Rabu, 04 Juni 2014

AWAL WAKTU SHOLAT DAN PENGHITUNGANNYA Oleh : Drs. H. FATHURROHMAN SANY (DIVISI HISAB DAN IPTEK MTT-PWM JATIM)


AWAL WAKTU SHOLAT
DAN
PENGHITUNGANNYA






Oleh :
Drs. H. FATHURROHMAN SANY
(DIVISI HISAB DAN IPTEK MTT-PWM JATIM)










Makalah disampaikan pada :
Diklat Ilmu Falak
PEMUDA MUHAMMADIYAH BOJONEGORO
Juli 2011
AWAL WAKTU SHOLAT DAN PENGHITUNGANNYA

Alloh s.w.t. berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ 103 :
اِنَّ الصَّلوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوْتًا
Artinya :
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.[1]
Sebagaimana telah ditegaskan dalam ayat tersebut di atas, maka mengetahui waktu shalat merupakan salah satu syarat sahnya seseorang mengerjakan shalat,  karena waktu-waktu shalat telah ditentukan oleh Allah s.w.t.. Ketentuan mengenai awal waktu shalat ini banyak petunjuk yang diberikan, baik di dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah s.a.w. Hadits yang secara lengkap menjelaskan tentang waktu shalat antara lain diterima dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya yang menceritakan sebagai berikut :
عن النبى ص.م. اَنَّ رَجُلاً  سَاَلَهُ عَنِ الْوَقْتِ الصَّلاَةِ فقال له : صَلِّ مَعَنَا هَذَيْنِ (يَعْنِى اليَوْمَيْنِ) فَلَمَّا زَالَتِ السَّمْشُ أَمَرَ بِلاَلاً فَأذَّنَ. ثُمَّ اَمَرَ فَاَقَامَ الظُّهْرَ. ثُمَّ اَمَرَهُ فَاَقَامَ العَصْرَ, وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ. ثُمَّ اَمَرَهُ فَاَقَامَ الْمَغْرِبَ حِيْنِ غَابَتِ الشَّمْسُ. ثُمَّ اَمَرَهُ فَاَقَامَ الْعِشَاءَ خِيْنَ غَابَتِ الشَّفَقُ. ثُمَّ اَمَرَهُ فَاَقَامَ الْفَجْرَ حِيْنَ طَلَعَ الفَجْرُ. فَلَمَّا اِنْ كَانَ الْيَوْمُ الثَّانِى أَمَرَهُ فَاَبْرَدَ بِالظُّهْرِ. فَأَبْرَدَ بِهَا. فَأَنْعَمَ اَنْ يُبْرَدَ بِهَا. وَ صَلَّى الْعَصْرَ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ. أَخَّرَهَا فَوْقَ الَّذِى كَانَ. وَ صَلَّى الْمَغْرِبِ قَبْلَ اَنْ يَغِيْبَ الشَّفَقُ. وَ صَلَّى الْعِشَاءَ بَعْدَ مَا ثُلُثُ الَّيْلِ. وَ صَلَّى الْفَجْرَ فَأَسْفَرَ بِهَا. ثُمَّ قَالَ : اَيْنَ السَّائِلُ عَنْ وَقْتِ الصَّلاَةِ ؟ فَقَالَ رَجُلٌ : اَنَا, يَا رَسُوْلَ اللهِ ! قَالَ : وَقْتُ صَّلاَتِكُمْ بَيْنَ مَا رَأَيْتُمْ (رواه المسلم)
Artinya :
Dari Nabi s.a.w., seorang lelaki bertanya kepada beliau soal waktu shalat. Nabi bersabda : “Shalatlah bersama kami pada dua hari ini.”. Ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat, Rasulullah menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan, kemudian beliau menyuruhnya untuk iqamah sebelum dilaksanakan shalat dhuhur. Kemudian beliau menyuruh mengiqamati shalat ashar, sementara pada waktu itu matahari naik dan berwarna putih bersih. Kemudian beliau menyuruh Bilal mengiqamati shalat maghrib ketika matahari sudah terbenam. Kemudian beliau menyuruh Bilal mengiqamati isya’ ketika awan merah telah benar-benar hilang. Dan kemudian beliau menyuruh Bilal mengiqamati shalat shubuh ketika suasana fajar sudah mulai merekah. Ketika memasuki hari kedua Rasulullah menyuruh Bilal untuk agak menangguhkan shalat dhuhur, dan itu dilaksanakan oleh Bilal. Selanjutnya Rasulullah melaksanakan shalat ashar ketika matahari sudah kian condong ke barat, jadi beliau menangguhkannya daripada kemarinnya. Beliau shalat maghrib sebelum mega menjadi hilang. Beliau shalat isya’ setelah lewat  sepertiga malam, dan beliau shalat shubuh ketika hari sudah remang-remang. Kemudian beliau bersabda : “Dimana orang yang bertanya mengenai waktu shalat ? Laki-laki tadi menjawab :”Saya, ya Rasulullah !” Rasulullah bersabda : Waktu shalatmu ialah seperti yang kamu lihat.” (H.R.Muslim) [2]
Analisa Astronomis
Dari penjelasan Rasulullah s.a.w. tersebut dapat disimpulkan mengenai awal dan akhir waktu tiap-tiap shalat sebagai berikut :
¨      Shalat dhuhur dimulai saat matahari tergelincir ke arah barat. Ini berarti bahwa secara astronomis matahari telah melampaui garis meredian (Merpass). Perlu dipahami bahwa secara astronomis, keadaan Merpass ini tidak selalu matahari berhimpit dengan titik zenit (tepat di atas kepala kita). Hal ini disebabkan pergeseran matahari dari katulistiwa, ke lintang utara, ke tengah dan ke lintang selatan selalu bergerak secara konstan dan tidak pernah berhenti.
Perhatikan gambar berikut ini :
         
                  23°27’LU
                                                                                           Lintasan
                                                                                            Matahari

                  0°
                                                                                        Garis Bujur
                                                                                         Kota ttt.

              23°27’LS

¨      Shalat ashar dimulai saat matahari mulai naik dan berwarna putih bersih (murtafi’atun baidlaa-u naqiyyatun). Naiknya matahari yang dalam istilah dikenal dengan istilah irtifa’ yang terang benderang artinya ketinggian matahari pada posisi pertengahan antara Merpass dengan terbenam, yakni membentuk sudut sama kaki (45°) yang dalam istilah ilmu fiqh sering disebut antara benda asli dengan bayangan sama panjangnya.
 





