RUBU’ MUJAYYAB
A. Pendahuluan
Ilmu falak, sebagai sebuah
ilmu yang sudah tumbuh berkembang sejak lama masih dipandang kurang mengakar
dalam bangunan ilmu-ilmu yang ada. Kelangkaan literatur sebagai sumber kajian,
membuat ilmu falak tertinggal dan kurang digandrungi ilmuan muslim. Di lain
sisi ilmu falak merupakan ilmu yang sudah tua yang dikenal oleh manusia.
Bangsa- bangsa Mesir, Mesopotomia, Babilonia, dan Tiongkok, sejak abad ke- 20
SM telah mengenal dan mempelajari ilmu perbintangan ini.
Pada zaman
dahulu ilmu falak dikenal juga dengan Ilmu Nujum yang digunakan untuk meramal
berlakunya peristiwa atau nasib. Di kalangan Sarjana Islam, Ilmu Bintang dibagi
dua bagian yaitu :
a.
Ilmu Tabi’ie
(sains) yang membahas kedudukan bintang-bintang, pergerakannya dan
ketentuan-ketentuan gerhana matahari dan bulan.
b.
Ilmu yang
membahas perhubungan pergerakan bintang-bintang dengan kelahiran, kematian,
kebahagiaan dan kecelakaan, hujan, kesehatan dan lain-lain.
Ilmu yang pertama tadi dinamakan ilmu falak
(Astronomi) dan ilmu yang kedua dinamakan Ilmu Astrologi (tanjim/nujum). Secara
umum ilmu falak boleh diartikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang matahari
dan bintang-bintang yang beredar, besar kecilnya, jauh dekatnya dari matahari
atau juga tentang cakrawala langit, gaya yg bekerja padanya, kedudukan
pergerakannya dan lain-lain fenomena yang berkaitan.
Orang-orang Arab pada zaman dahulu pun
mengetahui kedua bidang ilmu ini bahkan sejak zaman Jahiliah. Mereka
memperolehi ilmu ini dari Yunani/Greek, Parsi, India dan Kaldan. Kemudian ilmu
ini diwariskan kepada orang-orang Islam setelahnya.
Umat Islam pertama kali terlibat secara aktif
dibidang Ilmu Sains termasuk ilmu falak pada zaman Kerajaan Umaiyah dan
Abbasiah. Di zaman Umaiyah tokoh ilmu falak yang terkenal ialah Khalid bin Yazid
Al-Amawi (meninggal 85H). Beliau dikenal dengan nama Hakim Ali Marwan. Beliau
dianggap orang pertama yang menterjemahkan buku-buku termasuk buku-buku
mengenai ilmu Bintang pada pertengahan kurun ke-4 Hijrah didapati dalam
Perpustakaan Kaherah sebuah globe dari tembaga karya Batlamus yang ditulis
kata-kata bahwa globe itu disediakan untuk Khalid bin Yazid.
Mohammad Al-Fazari merupakan orang Islam yang
pertama mencipta astrolabe (jam matahari untuk mengukur tinggi dan jarak
bintang). Buku ini telah disalin ke bahasa Latin pada abad pertengahan oleh
Johannes de Luna Hispakusis. Buku terjemahan ini telah digunakan oleh
universitas-universitas Eropa untuk mengejar Ilmu Bintang. Dari sinilah orang barat pertama kali mengetahui benda- benda langit di
cakrawala. Selanjutnya perkembangan peralatan maupun instrumen pendukung dalam
observasi ilmu falak berkembang kian pesat mulai dari astrolobus, kuadran,
bencet, armillry sphere dan masih banyak
yang lainnya. Pada makalah ini pemakalah akan membahas tentang Rubu’ Mujayyab.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
kami jelaskan dalam makalah ini antara lain yaitu ;
- Sejarah Rubu’ Atau Kuadran
- Bagian-bagiannya
- Serta
fungsi dan jenis-jenisnya.
C.
