formula
(baca. Persamaan) yang menghubungkan 6 komponen utamanya, yaitu 3 sudut dan 3
sisi. Perhatikan Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Gambar skematik yang dipergunakan sebagai Dasar penurunan formula
cosines untuk segitiga bola
Dari penurunan persamaan trigonometri diperoleh
persamaan cosines untuk segitiga bola sebagai berikut:
Cos a = cos b x cos c + sin b x sin c x cos A
Cos b = cos a x cos c + sin a x sin c x cos B
Cos c = cos a x cos b + sin a x sin b x cos C
dan
Cos A = cos B x cos C + sin B x sin C x cos a
Cos B = cos C x cos A + sin C x sin A x cos b
Cos C = cos A x cos B + sin A x sin B x cos c
Dari Formula Cosinus tersebut data diturunkan beberapa formula lainnya
diantaranya adalah:
Formula Tangent :


Formula
Sinus :

Ingat : sin A = sin (180 – A), perlu informasi lain
untuk menentukan nilai busur yang tepat.
Formula
Analog:


Tuliskan
Formula Analog Lainnya
Formula
Empat Bagian:


Gambar 4. Penjelasan skematik dari Formula Empat Bagian.

Tuliskan Formula Empat-Bagian Lainnya
Kasus
Khusus:
Bentuk formula segitiga bola dapat menjadi lebih sederhana jika salah
satu bagiannya (sudut ataupun sisinya bernilai 90 derajat). Bentuk sederhana
tersebut diformulasikan dengan sangat baik oleh Napier sehingga sering disebut
sebagai Aturan Napier.


Gambar 5. Aturan Napier yang memaparkan untuk
kasus khusus dimana salah satu bagiannya 90 derajat
Bola Bumi
Anggap Bumi
sebagai sebuah bola sempurna. Sebuah titik dipermukaan bumi dinyatakan oleh
sebuah sistem koordinat yang terdiri dari 2 lingkarang utama yang saling tegak
lurus yaitu: Lintang dan Bujur yang dihitung dari equator
dan lingkaran meredian yang melewati Greenwich, Inggris. Equator
merupakan lingkaran besar yang memiliki dua kutub, yaitu: Kutub Utara dan Kutub
Selatan. Bujur sebuah kota (
) diukur sepanjang lingkaran ekuator ke timur dan ke barat
dari meredian acuan Greenwich. Besaran Bujur dapat dinyatakan dalam
satuan sudut atau satuan waktu, dimana
.


Perhatikan
ilustrasi bola bumi sbb:

Kota S
terletak pada suatu posisi lintang dan bujur tertentu S(
). Posisi S digambarkan sperti pada gambar 2. Besaran lainnya
ada yang disebut sebagai co-latitude (co-lintang) dimana:


Asumsi bumi bulat merupakan
sebuah pendekatan semata. Adapun untuk memperoleh hasil yang lebih baik
diperlukan informasi mengenai kepepatan Bumi yang sesungguhnya. Faktor kepepatan bumi tidak dibahas dalam makalah
ini.
KASUS:
Turunkan Persamaan Arah Kiblat dengan menggunakan konsep segitiga bola
Sistem Koordinat
Horison
Sistem Koordinat Horison
merupakan sistem pemetaan posisi benda langit yang paling tua. Sistem ini
didasarkan pada kesan pengamat akan keberadaannya disebuh bidang datar dan
menjadi pusat bagi pergerakan benda-benda langit yang ada. Gambar 4 menunjukkan
sketsa posisi pengamat di sebuah pemukaan Bumi(O) pada sebuah lintang tertentu
(
). Titik yang berada tepat di atas O disebut zenith(Z)
dan yang berada di bawah pengamat disebut Nadir. Karena
dan
maka
, hal ini menunjukkan ketinggian kutub sama dengan lintang
pengamat.






(a) (b)
Gambar4. Definisi yang
berhubungan dengan posisi di permukaan Bumi (kiri) dan Sketsa Bola langit untuk
pengamat di O (kanan).
Gambar 4b
menunjukan sketsa pola langit untuk pengamat O, dimana P merupakan Kutub
langit. Dalam tata koordinat Horison, posisi sebuah benda langit (misal X) dinyatakan
dengan Azimuth (A) dan Altitude (a). Altitude sebuah obyek diukur tegak lurus
dari dari horison pengamat (lingkaran NESAW) yang paling dekat. Sedangkan
Azimuth diukur dari sebuh titik acuan yang terdapat di lingkaran horison. Pada
dasarnya seseorang bebas memilih titik acuan untuk Azimuth tersebut. Namun
umumnya, Azimuth diukur dari titik Utara (0deg) memutar ke arah timur(90deg)
atau dari Utara memutar ke arah barat ( (90deg). Posisi benda langit juga
sering digambarkan dengan jarak zenith(z) dimana
.