                                       C                  b = c atau AB = AC
          
                        a             b                   sudut BCA = CBA = 45°
 



             B           c          A
Posisi matahari saat awal waktu ashar
Perlu dipahami bahwa sudut 45° bukan berarti posisi matahari tepat di tengah-tengah antara Merpass dengan terbenam. Sekali lagi ini juga akibat pergeseran posisi matahari arah utara selatan.
¨      Awal waktu maghrib dimulai saat matahari terbenam. Perngertian matahari terbenam artinya piringan bagian atas matahari telah melampaui garis horizon, sebagaimana kita lihat pada gambar berikut ini :
B                                                                                                        O
P

Keterangan :
B = titik arah barat
P = titik pusat matahari
O = tempat pengamat
Sudut BOP = saat terbenam matahari
¨      Awal waktu isya’ disebutkan dalam hadits tersebut dimulai ketika awan merah benar-benar telah hilang. Sedangkan awal waktu shubuh ketika suasana fajar sudah mulai merekah. Sebagaimana diketahui bahwa bumi kita ini dibungkus dengan berlapis-lapis zat yang selanjutnya disebut atmosphere[3]. Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis, mulai dari Troposphere antara 0 s.d. 20 km yang mengandung banyak unsur yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup semua makhluk di permukaan bumi ini. Di atasnya ada Stratosphere antara 20 s.d. 55 km di atas permukaan laut. Di dalamnya ada lapisan ozon yang merupakan pelindung utama bagi struktur lapisan di bawahnya. Lapisan inilah yang menjadi semacam perisai pengaman yang “menolak” masuknya sinar ultra violet dari matahari ke bumi kita. Di atasnya lagi ada Mesosphere yang terbagi menjadi dua sub lapisan yakni Stratopause dan Mesopause pada ketinggian antara 55 s.d. 60 km dan lapisan paling atas adalah Thermosphere sampai ketinggian 100 km di atas permukaan laut. Lapisan-lapisan ini pada lapisan bawah terdiri atas zat-zat berat semakin tinggi prosentase zat ringan semakin besar. Lapisan-lapisan atmosphere ini merupakan partikel-partikel yang ketika terkena sinar matahari akan memantulkan cahaya pembiasan. Pembiasan ini dapat kita amati sampai kira-kira matahari berada pada posisi -18° s.d. -20° di bawah garis horizon/ufuk, yang dalam istilah ilmu astronomi dinamakan Twilight. Menurut gelap terangnya cahaya bias ini, para ahli membaginya menjadi tiga tahapan, yakni[4] :
¨      Civil Twilight dengan cahaya yang cukup terang, ketika matahari berada pada ketinggian antara 0° sampai dengan –6° di bawah ufuk.
¨      Nautical Twilight dengan cahaya yang sedikit meredup, ketika matahari pada ketinggian antara -6° sampai dengan -12° di bawah ufuk.
¨      Astronomical Twilight dengan cahaya cukup gelap dan sulit membedakan/mengenali wajah seseorang tanpa bantuan cahaya lain. Hal ini terjadi ketika matahari pada ketinggian antara -12° sampai dengan –18° pada sore hari dan –20° pada pagi hari.
Pembiasan inilah yang setelah terbenam matahari kita namakan mega merah dan sebelum terbit kita namakan fajar. Karena itu dalam penghitungan awal waktu isya’ ketinggian matahari dihitung –18°, sedangkan pada waktu shubuh dihitung –20°.

PENGHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT
Awal waktu shalat untuk satu daerah dengan daerah lain berbeda. Demikian juga antara suatu hari dengan hari lainnya. Hal ini disebabkan penetapan awal waktu shalat sepenuhnya didasarkan atas pengaruh cahaya matahari yang ditangkap dari permukaan bumi. Sedangkan intensitas cahaya dan sudut pandang yang diterima tiap-tiap ruang di permukaan bumi ini tentu berbeda karena berbeda posisinya. Di samping itu akibat lintasan orbit bumi yang berbentuk lonjong dan berrotasi pada posisi miring, maka arah lihat suatu tempat di permukaan bumi terhadap mataharipun selalu berubah setiap saat. Namun perubahan itu terjadi dalam keadaan konstan dan dapat diperhitungkan. Karena itulah pernghitungan awal waktu shalat ini seharusnya kita perhitungkan setiap hari di setiap tempat yang berbeda. Memang ada upaya mengkonversikan (menambah atau mengurangi beberapa menit) antara tempat yang berdekatan. Upaya ini sebenarnya bisa kita lakukan sepanjang posisi lintang tempat masing-masing tidak berbeda terlalu jauh. Sebab kalau perbedaan lintang tempat terlalu jauh, tentu sudut pandang ke arah mataharipun berbeda pula. Akibatnya konversi yang hanya didasarkan atas bujur tempat itu akan mengalami kesalahan yang cukup besar.
  1. Data-data Pendukung
Sebelum kita melakukan penghitungan awal waktu shalat, yang perlu kita persiapkan terlebih dahulu adalah data-data pendukung yang kita pakai sebagai dasar penghitungan. Data-data yang berkaitan dengan posisi pengamat di bumi yang meliputi :
a.      bujur tempat yang dalam penghitungan sering disimbulkan dengan [λ]
b.      lintang tempat yang dalam penghitungan sering disimbulkan dengan [φ]
Data-data tersebut dapat kita perloleh melalui berbagai cara sebagaimana telah dibahas pada bab terdahulu. Di samping itu dibutuhkan juga data-data tentang posisi matahari. Data yang paling akurat dalam hal ini dapat kita peroleh antara lain melalui Almanak Nautika yang terbit setiap tahun dari Dinas Hidro Oseanografi TNI-AL, atau atau data yang secara khusus disusun untuk keperluan hisab yaitu Ephemeris Hisab Rukyat yang setiap tahun diterbitkan oleh Departemen Agama. Data ini juga bisa kita peroleh melalui program komputer yang disusun oleh lembaga yang sama dengan tajuk Winhisab2001 atau Hisabwin yang bisa kita peroleh dari Kantor Departemen Agama setempat ataupun Kantor Pengadilan Agama. Adapun data-data matahari yang kita ambil dari sumber-sumber tersebut untuk keperluan penghitungan awal waktu shalat meliputi :
a.      Apparent Declination
Data ini dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Deklinasi Matahari yang terlihat (bukan deklinasi matahari yang hakiki) dan dalam istilah kitab klasik dikenal dengan istilah Mailus Syams, yaitu jarak matahari dari garis equator (katulistiwa) sebagai akibat dari gerak matahari tahunan. Nilai deklinasi positif berarti matahari berada di sebelah utara garis Equator, sedang bernilai negatif bila berada di sebelah selatan. Data ini juga kita perlukan untuk penghitungan antara lain awal waktu shalat, bayangan benda arah kiblat, waktu ijtima’, ketinggian hilal, gerhana dan sebagainya. Dalam penghitungan data ini sering disimbulkan dengan [δ].
b.      Semi Diameter
Data ini dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai jari-jari matahari atau dalam kita klasik dikenal Nisful Quthr, yakni jarak dari titik pusat matahari sampai dengan piringan luarnya. Data ini diperlukan untuk penghitungan secara pasti saat terbit dan terbenamnya matahari. Namun biasanya untuk keperluan penghitungan awal waktu shalat data ini lebih banyak diabaikan, karena cukup dilakukan pembulatan saja bahwa ketingian matahari –1°, baik saat terbit maupun terbenamnya.
c.       Equation of Time
Data ini dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Perata Waktu atau dalam kitab klasik dikenal dengan istilah Ta’dilul Waqt atau Ta’dilus Syams, yakni selisih antara waktu kulminasi hakiki dengan waktu kulminasi rata-rata. Dalam penghitungan data ini biasa disimbulkan dengan [e].
Catatan :
Dalam pengambilan data untuk keperluan penghitungan awal waktu shalat ini, apabila hasil penghitungan tersebut digunakan untuk keperluan pembuatan jadwal imsakiyah khusus bulan Ramadhan ataupun untuk keperluan ru’yatul hilal dan gerhana, dimana hal-hal tersebut membutuhkan tingkat akurasi yang tinggi, maka pengambilan data melalui sumber-sumber akurat sebagaimana tersebut di atas sangat perlu. Tetapi bila untuk keperluan pembuatan jadwal harian biasa, maka data deklinasi dan perata waktu bisa menggunakan tabel berikut ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan tabel ini adalah :
                               a.            Tabel ini dibuat dengan interval 5 harian tiap bulannya, hal ini dimaksudkan untuk keperluan penyusunan jadwal yang biasa dipakai pada penerbitan kalender yang juga menggunakan interval seperti itu.
                              b.            Dibuat dengan siklus 4 tahunan, karena adanya tahun kabisat dengan penambahan 1 hari pada bulan Februari, sehingga ada pergeseran hari pada bulan-bulan berikutnya.
                               c.            Penggunaan tabel ini menyesuaikan dengan tahun yang akan dihitung. Misalnya kita akan menghitung tahun 2009, maka kita lihat bahwa kabisatnya jatuh pada tahun 2008. Berarti tahun 2009 adalah tahun basithoh ke-1, dan seterusnya.
                              d.            Data-data dalam tabel ini diambil dari Data Ephemeris, meskipun terkadang ada selisih sedikit pada detiknya. Namun penggunaannya cukup kaurat, mengingat dalam penghitungan awal waktu shalat selalu ditambahkan dengan ikhtiyati 2 menit dan kelebihan detik diabaikan.