Pengertian
Rubu’
Kata Rubu’ berarti (seperempat), dalam istilah astronomi
disebut dengan kuadran (quadrant). Rubu’
Mujayyab dapat juga
diartikan sebagai alat hitung astronomi untuk memecahkan permasalahan
segitiga bola dalam astronomi[1][1]. Di dalam Ensiklopedi Hisab Rukyah, yang dimaksud dengan
Rubu’ Mujayyab adalah suatu alat yang bebentuk seperempat lingkaran ( 900 )
yang digunakan untuk menghitung fungsi geniometris yang sangat berguna
untuk memproyerksikan perdaran benda-benda langit pada lingkaran vertikal.[2][2]
Dengan kata
lain, Kuadran
ini merupakan Salah satu instrumen awal astronomi, yaitu suatu alat yang
digunakan untuk menghitung ketinggian bintang di atas cakrawala atau alat untuk
menghitung fungsi giniometris yang sangat berguna untuk memproyeksikan
peredaran benda langit pada lingkaran vertical.[3][3]
Sebelum dikenal daftar logaritma,
perhitungan ilmu falak dilakukan dengan rubu’ ini. Sehingga buku-buku ilmu
falak yang ditulis pada tahun 1930-an,
seperti Badi’atul missal, dan Attaqribul
Maqshad, system perhitungannya masih menggunakan rubu’[4][4].
D. Sejarah Rubu’
Awal mula
munculnya rubu’ ini pada kurun ke-14 M, oleh Ibn Al-syatir, beliau adalah
seorang ahli falak Syria, Beliau ini telah menciptakan rubu' mujayyab yang
disifatkan sebagai peralatan yang mengandung grid trigonometri sejagat. Dimana
Kuadran adalah merupakan salah satu alat
sederhana yang digunakan untuk mengukur astronomi, navigasi, dan survei.[5][5]
Kuadran mengakui sisi namanya
dengan kemampuan untuk mengukur waktu seperempat lingkaran dengan menggunakan
trigonometri bulat, yang kemudian rembang jarak dapat digunakan untuk
menghitung bintang angkasa bujur dan lintang. [6][6]
Nama kuadran ini bersal dari fourth bagian atau seperempat dari bagian.
Awal astronom digunakan sebagai
jenis alat untuk mempelajari langit. Namun pada dasarnya adalah alat untuk
mengukur atau menghitung posisi benda di langit. Dengan mereka (astronom)
bintang-bintang dipetakan yang dibuat untuk memprediksi masa depan posisi
matahari, bulan, dan planet.[7][7]
Pengetahuan ini sangat penting, karena langit menjabat sebagai jam, kalender,
dan bantuan navigasi untuk membantu mereka (para pelaut). Alat ini hanya
digunakan oleh para imam untuk mengatur waktu untuk agama observances dan ahli
untuk melemparkan horoscopes.
Di sekitar tahun 1650, Peter Ifland mengoleksi
rubu’ tersebut yang di tempat yang diberi nama “ The Mariners' Museum “ .
Beliau banyak menggunakan alat ini sebelum pergi ke laut yakni untuk membantu
navigators. Untuk navigasi laut, contoh-contoh paling awal yang ditemukan di
sekitar 1460. Mereka tidak lulus dalam derajat tetapi mempunyai latitudes yang
paling umum tujuan langsung scribed pada anggota tubuh. Ketika digunakan,
navigator yang akan berlayar utara atau selatan sampai kuadran ditunjukkan dia
di lintang dari tujuan, berbelok ke arah tujuan dan berlayar ke tempat tujuan
mempertahankan program studi dari lintang konstan. Setelah 1480, lebih dari
instrumen dibuat dengan limbah lulus dalam derajat.