Sistem ini
sangat bersifat lokal, dimana untuk 2 pengamat yang berbeda lokasi akan
mengukur posisi obyek langit secara berbeda. Meski demikian sistem horison
tersebut banyak digunakan dalam sistem kontrol teleskop besar dimana dalam
sistem komputernya dilakukan transformasi koordinat dari horison ke equator.
Bagaimana melakukan transformasi koordinat?
Sistem Ekuator
Pada dasarnya
sistem ekuator merupakan pengembangan ke arah langit dari sistem koordinat bola
Bumi, dimana ekuator bumi menjadi ekuator langit dan kutub bumi menjadi kutub
langit. Jika posisi di Bumi dinyatakan dengan lintang dan bujur
maka dalam koordinat horison dinyatakan dengan deklinasi(DECL.;
) dan Asensiorekta(RA;
). Dimana
Diukur dari
equator langit (+ ke arah utara dan – ke arah selatan) dan RA
diukur dari titik Aries (Haml) yang merupakan salah satu titik potong dari
perpotongan bidang equator langit dengan bidang ekliptika.



Perhatikan gambar berikut:

Gambar 5.
Skema Koordinat Equator. Posisi sebuah benda langit (x) dinyatakan dengan
Deklinasi dan Asensiorekta. Deklinasi dihitung dari ekuator langit dan
asensiorekta diukur dari posisi titik Aries.
Koordinat
ekuator menggunakan 2 lingkaran besar (Ekuator Langit dan Meridian) sebagai
kerangka acuannya. Dimana Deklinasi dihitung dari Ekuator Langit dan RA
dihitung sepanjang lingkaran ekuator langit yang bermula dati titik Aries.
Disamping itu lingkaran horison juga sangat dimana titik Barat dan Timur
didefinisikan sebagai perpotongan antara lingkaran equator langit dengan
horison.
Posisi benda langit x dinyatakan dalam deklinasi (busur BX) dan asensiorekta
(Busur gB); x(d,g). Lingkaran besar yang melalui P dan Q disebut sebagai meridian,
dimana meridian yang melewati zenith disebut sebagai meridian pengamat, sudut
yang dibentuk oleh garis meridian benda langit dengan meridian pengamat disebut
sebagai sudut jam (Hour Angle, HA). Sehingga ketika sebuah benda
langit berada di meridian pengamat maka HA = 0, HA didefinisikan positif
(+) setelah melewati meridian pengamat dan negatif (-) sebelum mencapai
meridian pengamat. Meridian pengamat merupakan titik tertinggi dalam
pergerakan setiap benda langit.
Bagaimanapun
HA merupakan besaran yang masih bersifat lokal. Untuk memperolah besaran yang
bersifat universal seperti HA, didefinisikan sebuah besaran Asensiorekta(RA)
dimana HA dan RA dihubungkan dengan persamaan:

Dimana LST = Local Siderial Time
RA = Asensirekta yang dihitung dari
titik Aries yang juga dikenal sebagai titik musim semi.(HAaries=0)
Transformasi
Koordinat

Gambar6.
Posisi x ditinjau dari dua sistem koordinat.
Tranformasi
koordinat dari dua buah sistem dapat diperoleh dengan menggambarkan kedua
sistem koordinat tersebut dalam sebuah bola langit. Dari kedua sistem koordinat
tersebut diperoleh sebuah segitiga bola yang disusun dari lingkaran besar kedua
sistem yang dikehendaki. Pada gambar 6 dapat dilihat posisi x yang ditinjau
dari dua buah sistem koordinat, yaitu koord. Horison dan koord. Ekuator.
Perhatikan
segitiga bola PZX yang dibentuk oleh tiga lingkaran besar; Meridian Pengamat,
Deklinasi dan tinggi. Dari segitiga bola tersebut diperoleh:

Gambar 7
merupakan sketsa segitiga bola PZX yang diambil dari gambar6. Dari Gambar 6
tersebut diperoleh hubungan hubungan sisi-sudut yang ada melalui formula
cosinus diperoleh hubungan

dan


Gambar7.
Segitiga bola yang menghubungkan tata koordinat horizon dan koordinat ekuator.
Dari formula empat bagian
diperoleh hubungan:

Dari persamaan-persamaan di atas
diperoleh:

dan

(Note:
Turunkan kedua persamaan transformasi diatas dari formula cosinus dan
empat-bagian yang ada)
kok ga ada gambarnya yahh???
BalasHapusPinginnya yg lebih detail..
BalasHapus