DAFTAR DEKLINASI MATAHARI DAN PERATA WAKTU
DALAM SIKLUS 4 TAHUNAN
Bln
Tgl.
Basithoh ke-1
Basithoh ke-2
Basithoh ke-3
Kabisat
Deklinasi
Prt.Wkt.
Deklinasi
Prt.Wkt.
Deklinasi
Prt.Wkt.
Deklinasi
Prt.Wkt.
Januari
1
- 23°00’
- 03’09”
- 23°01’
- 03’15”
- 23°03’
- 3’21”
- 23°04’
- 3’03”
6
- 22°31’
- 05’28”
- 22°22’
- 05’34”
- 22°34’
- 5’40”
- 22°36’
- 5’22”
11
- 21°50’
- 07’36”
- 21°51’
- 07’42”
- 21°54’
- 7’48”
- 21°55’
- 7’30”
16
- 20°58’
- 09’30”
- 21°00’
- 09’36”
- 21°03’
- 9’42”
- 21°05’
- 9’24”
21
- 19°56’
- 11’07”
- 19°59’
- 11’13”
- 20°02’
- 11’19”
- 20°06’
- 11’01”
26
- 18°45’
- 12’26”
- 18°48’
- 12’32”
- 18°52’
- 12’38”
- 18°56’
- 12’20”
31
-17°25’
-13’25”
-17°29’
-13’31”
-17°33’
-13’37”
-17°38’
-13’19”
Februari
1
- 17°08’
-13’34”
- 17°12’
-13’40”
- 17°17’
-13’46”
- 17°21’
-13’28”
6
- 15°40’
-14’09”
- 15°44’
-14’15”
- 15°49’
-14’21”
- 15°53’
-14’03”
11
- 14°04’
-14’23”
- 14°09’
-14’29”
- 14°14’
-14’35”
- 14°19’
-14’17”
16
- 12°23’
-14’17”
- 12°28’
-14’23”
- 12°33’
-14’29”
- 12°39’
-14’11”
21
- 10°37’
-13’53”
- 10°42’
-13’59”
- 10°47’
-13’05”
- 10°53’
-13’47”
26
- 08°46’
-13’13”
- 08°52’
-13’19”
- 08°57’
-13’25”
- 09°03’
-13’07”
29
-
-
-
-
-
-
-07°56’
-12°35’
Maret
1
- 07°39’
-12’30”
- 07°44’
-12’36”
- 07°50’
-12’42”
- 07°33’
-12’24”
6
- 05°43’
-11’25”
- 05°49’
-11’31”
- 05°55’
-11’37”
- 05°38’
-11’19”
11
- 03°46’
-10’10”
- 03°52’
-10’16”
- 03°58’
-10’22”
- 03°41’
-10’04”
16
- 01°48’
-08’47”
- 01°54’
-08’53”
- 02°00’
-08’59”
- 01°42’
-08’41”
21
+ 00°09’
-07’20”
+ 00°04’
-07’26”
+ 00°01’
-07’32”
+ 00°15’
-07’14”
26
+ 02°08’
-05’49”
+ 02°02’
-05’55”
+ 01°56’
-06’01”
+ 02°13’
-05’43”
31
+ 04°05’
-04’19”
+ 03°59’
-04’25”
+ 03°53’
-04’31”
+ 04°10’
-04’13”
April
1
+ 04°28’
-04’01”
+ 04°22’
-04’07”
+ 04°16’
-04’13”
+ 04°34’
-03’55”
6
+ 06°22’
-02’33”
+ 06°17’
-02’39”
+ 06°11’
-02’45”
+ 06°28’
-02’27”
11
+ 08°14’
-01’11”
+ 08°09’
-01’17”
+ 08°04’
-01’23”
+ 08°20’
-01’05”
16
+ 10°03’
+00’16”
+ 09°58’
+00°22”
+ 09°53’
+00’28”
+ 10°08’
+00’10”
21
+ 11°47’
+01’22”
+ 11°42’
+01’28”
+ 11°37’
+01’34”
+ 11°52’
+01’16”
26
+ 13°27’
+02’17”
+ 13°22’
+02’23”
+ 13°17’
+02’29”
+ 13°32’
+02’11”
30
+ 14°39’
+02’52”
+ 14°37’
+02’58”
+ 14°32’
+03’04”
+ 14°47’
+02’46”
Mei
1
+ 15°01’
+03’00”
+ 14°56’
+03’06”
+ 14°52’
+03’12”
+ 15°05’
+02’54”
6
+ 16°29’
+03’29”
+ 16°24’
+03’35”
+ 16°20’
+03’41”
+ 16°33’
+03’23”
11
+ 17°49’
+03’44”
+ 17°46’
+03’50”
+ 17°42’
+03’56”
+ 17°53’
+03’38”
16
+ 19°03’
+03’46”
+ 18°59’
+03’52”
+ 18°56’
+03’58”
+ 19°06’
+03’40”
21
+ 20°08’
+03’33”
+ 20°05’
+03’39”
+ 20°02’
+03’45”
+ 20°11’
+03’27”
26
+ 21°05’
+03’07”
+ 21°02’
+03’13”
+ 21°00’
+03’19”
+ 21°08’
+03’01”
31
+ 21°53’
+02’28”
+ 21°51’
+02’34”
+ 21°49’
+02’40”
+ 21°55’
+02’22”
Juni
1
+ 22°01’
+02’20”
+ 21°59’
+02’26”
+ 21°57’
+02’32”
+ 22°03’
+02’14”
6
+ 22°38’
+01’29”
+ 22°36’
+01’35”
+ 22°37’
+01’41”
+ 22°39’
+01’23”
11
+ 23°04’
+00’32”
+ 23°03’
+00’38”
+ 23°02’
+00’44”
+ 23°05’
+00’26”
16
+ 23°20’
-00’43”
+ 23°19’
-00’49”
+ 23°19’
-00’55”
+ 23°20’
-00’37”
21
+ 23°26’
-01’48”
+ 23°26’
-01’54”
+ 23°26’
-02’00”
+ 23°26’
-01’42”
26
+ 23°21’
-02’52”
+ 23°22’
-02’58”
+ 23°22’
-03’04”
+ 23°21’
-02’46”
30
+ 23°11’
-03’41”
+ 23°07’
-03’47”
+ 23°12’
-03’53”
+ 23°09’
-03’35”
Juli
1
+ 23°07’
-03’53”
+ 23°07’
-03’59”
+ 23°08’
-04’05”
+ 23°06’
-03’47”
6
+ 22°42’
-04’47”
+ 22°43’
-04’53”
+ 22°45’
-04’59”
+ 22°42’
-04’41”
11
+ 22°07’
-05’33”
+ 22°09’
-05’39”
+ 22°11’
-05’45”
+ 22°07’
-05’27”
16
+ 21°23’
-06’07”
+ 21°25’
-06’13”
+ 21°26’
-06’19”
+ 21°21’
-06’01”
21
+ 20°30’
-06’28”
+ 20°32’
-06’34”
+ 20°35’
-06’40”
+ 20°27’
-06’22”
26
+ 19°28’
-06’36”
+ 19°31’
-06’42”
+ 19°34’
-06’48”
+ 19°25’
-06’30”
31
+ 18°18’
-06’28”
+ 18°21’
-06’34”
+ 18°25’
-06’40”
+ 18°14’
-06’22”