Koleksi-koleksi
rubu’nya adalah :
Quadrant
The Mariners' Museum
(1650)
|
Diagram kuadran, La
Geografia di Clavdio Ptolemeo, 1548, Dari Library di The Mariners' Museum
G87.P9.m4.1548
|
Kuadran, A New
Collection of Voyages, Discoveries dan Travels: Berisi Apapun yang diutus
Notice di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika, 1767, Dari Library di The Mariners'
Museum G160.K75
|
![]() |
![]() |
![]() |
Para Astrolog menggunakan kuadran ini untuk membantu
menentukan gerhana matahari atau ramalan nasib seseorang dengan bantuan dari
bintang-bintang. Alat ini adalah sebuah
perangkat untuk mengukur tajam ketinggian bintang atau matahari. Surveyors
dapat menggunakannya untuk mengukur ketinggian sebuah bangunan atau gunung. Ia
bahkan digunakan untuk membantu meriam yang bertujuan untuk memukul sebuah
benteng musuh. Dan untuk sailor, alat
tersebut pertama kali digunakan untuk mengukur ketinggian Polaris yang ada di Kutub star. Sementara awal
didokumentasikan (ditulis) penggunaan kuadran di laut yaitu pada pertengahan tahun 1400s, telah digunakan
dengan baik oleh ahli-tanah surveyors. Hal ini menjadi penting bagi Eropa
ketika Age of Exploration dimulai pada awal 1400s.
Namun yang paling terkenal di
Eropa, bahwa kuadran atau rubu’ ini dibangun oleh Tycho Brahe di abad 16.[8][8]
Sebagai bagian dari grand observatorium yang didukung oleh Raja Denmark.
Rubu’ ini adalah salah satu proyek
lokakarya ditahun 1998, "Medieval Ilmiah dan Philosophical
Instrumen." Quadrants digunakan untuk mengukur altitudes dari objek
celestial dan terutama berguna untuk pemetaan langit. Mereka terdiri dari
peninjauan perangkat terpasang pada seperempat lingkaran, atau kuadran yang berukir
dengan tanda-tanda derajat. Quadrants berkisar dalam ukuran kecil dari
tangan atau tabel-mount versi besar
mural quadrants terpasang di dinding.
Rubu atau kuadran merupakan
astrolobus yang disederhanakan. Perputaran harian yang terlihat pada ruang
angkasa disimulasikan dengan gerakan benang tegangan yang berpusat dialat ini.
Dengan sebuah manik-manik yang bergerak pada benang keposisi yang berhubungan
dengan matahari atau bintang tertentu. Posisi tersebut dibaca pada tanda-tanda
dalam kuadran atau rubu’. Maka benang dan manik-manik menggantikan rete pada
astrolobus. Sehingga kuadran ini lebih mudah digunakan dari pada astrolobus.[9][9]
1) Qous
(busur)
Yaitu bagian yang melengkung
2) Jaib
(sinus)
Yaitu sisi tempat menginca, yang
memuat skala yang mudah terbaca berapa sinus dari tinggi suatu benda langit
yang dilihat.
Yaitu yang memuat skala-skala yang
mudah terbaca berapa cosinus dari tinggi benda tersebut.
4) Awwalu
al-qous
Yaitu bagian busur yang berimpit
dengan sisi jaib at-tamam.
5) Akhiru
al-qous
Yaitu bagian busur yang berimpit
dengan jaib
6) Hadafah
Yaitu lubng untuk mengincar.
Yaitu titik sudut siku-siku, pada
sudut ini terdapat lubang kecil untuk dimasuki tali yang biasny dibuat dari
benang sutera.
8) Muri
Yaitu simpulan benang yng dapat
digeser.
9) Syakul
Yaitu ujung tali yang diberi beban
yang terbuat dari metal. Apabila seseorang mengincar suatu benda langit maka
syaqul itu bergerak mengikuti gaya tarik bumi, dan terbentuklah sebuah sudut
yang dapat terbaca pada suatu qous, berapa tingginya benda tersebut.
F.
Fungsi
dan Jenis-Jenis Kuadran
Kuadran
gading adalah sebuah kuadran yang terbuat dari gading yang halus. Bukannya
kuningan yangseperti biasanya atau kayu. Kuadran ini memilliki dua garis
lintang. Perangkat tanda standar dibagian depan berguna untuk garis lintang kairo, sedangkan bagian luar,
perangkat nonstandar berguna untuk garis lintang Damaskus. Bagian belakang alat
ini memiliki kisi-kisi standar yang
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geometri secara numerik. Kuadran
juga memiliki penandaan tak lazim yang dirancang oleh Ibn Al-Sarraj, beliau
adalah seorang astronom pada abad ke-14 yang membuat astrolobus universal.