 Lanjutan
Bln
Tgl.
Basithoh ke-1
Basithoh ke-2
Basithoh ke-3
Kabisat
Deklinasi
Prt.Wkt.
Deklinasi
Prt.Wkt.
Deklinasi
Prt.Wkt.
Deklinasi
Prt.Wkt.
Agustus
1
+ 18°03’
- 06’21”
+ 18°07’
- 06’22”
+ 18°11’
- 06’22”
+ 18°00’
- 06’20”
6
+ 16°44’
- 05’59”
+ 16°48’
- 06’01”
+ 16°52’
- 06’02”
+ 16°39’
- 05’58”
11
+ 15°19’
- 05’24”
+ 15°23’
- 05’26”
+ 15°27’
- 05’28”
+ 15°14’
- 05’21”
16
+ 13°47’
- 04’34”
+ 13°51’
- 04’36”
+ 13°55’
- 04’38”
+ 13°43’
- 04’30”
21
+ 12°10’
- 03’32”
+ 12°14’
- 03’35”
+ 12°18’
- 03’38”
+ 12°07’
- 03’28”
26
+ 10°28’
- 02’18”
+ 10°32’
- 02’22”
+ 10°36’
- 02’26”
+ 10°25’
- 02’14”
31
+ 08°42’
- 00’54”
+ 08°46’
- 00’58”
+ 08°50’
- 01’02”
+ 08°39’
- 00’50”
September
1
+ 08°20’
- 00’37”
+ 08°25’
- 00’41”
+ 08°30’
- 00’45”
+ 08°13’
- 00’32”
6
+ 06°30’
+00’56”
+ 06°35’
+00’51”
+ 06°40’
+00’46”
+ 06°23’
+01’01”
11
+ 04°37’
+02’36”
+ 04°42’
+02’31”
+ 04°48’
+02’26”
+ 04°30’
+02’41”
16
+ 02°42’
+04’20”
+ 02°47’
+04’16”
+ 02°53’
+04’10”
+ 02°35’
+04’26”
21
+ 00°46’
+06’06”
+ 00°51’
+06’00”
+ 00°57’
+05’57”
+ 00°37’
+06’11”
26
- 01°10’
+07’51”
- 01°05’
+07’46”
- 00°59’
+07’41”
- 01°17’
+07’56”
30
- 02°58’
+09’13”
- 02°53’
+09’08”
- 02°47’
+09’03”
- 03°05’
+09’18”
Oktober
1
- 03°06’
+09’38”
- 03°01’
+09’33”
- 04°55’
+09’28”
- 03°13’
+09’43”
6
- 05°02’
+11’55”
- 04°57’
+11’55”
- 04°52’
+11’55”
- 05°09’
+11’55”
11
- 06°57’
+13’19”
- 06°52’
+13’19”
- 06°46’
+13’19”
- 07°04’
+13’19”
16
- 08°48’
+14’30”
- 08°43’
+14’30”
- 08°36’
+14’30”
- 08°55’
+14’30”
21
- 10°37’
+15’28”
- 10°32’
+15’28”
- 10°26’
+15’28”
- 10°44’
+15’28”
26
- 12°22’
+16’08”
- 12°17’
+16’08”
- 12°11’
+16’08”
- 12°29’
+16’08”
31
- 14°02’
+16’30”
- 13°57’
+16’30”
- 13°51’
+16’30”
- 14°09’
+16’30”
Nopember
1
- 14°22’
+16’32”
- 14°17’
+16’32”
- 14°11’
+16’32”
- 14°29’
+16’32”
6
- 15°55’
+16’30”
- 15°50’
+16’30”
- 15°44’
+16’30”
- 16°02’
+16’30”
11
- 17°22’
+16’07”
- 17°17’
+16’07”
- 17°11’
+16’07”
- 17°29’
+16’07”
16
- 18°41’
+15’22”
- 18°36’
+15’22”
- 18°30’
+15’22”
- 18°48’
+15’22”
21
- 19°52’
+14’16”
- 19°47’
+14’16”
- 19°41’
+14’16”
- 19°59’
+14’16”
26
- 20°54’
+12’50”
- 20°49’
+12’50”
- 20°43’
+12’50”
- 21°03’
+12’50”
30
- 21°26’
+11’28”
- 21°21’
+11’28”
- 21°15’
+11’28”
- 21°33’
+11’28”
Desember
1
- 21°46’
+11’06”
- 21°41’
+11’06”
- 21°35’
+11’06”
- 21°53’
+11’06”
6
- 22°27’
+09’06”
- 22°22’
+09’06”
- 22°16’
+09’06”
- 22°34’
+09’06”
11
- 22°56’
+06’53”
- 22°51’
+06’53”
- 22°45’
+06’53”
- 23°03’
+06’53”
16
- 23°18’
+04’31’
- 23°13’
+04’31’
- 23°07’
+04’31’
- 23°25’
+04’31’
21
- 23°26’
+02’04”
- 23°21’
+02’04”
- 23°15’
+02’04”
- 23°33’
+02’04”
26
- 23°22’
- 00’37”
- 23°17’
- 00’37”
- 23°11’
- 00’37”
- 23°29’
- 00’37”
31
- 23°06’
- 03’02”
- 23°01’
- 03’02”
- 22°55’
- 03’02”
- 23°13’
- 03’02”
Catatan :
1.      Tabel ini hanya digunakan untuk penghitungan awal waktu shalat untuk keperluan pembuatan jadwal biasa.
2.      Untuk penghitungan yang membutuhkan akurasi tinggi, sebaiknya menggunakan data-data lain yang lebih akurat.
3.      Langkah untuk pengambilan data adalah :
a.      Bagilah tahun dengan angka 4, sisanya adalah basithoh.
b.      Bila angka tahun habis dibagi 4, maka gunakan kolom kabisat.
c.       Untuk mencari data pada tanggal yang tidak tercantum, gunakan rumus interpolasi yakni : A – ( A – B ) x C / I
4. Semua data Perata waktu (quation of Time) dalam menit dan detik.


  1. Rumus-rumus Pendukung
a.       Merpass
Pedoman pokok penghitungan awal waktu shalat dimulai dari waktu dhuhur. Hal ini disebabkan waktu dhuhur dimulai saat matahari tepat pada posisi melintasi garis bujur (meredian) tempat dimana kita akan menghitungnya atau biasa kita kenal dengan istilah Merpass atau Zawalus Syams. Pada posisi inilah sebenarnya perata waktu itu dihitung secara pasti. Karena menurut kesepakatan jam dimulai pada tengah malam sedangkan Merpass terjadi saat tengah (siang) hari, maka harus ditambah 12 jam. Jadi rumus untuk ini adalah :
12 – e
b.      Koreksi Waktu Daerah
Rumus “12 – e” tersebut di atas menghasilkan saat matahari tepat berada di garis bujur masing-masing tempat di muka bumi ini, untuk waktu local, atau biasa disebut Local Mean Time atau Waktu Istiwa’. Sedangkan di masing-masing negara telah ditetapkan waktu daerah yang didasarkan atas bujur-bujur istimewa (bujur yang habis dibagi 15°). Sebagaimana telah dibahas di muka bahwa Indeonesia terbagi menjadi 3 waktu daerah, yakni WIB, WITA dan WIT. Karena itu untuk menyesuaikan dengan waktu daerah tersebut, maka diperlukan melakukan koreksi waktu daerah, dengan rumus :
Kwd = (ωλ)/15
(λ = bujur tempat dan ω = bujur waktu daerah)
Dengan adanya koreksi ini, maka gabungan kedua rumus yang merupakan awal waktu dhuhur berdasarkan waktu daerah adalah :
Merpass = 12 – e + (ω - λ)/15
c.       Sudut Waktu dan Tinggi Matahari
Sudut waktu secara singkat dapat dikatakan jarak matahari dari titik zenit (titik atas tempat kita berdiri), yang biasa disimbulkan dengan [Zm]. Sudut waktu bernilai positif berarti matahari berada di sebelah barat titik zenit sampai titik nadir (titik bawah), dan bernilai negatif apabila matahari di sebelah timur titik zenit sampai titik nadir. Rumus untuk mencari besarnya sudut waktu ini adalah :
Zm = /φδ/
(φ = lintang tempat, dan δ = deklinasi matahari)
Di samping itu pengukuran posisi matahari juga biasa dilihat dari ketinggiannya dari garis horizon/ufuk, yang biasa disimbulkan dengan [hm]. Karena jarak antara titik zenit dengan garis horizon adalah 90°, maka dapat dikatakan bahwa :
hm = 90° - /φδ/
(tanda /../ artinya Absuolut atau nilai negatif diabaikan)
Perhatikan gambar berikut ini :
                                            Z                          ZPH = 90°
                                                                        Zm + Hm = ZPH
                        M                                                         Hm = 90° - Zm
                                                                        Zm = 90° - Hm



               H                          P

Berdasarkan penjelasan-penjelasan terdahulu, maka tinggi matahari (Hm) untuk masing-masing awal waktu shalat adalah sebagai berikut :
-          Waktu Dhuhur    : sama dengan Merpass
-          Waktu Ashar       : Cotan Hm = tan/φ-δ/ + 1
-          Waktu Maghrib  : H = -1°
-          Waktu Isya’         : H = -18°
-          Waktu Shubuh    : H = -20°
-          Waktu Syuruq     : H = -1
-          Waktu Dhuha      : H = +4°30’
d.      Ikhtiyathi
Pada awalnya ikhtiyathi merupakan pembulatan dari hasil penghitungan akhir awal waktu shalat, yakni kelebihan kurang dari setengah menit dihilangkan dan lebih dari setengah menit dibulatkan ke atas.[5] Namun dalam perkembangan selanjutnya disepakati bahwa untuk benar-benar yakin bahwa waktu shalat telah tiba atau belum berakhir (khususnya waktu shubuh) maka hasil akhir penghitungan harus ditambah atau dikurangi (khusus saat terbit matahari) sebanyak 2 menit dari angka bulat menitnya. Misalnya hasil akhirnya adalah jam 17:25’37.89”, maka angka bulat menitnya adalah 25 ditambah 2 menit, menjadi 17:27’.
e.       Konversi antar bujur
Seringkali kita lihat dalam penerbitan kalender, jadwal waktu shalat yang tercetak dilengkapi dengan konversi waktu untuk kota-kota di sekitar tempat penerbitan kalender tersebut. Hal ini dapat kita maklumi karena sebaran kelender tersebut tidak hanya di kota itu saja, tetapi juga bisa tersebar di kota-kota lain. Namun dalam menggunakan atau menghitung konversi ini hal yang perlu diingat adalah :
-          Konversi pada dasarnya hanya menghitung selisih waktu berdasarkan selisih bujur saja, tanpa memperhitungkan selisih lintang tempat. Karena itu konversi hanya berlaku untuk wilayah yang lintang tempatnya tidak berbeda terlalu jauh (tidak lebih dari 0°30’).
-          Konversi yang dilakukan untuk wilayah yang lintangnya lebih dari 0°30’ akan terjadi banyak kekeliruan, mengingat penghitungan awal waktu shalat juga melibatkan data “Zm” atau “Hm”, yang merupakan perpaduan antara data lintang tempat dan deklinasi matahari.
-          Konversi hanya berlaku pada penghitungan awal waktu shalat yang telah dikonversikan ke waktu daerah. Sebab penghitungan waktu istiwa’(Local Mean Time) waktunya berbeda antara satu kota dengan kota lainnya.
-          Penghitungan konversi khususnya untuk kota-kota di wilayah bujur timur adalah sebagai berikut :
Konv = - (λ’ – λ) x 4 menit
  1. Penghitungan Awal Waktu Shalat
Sebelum melakukan penghitungan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mencari data-data yang kita butuhkan untuk penghitungan. Misalnya kita akan menghitung awal waktu shalat untuk kota Madiun pada tanggal 24 Oktober 2006. Kita mengambil data dari program Hisabwin untuk tanggal tersebut sebagaimana pada lampiran bab ini. Data yang kita ambil dari data matahari adalah Apparent Dec. dan Equation of Time pada jam 5 GMT, karena selisih waktu WIB dengan GMT adalah 7 jam. Data-data tersebut adalah sebagai berikut :
- Bujur kota madiun                : λ = 111°32’BT
- Lintang kota Madiun            : φ = - 7°37’ LS
- Waktu Daerah (WIB)           : ω = 105°
- Koreksi Waktu daerah          : 111°32’ - 105° = 6°32’
- Deklinasi Matahari                : δ = -11°41’56”
- Equation of Time                  : e = 15m 47s (0:15’47”)
Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam penghitungan awal waktu shalat ini meliputi :
1) 12 – e + (ωλ)/15 + i        (khusus awal waktu Dhuhur)
2) Cotan Hm = tan /φδ/ + 1 (khusus H waktu ashar)
3) Cos t = - tanφ tan δ + (sin H/(cos φ cos δ))
4) kwd = (λω)/15                (koreksi waktu daerah)
5) Awal waktu shalat = 12 – e + (t + kwd)/15  + i

Berikutnya marilah kita mencoba menghitung :
a.       Awal Waktu Dhuhur untuk kota Madiun :
Rumus       = 12 – e - (λω)/15 + i
                  = 12 – 0:15’47” - (111°32’-105)/15 + 0°2’
Dhuhur      = 11:20’05’ dibulatkan menjadi 11:20’

b.      Awal Waktu Ashar untuk kota Madiun :
1)        Cotan Hm      = tan/φδ/ + 1
= tan /- 7°37’ + 11°41’56”/  + 1
= 1,071369023
                                    Hm      = tan-1 1/1,071369023
                                                = 42°0’08,4”
2)        Cos t = - tanφ tan δ + (sin H/(cos φ cos δ))
= - tan - 7°37’ tan -11°41’56” + (sin 42°0’08,4”/
     (cos - 7°37’ cos -11°41’56”))
= 0,661748991
                               t    = cos-1 0,661748991 = 48°33’59,77”
3)        Ashar = 12 – e + (t - kwd)/15 + I
= 12+0:15’47”+(48°33’59,77”–6°32’)/15+0°2’
= 15:03:54.98” dibulatkan menjadi 15:03’