Kuadran
kuningan ini memiliki kisi-kisi sinus standar untuk melakukan fungsi
trigonometri. Kisi-kisi ini pada abad pertengahan sebanding dengan penggaris
geser yang ada pada saat ini. Bagian belakang dari alat ini memiliki penandaan
menarik yang mungkin tidak lengkap. Lingkaran luar kemungkinan menunjukkan
ekuator langit. Lingkaran terkecil tidak diberi tanda dan tidak memiliki fungsi
yang jelas.
Kuadran geometris yang merupakan
seperempat lingkaran biasanya panel dari kayu atau kuningan. Tanda-tanda di
permukaan mungkin akan dicetak di atas kertas dan disisipkan ke kayu atau
dilukis langsung di permukaan.
c) used
for measuring the of astronomical objects. Mural quadrant
Yaitu digunakan untuk mengukur altitude
dari obyek-obyek astronomi.
d) Large
frame-based instruments used for measuring angular distances between
astronomical objects. Bingkai besar berbasis instrumen tajam
Yaitu yang digunakan untuk mengukur
jarak antara objek-objek
astronomi.
e) Geometric
quadrant used by and . Kuadran geometris
yaitu yang digunakan oleh survey
dan navigator.
f) a
compact, framed instrument used by navigators for measuring the of an
astronomical object. Davis kuadran yang kompak
Yaitu frame yang digunakan oleh
navigators instrumen untuk mengukur ketinggian suatu obyek astronomi.
g) The
sine kuadran
Dipakai untuk memecahkan masalah
trigonometrika: quadrants ini, dikembangkan di Baghdad pada abad kesembilan dan
merata sampai abad ke sembilan belas, terdiri dari grafik seperti kertas-kotak
pada satu sisi yang digunakan untuk memecahkan masalah kompleks trigonometrika.A
cord was attached to the centre of the quadrant with a bead at the end of it.
kabelnya telah terpasang ke pusat dari kuadran dengan titis pada akhir tahun
ini. They were also sometimes drawn on the back of astrolabes. Mereka juga
kadang-kadang diambil di belakang astrolabes. [15][15]
h) The
universal (shakkāzīya) quadrant – used for solving astronomical
problems for any latitude: These quadrants had either one or two sets of
shakkāzīya grids and were developed in the fourteenth century in Syria. Universal
(shakkāzīya) kuadran[16][16]
Astronomis yang digunakan untuk
memecahkan masalah bagi setiap lintang: quadrants ini memiliki satu atau dua
set shakkāzīya grids dan dikembangkan di abad keempatbelas di Syria. Some
astrolabes are also printed on the back with the universal quadrant like an
astrolabe created by Ibn al-Sarrāj. Beberapa astrolabes juga tercetak di bagian
belakang dengan kuadran universal seperti astrolabe yang dibuat oleh Ibnu
al-Sarrāj.
i)
The
horary quadrant – used for finding the time with
the sun: The horary quadrant could be used to find the time either in equal or
unequal (length of the day divided by twelve) hours. Kuadran yang
berlangsung satu jam
Digunakan untuk mencari waktu
dengan matahari: kuadran yang berlangsung satu jam dapat digunakan untuk
mencari waktu yang sama baik atau tidak adil (panjang hari dibagi dua belas)
bulan. Different sets of markings were created for either equal or unequal
hours. Berbeda set tanda-tanda yang dibuat untuk salah satu hari yang sama atau
tidak adil. For measuring the time in equal hours, the horary quadrant could
only be used for one specific latitude while a quadrant for unequal hours could
be used anywhere based on an approximate formula. Untuk mengukur waktu yang
sama di hari, yang berlangsung satu jam kuadran hanya dapat digunakan untuk
satu spesifik lintang sementara kuadran jumplang jam untuk dapat digunakan di
mana saja berdasarkan perkiraan rumus. One edge of the quadrant had to be
aligned with the sun, and once aligned, a bead on the end of a plumbline
attached to the centre of the quadrant showed the time of the day. Salah satu
ujung dari kuadran harus aligned dengan matahari, dan sekali aligned, seorang
titisan pada akhir terpasang tali pengukur tegak lurus ke pusat kuadran yang
menunjukkan waktu dalam sehari.