c.        Awal Waktu Maghrib untuk kota Madiun (H = -1)
1)        Cos t  = - tanφ tan δ + (sin H/(cos φ cos δ))
= - tan - 7°37’ tan -11°41’56” + (sin -1/
     (cos - 7°37’ cos -11°41’56”))
= -0,04567161
                               t    = cos­-1 –0,04567161 = 92°37’03,72” 
2)        Maghrib = 12 – e + (t - kwd)/15 + I
= 12+0:15’47”+(92°37’03,72”–6°32’)/15+0°2’
= 17:30’33,25” dibulatkan menjadi 17:30’
d.      Awal Waktu Isya’ untuk kota Madiun (H = -18)
1)        Cos t  = - tanφ tan δ + (sin H/(cos φ cos δ))
= - tan - 7°37’ tan -11°41’56” + (sin -18/
     (cos - 7°37’ cos -11°41’56”))
= -0,346071655
                               t    = cos-1 –0,346071655 = 110°14’50”  
2)        Isya’   = 12 – e + (t - kwd)/15 + I
= 12+0:15’47”+( 110°14’50”–6°32’)/15+0°2’
= 18:41’04,34” dibulatkan menjadi 18:41’
e.       Waktu Imsak dan Awal Waktu Shubuh untuk kota Madiun       (H = -20)
1)        Cos t  = - tanφ tan δ + (sin H/(cos φ cos δ))
= - tan - 7°37’ tan -11°41’56” + (sin -20/
     (cos - 7°37’ cos -11°41’56”))
= -0,380075141
                               t    = cos-1 –0,380075141 = 112°20’18”  
2)        Shubuh = 12 – e - ( t + kwd)/15 + I
= 12+0:15’47”- (112°20’18”+ 6°32’)/15+0°2’
= 03:50’43,08” dibulatkan menjadi 03:50’
3)        Imsak = Waktu Shubuh – 10 menit
= 03:50’ – 0:10’ = 03:40’
4)        Catatan : Perhatikan saat penghitungan awal waktu, untuk waktu Imsak, shubuh, Syuruq, dan Dhuha, karena waktunya lebih awal dari waktu Dhuhur, maka rumusnya adalah waktu Dhuhur dikurangi (minus) waktu matahari (t).
f.       Waktu terbit matahari di kota Madiun (H = -1)
1)        Cos t  = - tanφ tan δ + (sin H/(cos φ cos δ))
= - tan - 7°37’ tan -11°41’56” + (sin -1/
     (cos - 7°37’ cos -11°41’56”))
= -0,04567161
                               t    = cos-1 –0, 04567161 = 92°37’03,72”
2)        Syuruq = 12 – e - ( t + kwd)/15 - I
= 12 - 0:15’47”- (92°37’03,72”+ 6°32’)/15 - 0°2’
= 05:05’36,75” dibulatkan menjadi 05:05’
3)        Catatan : Khusus waktu syuruq (terbit matahari), karena menghitung akhir waktu shalat shubuh, sebagai kehati-hatian (ikhtiyathi) maka hasil akhir dikurangi 2 menit, bukan ditambahkan seperti pada rumus awal waktu shalat.
g.      Awal Waktu Dhuha untuk kota Madiun (H = 4°30’)
1)        Cos t  = - tanφ tan δ + (sin H/(cos φ cos δ))
= - tan - 7°37’ tan -11°41’56” + (sin 4°30’/
     (cos - 7°37’ cos -11°41’56”))
= 0,05314642
                               t    = cos-1 0,05314642 = 86°57’12,6”     
2)        Syuruq = 12 – e - ( t + kwd)/15 + I
= 12 - 0:15’47”- (86°57’12,6”+ 6°32’)/15 + 0°2’
= 05:32’16,16” dibulatkan menjadi 05:32’

  1. Aplikasi Penyimpanan Rumus pada Kalkulator fx-4500 PA.
Memperhatikan proses penghitungan awal waktu shalat sebagaimana diuraikan di atas, kita jumpai adanya sejumlah rumus atau bagian dari rumus yang diulang-ulang. Rumus pokok sebenarnya adalah awal waktu dhuhur, sedangkan awal waktu ashar, maghrib dan isya’ ditambah dengan sudut waktu matahari  (t) dibagi 15, sedangkan mulai imsak sampai dhuha, dikurangi dengan sudut waktu masing-masing-masing. Dengan demikian sebenarnya langkah penghitungan tersebut di atas hanya melibatkan 3 (tiga) macam rumus, yakni rumus awal waktu dhuhur (Merpass), tinggi matahari waktu ashar (Ha), dan sudut waktu matahari tiap awal waktu (t). Pengulangan-pengulangan semacam ini akan sangat efektif apabila rumus itu disimpan dalam kalkulator yang memiliki fasilitas penyimpanan rumus, misalnya jenis “Casio” type fx-4500PA, fx-4000, fx-5000, dsb. Dengan disimpannya rumus dalam kalkulator akan memudahkan penghitungan, apalagi kalau kita bermaksud menyusun jadwal waktu shalat untuk jangka waktu yang panjang, misalnya untuk keperluan penerbitan kalender dan sebagainya.
Misalnya kita akan menyimpan rumus-rumus tersebut dan mengatur pemunculan hasilnya untuk keperluan penyusunan jadwal shalat, dan kita kebetulan menggunakan kalkulator bertype fx-4500PA, maka yang harus kita lakukan adalah sebagai berikut:
a.       Ubahlah simbul-simbul data dan hasil penghitungan ke dalam huruf abjad, dengan ketentuan antara satu data/hasil dengan data/hasil yang lain tidak boleh sama.Misalnya :
-          data bujur (λ) disimpan pada huruf “B”
-          data lintang (φ) disimpan pada huruf “L”
-          data deklinasi (δ) disimpan pada huruf “D”
-          perata waktu (e) disimpan pada huruf “E”
-          Awal waktu dhuhur disimpan pada huruf “Z”
-          Tinggi matahari waktu ashr disimpan pada huruf “H”
-          Sebagian rumus sudut matahari : -tan φ tan δ disimpan pada huruf “F”
-          Bagian yang lain, yakni : cos φ cos δ disimpan pada huruf “G”
-          Sudut waktu magrib disimpan di “M”
-          Awal waktu shubuh disimpan pada huruf “S”
b.      Setelah kita pilih simbul-simbul pengganti sebagaimana tersebut di atas, maka kita bisa langsung memasukkan rumus ke dalam kalkulator, dengan prosedur sesuai dengan petunjuk pemakaian masing-masing type dan jenis kalkulator yang kita pakai.Adapun penyusunan rumusnya dalah sebagai berikut :






No.
Proses Penyimpanan Rumus
Keterangan
1
[MODE] [EXP] SHALAT [EXE] ò
Membuat nama file
2
12 – E – (B – 105)/15 + 0°2’▲ H = TAN-1 (1/TAN ABS(P – D) + 1) : F = -TAN P TAN D : G = COS P COS D [EXE]ò
Rumus Dhuhur, H ashar dan bagian rumus (t) disimpai di “line-1”
3
Z + (COS-1(F + SIN H/G))/15▲ Z + (COS-1(F + SIN -1/G))/15▲ Z + (COS-1(F + SIN –18/G))/15▲
Waktu ashar, maghrib dan isya’ pada “line-2”
4
S = Z - (COS-1(F + SIN –20/G))/15 : S – 0°10’▲S▲ S = Z - (COS-1(F + SIN -1/G))/15▲ S = Z - (COS-1(F + SIN 4.5/G))/15 [EXE]
Waktu imsak, shubuh, terbit dan dhuha pada “line-3”
5
[MODE] [EXP]
Menutup program
c.       Untuk mengoperasionalkan rumus tersebut dari dalam kalkulator type Casio fx-4500 PA, kita tinggal menghidupkan kalkulator kemudian tekan tombol [FILE] beberapa kali sehingga muncul kata [SHALAT] di layar. Setelah itu tekan tombol [EXE] → isikan data “E” (Equation of Time) pada tanggal yang akan kita hitung, kemudian tekan lagi [EXE] → isikan data “B” (bujur kota), tekan [EXE] maka muncul waktu dhuhur. Selanjutnya tekan lagi [EXE] → isikan data “P” (lintang kota), tekan lagi [EXE] → isikan data “D” (deklinasi matahari), tekan lagi [EXE], maka muncul waktu ashar, tekan lagi [EXE], maka muncul waktu maghrib, tekan lagi [EXE], maka muncul waktu Isya’, tekan lagi [EXE], maka muncul waktu Imsak, tekan lagi [EXE], maka muncul waktu Shubuh, tekan lagi [EXE], maka muncul waktu terbit matahari, tekan lagi [EXE], maka muncul waktu Dhuha.
Bila kita ingin menghitung waktu shalat untuk tanggal lain di kota yang sama, maka lakukan langkah yang sama dengan mengubah nilai “E” dan “D” saja, sedangkan nilai “B” dan “P” tidak perlu dirubah. Data tentang “E” dan “D” dapat dilihat pada tabel Deklinasi Matahari dan Perata Waktu.
Dengan cara ini kita bisa membuat jadwal awal waktu shalat dengan cepat untuk daerah tertentu dalam kurun waktu yang lama, tanpa harus menghitung satu per satu langkah-langkah penghitungan manual sebagaimana diuraikan pada seluruh rangkaian bab ini. Dengan demikian kita benar-benar akan terbantu untuk mengerjakan berbagai penghitungan yang rumit tanpa harus terlalu banyak menggunakan energi pikiran kita. Dengan cara yang sama pula kita dapat menyimpan semua rumus yang ada pada buku ini.

  1. Aplikasi penghitungan pada kalkulator type fx-350.
Ada kalanya kita mengalami kesulitan menemukan kalkulator Scientific dengan type tinggi seperti fx-4500, yang memang menyediakan memori cukup untuk menyimpan banyak rumus. Kalkulator dengan type Casio fx-350 tidak memiliki fasilitas memori yang cukup untuk menyimpan rumus. Memory yang tersedia hanya untuk menyimpan hasil. Untuk menghitung awal waktu sholat, terutama untuk keperluan pembuatan jadwal sholat, tetap bisa kita gunakan, meskipun harus melakukan pengisian data dan penghitungan rumus secara berulang-ulang berulang-ulang. Namun dengan fasilitas Store, Recall dan Cursor, kita bisa memanfaatkannya dengan menggunakan bantuan tabel secara tertulis. Untuk itu digunakan tabel bantu untuk pencatatan hasil setiap langkahnya sebagai berikut :


TABEL PENYUSUNAN JADWAL SHOLAT
DENGAN KALKULATOR CASIO FX-350
Bulan   : ................................................          Untuk Kota     : .........................................
Bujur   : ................................................          Lintang            : ………………………….
Tgl
Memori Kalkulator
Hasil Penghitungan Awal Waktu Sholat
A
B
C
D
Dhuhr
Ashr
Maghr
Isya’
Shubh
Thulu’
Dluha
1











6











11











16











21











26
























Keterangan :
1. Memori Kalkulator :
A = Merpass, rumus :
       12 – E + (105 – B)/15 + 0°2’ [Shift] [STO] [ A ] à tulis hasilnya di tabel.
B = Tinggi Matahari [ h ] waktu Ashr, rumus :
       [Shift][Tan] 1 / ( Tan ([Abs] P – D ) + 1 ) [Shift] [STO] [ B ] à tulis hasilnya di tabel.
C = Bagian awal dari rumus mencari sudut waktu matahari ( t ), rumus :
       - Tan P x Tan D Shift] [STO] [ C ] à tulis hasilnya di tabel.
D = Bagian akhir dari rumus mencari sudut waktu matahari ( t ), rumus :
       Cos P x Cos D Shift] [STO] [ D ] à tulis hasilnya di tabel.
2.Penghitungan Awal Waktu Sholat :
- Waktu Dhuhur = Memori A (langsung dicatat)
- Waktu Ashar dihitung dengan rumus :
    [Alpha] [ A ] + [Shift][Cos] ( [Alpha][ C ] + Sin [Alpha][B] / [Alpha][ D ] ) / 15 = °’” à tulis hasilnya di tabel.
-          Waktu Maghrib dihitung dengan rumus yang sama, tinggal mengganti nilai [ h ], dengan cara : Gerakkan cursor ke kiri, sampai di bawah huruf B, lalu hapus huru B tersebut diganti dengan angka [ - 1 ], sehingga rumus itu menjadi :
[Alpha][ A ] + [Shift][Cos] ([Alpha][ C ] + Sin [Alpha][-1] / [Alpha][ D ]) / 15 = °’”  à tulis hasilnya di tabel.
-          Waktu Isya’  langkahnya sama dengan waktu Maghrib, hanya nilai [ h ] diganti dengan [ -18 ], sehingga rumus itu menjadi :
  [Alpha][ A ] + [Shift][Cos] ([Alpha][ C ] + Sin [Alpha][-18] / [Alpha][ D ]) / 15 = °’”  à tulis hasilnya di tabel.
-          Waktu Shubuh, hampir sama dengan waktu sebelumnya, hanya yang perlu diganti ada dua point, yakni tanda [+] setelah huruf [A] diganti dengan [ - ], dan nilai [h] diganti [-20], sehingga rumus itu menjadi :
[Alpha][ A ] - [Shift][Cos] ([Alpha][ C ] + Sin [Alpha][-20] / [Alpha][ D ]) / 15 = °’”  à tulis hasilnya di tabel.
-          Waktu Thulu’ (Terbit Matahari), digunakan langkah yang sama, dengan nilai [h] diganti [-1], sehingga rumus itu menjadi :
[Alpha][ A ] - [Shift][Cos] ([Alpha][ C ] + Sin [Alpha][-1] / [Alpha][ D ]) / 15 = °’”  à tulis hasilnya di tabel.
-          Waktu Dhuha digunakan langkah yang sama, dengan nilai [h] diganti [4°30’], sehingga rumus itu menjadi :
-          [Alpha][ A ] - [Shift][Cos] ([Alpha][ C ] + Sin [Alpha][4°30’] / [Alpha][ D ]) / 15 = °’”  à tulis hasilnya di tabel.

3.Catatan :
a.       Pengisian tabel harus dilakukan satu persatu ke samping kanan, yang berarti penghitungan waktu sholat dilakukan per tanggal. Hal ini mengingat memori A, B, C dan D untuk masing-masing tanggal berbeda-beda. Sehingga kesalahan isi memori di kalkulator mengakibatkan hasil hitungan juga salah.
b.      Untuk mencari waktu Imsak, adalah waktu Shubuh dikurangi 0°10’.
c.       Khusus untuk waktu terbit matahari, hasil akhir dikurangi 0°4’. Hal ini mengingat terbit adalah batas akhir waktu sholat, sehingga ikhtiyat (kehati-hatian)-nya bukan ditambah, melainkan dikurangi. Ingat saat menghitung nilai [A] (saat waktu dhuhur) sudah ditambah ikhtiyat 2 menit, maka untuk mengurangi 2 menit dari hasil, harus dikurangi 4 menit.