j) The
astrolabe/almucantar quadrant – a quadrant developed from the
astrolabe: This quadrant was marked with one half of a typical astrolabe plate
as astrolabe plates are symmetrical. The astrolabe atau almucantar kuadran[17][17]
Kuadran yang dikembangkan dari astrolabe.
Kuadran ini telah ditandai dengan satu setengah dari yang khas astrolabe piring
piring sebagai astrolabe adalah simetris. A cord attached from the centre of
the quadrant with a bead at the other end was moved to represent the position
of a celestial body (sun or a star).
kabelnya terpasang dari pusat dari kuadran dengan titis di ujung yang
lain telah dipindahkan ke posisi mewakili sebuah benda angkasa (bintang atau
Minggu). The ecliptic and star positions were marked on the quadrant for the
above. The ecliptic dan posisi yang bertanda bintang di kuadran di atas. It is
not known where and when the astrolabe quadrant was invented, existent
astrolabe quadrants are either of Ottoman or Mamluk origin, while there have
been discovered twelfth century Egyptian and fourteenth century Syrian
treatises on the astrolabe quadrant. Hal ini tidak diketahui di mana dan bila
telah invented astrolabe kuadran, wujud astrolabe quadrants adalah salah satu
dari Usmani atau Mamluk asal, sementara di sana telah ditemukan abad kedua
belas abad keempat belas Mesir dan Syria treatises di kuadran astrolabe. These
quadrants proved to be very popular alternatives to astrolabes. Kuadran ini
menjadi sangat populer alternatif untuk astrolabes.
G.
Macam
– macam bentuk rubu’
![]()
Versions
from 5000BC-to 500AD Versi dari 5000BC ke-500AD
|
Jenis
kuadran ini lebih tua dari sejarah dan digunakan Mariners instrumen untuk
navigasi Dicap oleh ekspansi dari Rum, archetypal instrumen ini akan kembali
ke waktu ketika bangsa pengembara planets berlayar di lautan dengan stars.It
terakhir terlihat hidup di tangan "Celtic" bangsa di Eropa Barat
seaboards sampai 500AD walaupun ada bukti yang ada di antara desain yang
Amerindian Civilisations di Amerika sehingga mereka hancur dan mereka
obliterated oleh Conquistador dalam AD Abad 16.
|
||
![]()
2170BC
|
Versi
ini salib telah diidentifikasi oleh penulis sebagai perangkat yang digunakan
oleh arsitek, ahli nujum untuk menyesuaikan Great Pyramid of Giza ke
circumpolar bintang. Dengan tongkat berukuran 90 centimeter, perangkat ini
adalah akurat sampai 3 menit arc atau 3 mil laut. Ia adalah satu-satunya
jenis perangkat yang dapat sudut lerengan logis desain dan survei yang
pyramids.The Pengarang telah menemukan satu di Great Pyramid of Giza.
|
||
![]() |
Ditemukan
pada awal Abad keduapuluh, Instrumen yang telah ditemukan di sebuah kapal
karam oleh penyelam dari off the Antikethera pulau Yunani. Ia tanggal oleh
tembikar ditemukan bersama dalam kapal terus.
|
||
![]() |
Kuadran yang terbuat
dari emas' dijelaskan antara barang kapel
di Richard II inventaris tampaknya menyerupai sebuah sepuhan kuningan kuadran
di British Museum. merupakan instrumen dengan berbagai skala dan tanda-tanda
yang memungkinkan pengguna untuk memberitahu waktu dari ketinggian matahari.
Ketika diadakan tegak sehingga sinar matahari baik melalui pengamatan-vanes
(tindik logam kecil di The Edge protrusions dari kuadran) urutan slide akan
sepanjang skala dan datang ke tempat di posisi tertentu. Here the time can be
read. Di sini waktu dapat dibaca. Jenis instrumen ini dikenal dari abad
keempatbelas dan seterusnya sehingga masih relatif baru pembangunan pada
waktu Richard II. Instrumen dari jenis ini adalah langka dan akan berharga
mahal dan harta benda.
|
||
![]()
500BC-1700AD
|
|
||
![]() |
Kuadran
adalah perangkat untuk mengukur sudut yang digunakan oleh Yunani, Islam dan
Eropa dini untuk astronomi / perbintangan dan navigasi. Namanya berasal dari
fouth bagian atau seperempat dari lingkaran. Celtic lintas yang merupakan
lingkaran lengkap, lebih awal dan lebih efisien.
|
||
![]() |
Octant yang
telah dibuat dari awal di kuadran pada abad 17 dan digunakan untuk navigasi.
Itu adalah alat pertama untuk menggunakan sebuah mirror untuk mengurangi
termasyhur tubuh ke cakrawala, dispensing dengan tali pengukur tegak lurus.
Namanya diambil dari segi delapan, atau delapan bagian dari lingkaran. Hal
ini umumnya dibatasi untuk mengukur verticle inclines dan tidak bisa langsung
menemukan cakrawala di darat.
|
H. Kesimpulan
o Awal mula munculnya rubu’ ini pada
kurun ke-14 M, oleh Ibn Al-syatir, beliau adalah seorang ahli falak Syria.
Beliau ini telah menciptakan rubu' mujayyab yang disifatkan sebagai peralatan
yang mengandung grid trigonometri sejagat.
o Ilmu falak sendiri adalah ilmu yang
membahas tentang lintasan benda-benda langit, matahari, bulan, bintang dan
planet -planetnya.
o Kuadran adalah jenis alat untuk
mempelajari langit. Yang pada dasarnya adalah alat untuk mengukur atau
menghitung posisi benda di langit. Dengan mereka (astronom) bintang-bintang
dipetakan yang dibuat untuk memprediksi masa depan posisi matahari, bulan, dan
planet.
o Sedangkan bagian-bagian dari
kuadran yaitu ; Qous (busur), Jaib (sinus), Jaib at-tamam, Awwalu al-qous,
Akhiru al-qous, Hadafah, Markaz, Muri, Syakul.
I.
Penutup
Demikian
penjelasan dalam makalah ini. Sebagai manusia biasa tentunya masih banyak
kekurangan dalam penulisannya, maka kami mohon saran dan kritik yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga apa yang telah kami
paparkan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…
.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan. Ensklopedi
Hisab Rukyat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azhri, Susiknan. Ilmu Falak. Yogyakarta
: Suara Muhammadiyah.
Cylist,
Boarden, Astronomical Ingrediens, Britania Raya: Oxford, 1987
Howard. Sains Islam yang
Mengagumkan. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia.
Khazin, Mukhyiddin. Ilmu Falak
dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta : Buana Pustaka.
Madrasah Salafiyah Al Falah, Tibyanul Miqot fi Ma’rifah Al auqot wal
Qiblah, Ploso, Kediri.
Muh. Ma’shum bin Ali, Terjemahan Durusul falakiyah,
Nganjuk: Ponpes Daarussalam
Norden, Flanelly, Historycal Astronomy,
Thailand : Mahidol University, 2006
Plagh, Mest, Quadrant Motion, Matarra:
Cambridge, 2009
http://byss.uoregon.edu/ast122/lectures/lec0.7html.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl
http://www.aip.quadrant
.com
http://www.daviddarling.info/encyclopedia/qudrant.com
[12][12] Madrasah Salafiyah Al Falah, Tibyanul
Miqot fi Ma’rifah Al auqot wal Qiblah, Ploso, Kediri.
Terima kasih, tp kayaknya Masih kurang lengkap pada tanda-tanda RM
BalasHapusPengantar Ilmu Falak