DAFTAR LINTANG, BUJUR DAN ARAH QIBLAT
BEBERAPA KOTA DI JAWA TIMUR
No.
Nama Kota
Lintang
Bujur
Arah Kiblat*)
drj
mnt
Ltg
Djr
mnt
Bjr
Drj
mnt
Dtk
1.
Bangkalan
-7
3
LS
112
46
BT
66
1
0
2.
Banyuwangi
-8
14
LS
114
23
BT
66
8
21
3.
Blitar
-8
6
LS
112
9
BT
65
39
12
4.
Bojonegoro
-7
10
LS
111
53
BT
65
47
45
5.
Bondowoso
-7
55
LS
113
50
BT
66
4
33
6.
Gresik
-7
10
LS
112
40
BT
65
58
12
7.
Jember
-8
10
LS
113
42
BT
65
59
54
8.
Jombang
-7
32
LS
112
13
BT
65
47
27
9.
Kediri
-7
49
LS
112
0
BT
65
40
45
10.
Lamongan
-7
8
LS
112
25
BT
65
55
20
11.
Lumajang
-8
8
LS
113
14
BT
65
52
55
12
Madiun
-7
37
LS
111
32
BT
65
36
52
13
Malang
-7
59
LS
112
36
BT
65
46
0
14
Magetan
-7
40
LS
111
20
BT
65
40
17
15
Mojokerto
-7
28
LS
112
26
BT
65
51
16
16
Nganjuk
-7
38
LS
111
53
BT
65
41
32
17
Ngawi
-7
26
LS
111
26
BT
65
37
59
18
Pacitan
-8
12
LS
111
6
BT
65
22
39
19
Pamekasan
-7
9
LS
113
33
BT
66
9
51
20
Pasuruan
-7
40
LS
112
55
BT
65
55
16
21
Probolinggo
-7
45
LS
113
13
BT
65
58
17
22
Ponorogo
-7
54
LS
111
30
BT
65
32
32
23
Sampang
-7
11
LS
113
15
BT
65
5
36
24
Sidoarjo
-7
29
LS
112
43
BT
65
54
52
25
Situbondo
-7
44
LS
114
1
BT
66
9
9
26
Sumenep
-7
3
LS
113
53
BT
66
15
14
27
Surabaya
-7
15
LS
112
45
BT
65
58
15
28
Trenggalek
-8
5
LS
111
42
BT
65
32
59
29
Tuban
-6
56
LS
112
4
BT
65
53
22
30
Tulungagung
-8
5
LS
111
54
BT
65
35
51
31
Tanjung Kodok
-6
52
LS
112
21
BT
65
57
58
Disadur dari Buku : Ilmu Falak 1 oleh Drs. Sriyatin Shodiq
DAFTAR LINTANG DAN BUJUR BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA
No.
Nama Kota
Lintang
Bujur
Drjt
Menit
Lintang
derajat
Menit
Bujur
1.
Ambon
-3°
42’
S
128°
14’
T
2.
Balikpapan
-1°
13’
S
116°
51’
T
3.
Banda Aceh
+5°
35’
U
95°
20’
T
4.
Bandung
-6°
57’
S
107°
37’
T
5.
Bangka
-2°
0’
S
106°
0’
T
6.
Banjarmasin
-3°
22’
S
114°
40’
T
7.
Banyumas
-7°
25’
S
109°
17’
T
8.
Bekasi
-6°
19’
S
107°
0’
T
9.
Bengkulu
-3°
48’
S
102°
15’
T
10.
Bima
-8°
27’
S
118°
45’
T
11.
Bogor
-6°
37’
S
106°
45’
T
12
Bone
-4°
30’
S
120°
0
T
13
Borobudur
-7°
37’
S
110°
12’
T
14
Bukit Barisan
-0°
3’
S
102°
30’
T
15
Bukit Tinggi
-0°
18’
S
110°
22’
T
16
Cianjur
-6°
51’
S
107°
8’
T
17
Cirebon
-6°
45’
S
108°
33’
T
18
Demak
-6°
54’
S
112°
5’
T
19
Denpasar
-8°
37’
S
115°
13’
T
20
Jakarta
-6°
10’
S
106°
49’
T
21
Jambi
-1°
36’
S
107°
0’
T
22
Karimun Jawa
-5°
56’
S
108°
40’
T
23
Kudus
-6°
50’
S
113°
25’
T
24
Lampung
-5°
0
S
105°
20’
T
25
Lhokseumawe
+5°
15
U
95°
15’
T
26
Makassar
-5°
8’
S
119°
51’
T
27
Mataram
-8°
36’
S
114°
52’
T
28
Medan
+3°
38’
U
98°
38’
T
29
Manado
+1°
33’
U
124°
33’
T
30
Merauke
-8°
30’
S
140°
27’
T
31
Minahasa
+1°
20’
U
125°
0’
T
32
Nusa Kambangan
-7°
47’
S
108°
57’
T
33
Padang
-0°
57
S
100°
21’
T
34
Palembang
-2°
59’
S
104°
47’
T
35
Pontianak
-0°
5’
S
109°
22’
T
36
Sabang
+5°
54’
U
95°
21’
T
37
Semarang
-7°
0’
S
110°
24’
T
38
Tangerang
-6°
12’
S
106°
30’
T
39
Tasikmalaya
-7°
27’
S
108°
13
T
40
Yogyakarta
-7°
48’
S
110°
21’
T
Disadur dari Atlas DER GOEHELE AARDE – PR BOS – GRONINGEN, Jakarta 1951


PROSES PENGHITUNGAN AWAL WAKTU SHOLAT
(DENGAN KALKULATOR SCIENTIFIC SEDERHANA)

Langkah 1 : (Menghitung waktu dhuhur)
12 – e + 0°2’ + (105 – B)/15 = [Shift][RCL][X]
Langkah 2 : ( Absolut P – D)
P – D = [Shift][RCL][Y]
Langkah 3 : (Menghitung nilai h-Ashar)
Tan-1 (1 / ( tan ( Y ) + 1 )) = [Shift][RCL][M]
Tan-1 (1 / ( tan (Abs(P – D)) + 1 )) = [Shift][RCL][M]
Langkah 4 : Menyimpan unsur yang sama pada nilai t :
-          Tan (P)tan (D) =  [Shift][RCL][A]
Cos (P) cos (D) = [Shift][RCL][B]
Langkah 5 : (Menghitung waktu Ashar)
X + (cos-1( A + sin (M)/ B))/15
Langkah 6 : (Menghitung waktu Maghrib)
X + (cos-1( A + sin (-1)/ B))/15
Langkah 7 : (Menghitung waktu Isya’)
X + (cos-1( A + sin (-18)/ B))/15
Langkah 8 : (Menghitung waktu Shubuh)
X - (cos-1( A + sin (-20)/ B))/15
Langkah 9 : (Menghitung waktu Terbit)
X - (cos-1( A + sin (-1)/ B))/15 - 0°4’
Langkah 10 : (Menghitung waktu Dhuha)
X - (cos-1( A + sin (4.5)/ B))/15




[1] -- Al-Qur’an dan Terjemahannya – Departemen Agama RI, 1983. p. 138
[2] Musthafa, K.H.Adib Bisri – Tarjamah Shohih Muslim Jilid 1 – Semarang, As-Syifa’, 1992. p. 728 – 729.
[3] Selengkapnya baca buku-buku tentang “bumi dan antariksa”, misalnya tulisan Moh Ma’mur Tanudidjaja – Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa” – Jakarta, Depdikbud RI, 1995. p. 59 – 60.
[4] Shodiq, Drs. Sriyatin – Op.Cit. p. 79
[5] Djambek, Sa’adoeddin – Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa – Jakarta, Bulan Bintang, 1974. p. 15

2 komentar: