Fenomena Arah Kiblat di
Indonesia dan Mekanisme pengukuran Arah Kiblat
![]() |
Penjelasan Cara Penentuan
Arah Kiblat
Cibinong, 22 Februari 2009
Daftar Isi
A.
Pengertian Arah Kiblat
Masalah
kiblat tiada lain adalah masalah arah, yakni arah Ka’bah di Makah. Arah ka’bah
ini ditentukan dari setiap titik atau tempat di permukaan Bumi dengan melakukan
perhitungan dan pengukuran. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat pada
dasarnya adalah perhitungan yang dimaksudkan untuk mengetahui ke arah mana
ka’bah di Makah itu dilihat dari suatu
tempat di permukaan Bumi ini, sehingga semua gerakan orang yang sedang
melaksanakan shalat, baik ketika berdiri, ruku’, maupun sujudnya selalu
berimpit dengan arah yang menuju ka’bah (lihat gambar 1).
Umat Islam
telah bersepakat bahwa menghadap kiblat dalam shalat merupakan syarat sahnya
shalat, sebagaimana dalil-dalil syar’i yang ada. Bagi orang-orang di kota Makah
dan sekitarnya perintah demikian ini tidak menjadi persoalan, karena dengan
mudah mereka dapat melaksanakan perintah itu. Namun bagi orang-orang yang jauh
dari Makah tentunya timbul permasalahan tersendiri, terlepas dari perbedaan
pendapat para ulama tentang cukup menghadap arahnya saja sekalipun kenyataannya
salah, ataukah harus menghadap ke arah yang sedekat mungkin dengan posisi
ka’bah yang sebenarnya.
![]() |
Gambar 1. Masjidil
Haram beserta Ka’ba di tengahnya.
|
Sementara yang dimaksud dengan arah kiblat adalah arah
atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati kota Makah (Ka’bah)
dengan tempat kota yang bersangkutan. Dengan demikian tidak dibenarkan,
misalkan orang-orang Jakarta melaksanakan shalat menghadap ke arah timur
seorang ke selatan sekalipun bila diteruskan juga akan sampai ke Makah, karena
arah atau jarak yang paling dekat ke Makah bagi orang-orang Jakarta adalah arah
barat serong ke utara.
![]() |
Gambar 2. Jarak terdekat pada peta
ini mengikuti garis melengkung bukan garis lurus.
|
Berdasarkan kitab Fiqh Lima Mazhab susunan oleh Muhammad
Jawad Mughniyah, Imam syafie menjelaskan bahawa wajib menghadap Ka’bah, baik
bagi orang yang dekat maupun orang yang jauh. Sekiranya dapat mengetahui arah
Ka’bah itu sendiri secara tepat, maka ia harus mengadap ke arah tersebut. Tetapi
sekiranya tidak dapat mempastikan arah Ka’bah maka cukuplah dengan perkiraan
kerena orang yang jauh mustahil untuk memastikan ke arah Kiblat (Ka’bah) yang
tepat dan pasti.
B.
Dalil Syar’i
ô`ÏBur ß]øym |Mô_tyz
ÉeAuqsù y7ygô_ur
tôÜx© ÏÉfó¡yJø9$#
ÏQ#tysø9$# ( ¼çm¯RÎ)ur ,ysù=s9
`ÏB y7Îi/¢ 3 $tBur ª!$#
@@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÊÍÒÈ ô`ÏBur ß]øym |Mô_tyz
ÉeAuqsù y7ygô_ur
tôÜx© ÏÉfó¡yJø9$#
ÏQ#tysø9$# 4 ß]øymur
$tB óOçFZä. (#q9uqsù öNà6ydqã_ãr ¼çntôÜx© xy¥Ï9 tbqä3t Ĩ$¨Y=Ï9
öNä3øn=tæ îp¤fãm wÎ)
úïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNåk÷]ÏB
xsù
öNèdöqt±ørB
ÎTöqt±÷z$#ur §NÏ?T{ur
ÓÉLyJ÷èÏR ö/ä3øn=tæ öNä3¯=yès9ur
tbrßtGöhs? ÇÊÎÉÈ
(149). Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, Sesungguhnya ketentuan itu
benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang kamu kerjakan. (150). Dan
dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.
dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar
tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim
diantara mereka. Maka
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar
Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
Bahwa Rasulullah SAW (pada suatu hari)
sedang shalat dengan menghadap Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat
“Sesungguhnya Aku melihat mukamu sering menengadah ke langit, maka sungguh Kami
palingkan mukamu ke kiblat yang kamu kehendaki, palingkanlah mukamu ke arah
masjidil Haram”. Kemudian ada seorang dari bani Salamah bepergian menjumpai
sekelompok shahabat sedang ruku’ pada shalat fajar. Lalu ia menyeru,
“Sesunggugnya kiblat telah berubah”. Lalu mereka berpaling seperti kelompok
Nabi, yakni ke arah kiblat” (HR. Muslim dari Anas bin Malik).
Baitullah adalah kiblat bagi
orang-orang di masjidil haram. Masjidil haram adalah kiblat bagi orang-orang
penduduk tanah haram (Makah), dan tanah haram adalah kiblat bagi semua umatku
di bumi, baik di barat ataupun di timur (HR. Al-Baihaqi dari Abu Hurairah).
C.
Permasalahan
Pada awal perkembangan Islam, penentuan arah kiblat tidak
menimbulkan masalah karena Rasulullah.s.a.w. ada bersama-sama shahabat dan beliau
sendiri yang menunjukkan arah ke kiblat apabila berada di luar Kota Makkah.
Walau bagaimanapun apabila para shahabat mulai mengembara untuk mengembangkan
Islam, kaedah menentukan arah kiblat menjadi semakin rumit. Mereka mulai
merujuk kepada kedudukan bintang-bintang dan matahari yang dapat memberi
petunjuk arah kiblat. Di Tanah Arab, bintang utama yang dijadikan rujukan dalam
penentuan arah adalah bintang Qutbi (bintang Utara), yakni satu-satunya bintang
yang menunjuk tepat ke arah utara bumi. Berdasarkan kepada bintang ini dan
beberapa bintang lain, arah kiblat dapat ditentukan dengan mudah. Usaha untuk
menentukan arah kiblat setepat mungkin adalah dilakukan para ahli falak Islam.
Di antara usaha terawal dilakukan oleh Khalifah al-Makmun (813 M). Beliau
memerintahkan supaya koordinat geografi Kota Makkah ditentukan dengan tepat
supaya arah kiblatnya dari Baghdad dapat dihitung dengan baik.
Seberapa akurat arah kiblat harus ditentukan? Pada
umumnya jarak tempat di Indonesia ke Makah adalah berkisar 8000 km. Apabila
mengacu pada hadits bahwa Kiblat orang Indonesia adalah menghadap Tanah Haram
(Makah), dengan asumsi luasan Tanah
Haram berada pada radius 20 km dari Ka’bah, maka penentuan arah Kiblat harus
dilakukan dengan ketelitian 10’. Kenyataan yang ada kebanyakan masjid-masjid di
Indonesia arah kiblatnya tidak akurat. Lihat
gambar 3.
![]() |
Gambar 3. Masjid Al-Muhtadin di Cibinong, arahnya cenderung ke Barat
(kesalahan sekitar 22°)
|
Berikut ini adalah Artikel yang pernah dimuat di harian
Pikiran Rakyat mengenai permasalahan arah kiblat dan solusi instannya melalui
pengukuran bayang-bayang matahari:
BHR Jabar Melakukan Penyempurnaan Kiblat
|
|
BANDUNG, (PR).-
Menghadap kiblat ke arah Ka'bah di Mekah merupakan salah satu syarat
sahnya salat. Namun, masih banyak masjid yang belum sempurna dalam menentukan
arah kiblatnya karena hanya berdasarkan perkiraan kasar, mengikuti arah masjid
yang ada, dan sebab lainnya.
"Para ahli hisab rukyat telah merumuskan cara termudah dalam
menyempurnakan arah kiblat di seluruh dunia hanya dengan mengikuti arah
bayangan pada saat matahari tepat berada di atas Mekah," kata H.
Khalilurrahman, Ketua Umum Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Daerah Jawa Barat,
Jumat (8/7).
Menurut Khalilurrahman, setiap tahun ada dua kesempatan matahari melintas
tepat di atas Mekkah, pada 26-30 Mei sekira pukul 16.18 WIB (09.18 UT/GMT)
dan pada 14-18 Juli sekira pukul 16.27 WIB (09.27 UT/GMT). Pada saat itulah
cara terbaik menyempurnakan arah kiblat dengan melihat bayangan benda tegak.
Disebutkan, bagi daerah yang mengalami siang berlawanan dengan Mekah,
misalnya wilayah tengah dan timur Indonesia, ada dua kesempatan juga pada waktu
berbeda, yakni 12-16 Januari sekira pukul 04.30 WIB (11-15 Januari, 21.30
UT/GMT)
|
dan 27 November-1 Desember sekira pukul 04.09 WIB (26-30 November, 21.09
UT/GMT).
Rentang waktu plus dan minus 5 menit dari waktu tersebut
masih cukup akurat untuk menentukan arah kiblat dengan kesalahan kurang dari
0,5 derajat. Rentang lima hari juga memungkinkan adanya alternatif bila cuaca
tidak mendukung.
Lebih lanjut Khalilurrahman mengatakan, Badan Hisab Rukyat Daerah Jabar
merupakan suatu badan yang lahir berdasarkan SK Gubernur Jabar No.
451.49/Kep.1075-Yansos tanggal 3 Desember 2003. "Kami akan melakukan
sosialisasi penentuan arah kiblat pada hari Jumat (15/7) mendatang di Masjid
Raya Bandung mulai pukul 15.00 sampai dengan saat matahari tepat berada di
atas Mekah pukul 16.27," katanya.
Pada waktu yang bersamaan itu pula, kata Khalilurrahman, akan dilakukan
penentuan arah kiblat di lapangan Gasibu yang biasa digunakan salat hari raya
dan beberapa lokasi lainnya, baik di masjid, musala maupun di hotel yang
memberikan fasilitas arah kiblat di kamar-kamarnya.
Berkaitan dengan momentum tersebut, BHR Jabar mengimbau kepada masyarakat
muslim Jabar untuk memanfaatkan waktu-waktu pada 14-18 Juli 2005 mendatang
untuk menyempurnakan arah kiblat. (A-146)***
|
Meskipun ketelitian seperti yang
disebutkan di atas sangat sulit untuk diperoleh, namun setidaknya ada usaha
maksimal untuk menentukan arah kiblat dengan menggunakan tekbologi yang ada. Sesuatu
yang merugikan sekiranya masjid yang dibangun dengan harga mahal terpaksa shafnya
harus dibuat miring kerana arah kiblat yang tidak tepat.
D.
Prinsip Dasar Penentuan Arah
Arah suatu tempat dari tempat lain
dapat dengan mudah dihitung apabila posisi/koordinatnya diketahui. Salah satu
sistem koordinat yang sederhana dan banyak dipakai orang dalam sekala lokal
adalah sistem koordinat kartesius, Lihat gambar 4. Apabila koordinat titik A
adalah (3,-6) dan koordinat B adalah (-7,5), maka arah B dari A dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :


![]() |
Gambar 4. Arah B dari A dalam koordinat kartesius.
|
Persamaan di atas dapat diselesaikan sebagai berikut:

E.
Dasar Perhitungan Arah Kiblat
Berbeda dengan perhitungan arah pada koordinat kartesius
dua dimensi yang berlaku pada bidang datar, perhitungan arah kiblat dilakukan
di atas muka bumi yang berbentuk mendekati bola. Oleh karena itu, perhitungan
harus memperhitungkan kelengkungan bumi. Mengingat bahwa setiap titik di
permukaan bumi ini berada di permukaan bola bumi maka perhitungan arah kiblat
dilakukan dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri).
Untuk perhitungan arah Kiblat, ada 3 buah titik yang
diperlukan, yaitu:
- titik A,
terletak di lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya.
- titik B,
terletak di Ka’bah
- titik C,
terletak di kutub Utara.
Titik B tepat di titik C adalah dua titik yang tidak
berubah, karena titik B tepat di Ka’bah dan titik C tepat di kutub utara.
Sedangkan titik A senantiasa berubah tergantung pada tempat dimana yang
dihitung arah kiblatnya.
Bila ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis
lengkung, maka akan diperoleh segitiga bola ABC seperti pada gambar 5.
![]() |
Gambar 5. Prinsip perhitungan sudut di atas segitiga
bola.
|
Dengan gambar di atas dapatlah diketahui bahwa yang
dimaksud dengan perhitungan arah kiblat adalah suatu perhitungan untuk
mengetahui berapa besar nilai sudut A, yakni sudut yang diapit oleh sisi b dan
sisi c.
Pembuatan gambar segitiga bola seperti ini berguna untuk
membantu menentukan nilai arah kiblat bagi suatu tempat (kota) dihitung dari
suatu titik mataangin ke arah mataangin lainnya, misalnya dihitung dari titik
Utara ke Barat (U-B).
Untuk perhitungan arah kiblat, hanya diperlukan koordinat
geografis dari tempat yang akan diukur. Sedangkan koordinat Ka’bah (21° 25' 24" N, 39° 49' 24" E) dan
Koordinat kutub Utara (90°N). Dengan demikian yang perlu ditentukan
posisi/koordinatnya tinggal titik A yang akan dihitung arah kiblatnya.
Selanjutnya arah kiblat titik A dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Arah kiblat: 

Jarak ke kiblat:
dan 


dimana :
B : Arah kiblat suatu tempat
yaitu sudut antara arah ke Titik Kutub Utara
dan arah ke Ka'bah
C : Selisih antara bujur ka'bah
dengan bujur tempat yang akan dicari arah Kiblatnya.
a : 90o - lintang tempat
(atau co-latitude)
b : 90o - lintang ka'bah
(yaitu busur antara titik kutub utara dengan ka'bah)
c : Jarak dari suatu tempat ke
Ka'bah
R : Jari-jari bumi (6371.137 km)
d : Jarak dari suatu tempat ke
Ka'bah dalam kilometer
Contoh Perhitungan
![]() |
F.
Menentukan Posisi/Koordinat Geografis
Ada beberapa cara untuk menentukan posisi/koordinat dari
tempat yang akan ditentukan arah kiblat, diantaranya adalah:
- Dari
Peta Analog (hardcopy)
- Dari
Peta Digital.
- Dari
daftar koordinat kota-kota di buku-buku atlas, buku ilmu falak dll.
- Mengukur
dengan GPS.
- dan
lain-lain
Dengan perkembangan teknologi komputer
sekarang cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan peta digital, semisal
: Microsoft Encarta ataupun Google Earth. Gambar 6 memperlihatkan hasil
pencarian koordinat/posisi kota Demak dengan Microsoft Encarta.
![]() |
Gambar 6. Koordinat kota Demak, dari peta digital
Microsoft Encarta
|
Namun cara penentuan posisi yang
paling akurat adalah dengan metode GPS. Jika dibutuhkan ketelitian 15m maka
kita cukup dengan menggunakan GPS handheld, sedangkan untuk ketelitian sampai
mm perlu menggunakan GPS Type Geodetic
Survey. Gambar 6 menunjukkan konstelasi Satelit GPS serta Pengukuran dengan
Receiver GPS untuk ketelitian tinggi.
![]() |
![]() |
Gambar 7.
Konstelasi Satelit GPS dan Pengukuran GPS di lapangan dengan Receiver
type Geodetic Survey.
G.
Cara mengukur arah Kiblat
Seblum melakukan pengukuran,
pertama-tama yang harus disiapkan adalah menghitung arah kiblat seperti yang
telah diuraikan di atas, yaitu dengan cara sebagai berikut:
- Tentukan posisi tempat yang akan diukur arah
kiblatnya.
- Hitung dengan menggunakan rumus segitiga bola arah
tempat tersebut ke Ka’bah.
Selanjutnya arah hasil hitungan dapat
diukur dengan berbagai macam cara:
1. Letak Bintang
Pada awal perkembangan Islam, apabila
para sahabat keluar mengembara untuk menyebarkan Islam, kaedah menentukan arah Kiblat
merujuk kepada kedudukan bintang-bintang, matahari dan bulan dalam penentuan
arah Kiblat.
![]() |
Gambar 8. Bintang Kutub (Qutbi/Polaris)
|
Di Tanah Arab, bintang utama yang
dijadikan rujukan dalam penentuan arah Kiblat ialah bintang kutub
(Qutbi/Polaris) yaitu satu-satunya bintang yang menunjukkan tepat ke arah utara
bumi. Berpandukan kepada bintang ini penduduk Tanah Arab dan kawasan sekitarnya
dapat menentukan arah Kiblat (Ka’bah).
Bagi penduduk luar Tanah Arab,
khususnya di Indonesia, kaedah penentuan arah kiblat berdasarkan bintang kutub
(Qutbi/Polaris) menjadi lebih rumit. Ia disebabkan bintang tersebut berada
rendah di ufuk. Risalah Badri Huda wa-Qatril Nida, menyatakan bahawa arah
kiblat dari Indonesia boleh ditentukan dengan kedudukan bintang Qutbi pada
pelepis telinga kanan, muka kita telah mengadap ke arah kiblat.

Berdasarkan
penjelasan tersebut, jelas menunjukkan bahwa ulama’–ulama’ fiqh menggunakan
kaedah ijtihad bagi menentukan arah Kiblat yang sesuai dengan suasana dan
keadaan sesuatau tempat. Ahli-ahli falak juga telah menggunakan ijtihad ini
untuk memajukan kaedah-kaedah falak yang lebih tepat dan praktik selain
menggunakan bantuan peralatan.
![]() |
Gambar 9. Menentukan
arah Kiblat berdasarkan bintang Orion.
|
2. Kompas
Salah satu cara
yang lazim dipakai adalah dengan menggunakan kompas, dengan cara pengukuran
sebagai berikut:
- Siapkan kompas yang masih dalam keadaan baik
- Siapkan koreksi deklinasi magnetik, bisa dihitung
dengan software atau dengan peta deklinasi magnetik, Lihat gambar 10 dan 11.
- Koreksikan deklinasi magnetik dengan cara
menambahkannya pada hasil hitungan arah kiblat dari segitiga bola.
- Cari tempat rata dan datar
- Letakkan kompas di atasnya.
- Baca Arah kompas sesesuai dengan nilai arah setelah
dikoreksi deklinasi magnetik.
![]()
Gambar 10. Peta Deklinasi Magnetik
|
![]() |
Gambar 11. Tampilan Software untuk menghitung deklinasi
magnetik
|
3. Sinar Matahari
Disamping dengan
kompas, kita dapat menggunakan posisi matahari sebagai acuan untuk menentukan
arah. Ada berbagai cara untuk melakukannya antara lain:
a.
Menentukan Arah Utara Berdasarkan Matahari
Lakukan langkah-langkah berikut ini:
· Pilih tempat yang rata, datar dan terbuka
· Buatlah sebuah lingkaran dengan jari-jari sekitar 0.5 meter.
· Tancapkan sebuah tongkat lurus sekitar 1-1.5 meter tegak lurus, tepat di
tengah lingkaran
· Amati kira-kira 1 jam sebelum dhuhur (sebelum bayangan tongkat masuk ke
dalam lingkaran).
![]() |
Gambar 12. Menentukan arah utara dengan bayang-bayang
matahari
|
· Saat bayangan ujung bayangan tongkat tepat pada garis lingkaran, berilah
tanda dengan huruf B (Barat).
· Setelah dhuhur, amati kembali bayangan tongkat sampai saat ujung
bayangannya menyentuh lingkaran, berilah tanda dengan huruf T (Timur).
· Hubungkan tutik B dan T tersebut dengan garis lurus, semisal tali. Garis
ini adalah garis yang menunjukkan Barat dan Timur.
· Buatlah garis ke arah utara tegak lurus pada Barat-Timur tadi, maka garis
ini menunjukkan Titik Utara Sejati.
· Selanjut ukurlah dengan pengukur sudut, semisal theodolit ataupun yang
lainnya.
b.
Fenomena Matahari di atas Ka’bah
Arah kiblat yang
tepat diperoleh apabila berlaku peristiwa istiwa matahari di atas Ka’bah.
Istiwa adalah fenomena apabila matahari berada tepat di titik zenit sesuatu
tempat ketika perlintasannya di meridian tempat berkenaan. Peristiwa istiwa
matahari di atas Ka’bah ini akan berlaku dua kali dalam setahun, apabila nilai
sudut istiwa matahari bersamaan dengan koordinat lintang suatu tempat. Fenomena
ini hanya berlaku bagi negeri-negeri yang lintangnya kurang dan nilai sudut
istiwa maksimum matahari sebanyak 23.5°. Nilai sudut istiwa matahari bersamaan
dengan 0° pada 21 Maret setiap tahun, ketika ini pelintasan matahari di
meridian bagi negeri-negeri yang terletak di garis khatulistiwa, berlaku tepat
di kedudukan zenit. Berdasarkan keadaan yang sama, matahari juga akan mengalami
istiwa dengan Ka’bah, ketika sudut istiwa matahari sama dengan lintang Ka’bah. Saat
seperti ini, bayang-bayang obyek tegak di seluruh dunia akan menunjukkan arah
ke Ka’bah. Fenomena ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan arah kiblat.
Menurut hisab,
istiwa matahari di alas Ka’bah akan berlaku setiap tahun pada 28 Mei pukul 16.16 WIB dan
pada 16 Juli pukul 16.28 WIB. Berdasarkan fenomena ini umat Islam di Indonesia
bagian barat berkesempatan untuk menentukan arah kiblat dari tempat
masing-masing. Sedangkan untuk Indonesia bagian Timur dan Tengah, posisi
matahari saat terjadi fenomena tersebut sudah terbenam. Di Indonesia bagian
Barat, karena peristiwa tersebut terjadi pada sore hari, maka bayang-bayang obyek
yang panjang memudahkan penentuan arah kiblat dilakukan. Namun biasanya
bayang-bayang mulai memudar atau samar-samar.
![]() |
Gambar 13. Kaedah menentukan arah kiblat menggunakan
bayang-bayang tiang ketika fenomena matahari di atas ka’bah pada pukul 16.28 WIB tanggal 16 Juli
|
Langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat pencatat waktu (semisal jam tangan) yang sudah dicocokkan
dengan sumber yang akurat. Pencocokan ini dapat dilakukan melalui media,
semisal TVRI atau RRI, jam atom ataupun jam GPS.
2. Pilih tempat yang tidak terlindung dan cahaya matahari. Tancapkan tongkat
tegak lurus. Untuk memastikannya dapat digunakan benang yang diberi beban
diujung bawahnya.
3. Tepat pada waktunya (jam 16.16 WIB pada 28 Mei atau 16.28 WIB pada
16 Juli), bayang-bayang yang ditunjukkan persis berlawanan arah dengan arah
kiblat. Oleh kerana matahari berada di langit barat, bayang-bayang tiang akan
jatuh ke arah timur. Arah kiblat ialah arah yang berlawanan yaitu menghadap ke
barat. Selain dari tongkat yang ditancapkan, dapat juga digunakan bayang-bayang
dari benda yang telah berdiri tegak, semisal tiang bendera, tiang lampu atau
sisi-sisi rumah yang tegak.
![]() |
Gambar 14. Cara mensetting tiang
supaya tegak dan lurus
|
c.
Fenomena Matahari di jalur Kiblat
Penentuan
arah kiblat dengan menggunakan fenomena Matahari di atas Ka’bah, seringkali
tidak dapat dilakukan karena kendala sebagai berikut:
·
Cuaca berawan
sehingga tidak ada bayang-bayang obyek yang dapat diamati.
·
Peristiwa ini
terjadi sore hari menjelang matahari terbenam, sehingga bayang-bayang obyek
tidak dapat diamati dengan jelas.
·
Matahari sudah
terbenam saat peristiwa itu terjadi.
·
Peristiwa ini hanya
dua kali setahun, sehingga terlalu lama menunggu untuk melakukan pengukuran
yang diperlukan.
Untuk mengatasi
kendala tersebut di atas dapat menggantinya dengan memanfaatkan fenomena
Matahari berada pada jalur Kiblat. Seperti diketahui bahwa bumi berputar pada
porosnya, sehingga pada saat tertentu pada setiap harinya matahari berada pada
jalur Kiblat, lihat gambar 15. Untuk mengetahui kapan saat matahari pada jalur
kiblat dilihat dari suatu tempat tertentu, maka haruslah dihitung. Perhitungan
ini dapat dilakukan dengan cara astronomi memanfaatkan software yang ada,
semisal Mawaaqit 2001.
![]() |
Gambar 15. Matahari
berada pada jalur kiblat dilihat dari Jakarta
|
Langkah-langkah
yang diperlukan untuk menentukan arah kiblat berdasarkan fenomena matahari
berada pada jalur kiblat adalah mirip dengan saat menentukan arah kiblat
berdasarkan fenomena matahari di atas ka’bah. Perbedaannya adalah sebelum
melakukan pengukuran, saat matahari pada jalur ka’bah dilihat dari suatu tempat
harus dihitung terlebih dahulu dengan cara astronomi, semisal dengan Software
Mawaaqit seperti yang ditunjukkan pada gambar 16. Setelah data matahari pada
jalur kiblat dihitung, sebaiknya dipilih data pada hari dimana kecepatan gerak
bayang-bayang paling lambat. Pemilihan ini dimaksudkan untuk
mengeliminir/memperkecil kesalahan yang disebabkan oleh ketidak akuratan
pengukur waktu yang dipakai.
![]() |
Gabar 16. Data matahari pada jalur Kiblat, pada bulan
Januari/Februari dilihat dari Cibinong.
|
d.
Arah kiblat diukur dari arah bayang-bayang
Pada
prinsipnya posisi matahari relatif terhadap bumi dapat dihitung setiap saat,
sehingga arah bayang-bayang mataharipun dapat dihitung. Selanjutnya arah kiblat
dapat direlatifkan terhadap arah bayang-bayang ini. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah saat pengukuran matahari
bersinar terang, sehingga bayang-bayang yang dihasilkan dapat diamati dengan
baik.
2. Lakukan perhitungan arah bayang-bayang obyek yang berdiri tegak pada saat
tertentu, kemudian relatifkan arah kiblat terhadap arah bayang-bayang ini
3. Siapkan alat pencatat waktu (semisal jam tangan) yang sudah dicocokkan
dengan sumber yang akurat. Pencocokan ini dapat dilakukan melalui media,
semisal TVRI atau RRI, jam atom ataupun jam GPS.
4. Pilih tempat yang tidak terlindung dan cahaya matahari. Tancapkan tongkat
tegak lurus. Untuk memastikannya dapat digunakan benang yang diberi beban
diujung bawahnya.
5. Tepat pada waktunya (seperti hasil perhitungan pada no. 2), berilah tanda
pada bayang-bayang yang ditunjukkan.
6. Selanjutnya ukur sudut arah ke kiblat dengan pengukur sudut.
![]() |
Gambar 17. Arah kiblat relatif terhadap arah
bayang-bayang obyek yang berdiri tegak.
|
4. Google Earth Image
Perkembangan
teknologi saat ini telah memungkinkan pengambilan citra dari satelit dengan
resolusi berkisar 60 cm atau lebih baik dari itu. Banyak tempat di Indonesia,
terutama di kota-kota besar citra satelit resolusi tinggi ini dapat diperoleh
di INTERNET melalui Google Earth. Berdasarkan citra dari Google Earth ini, arah
kiblat dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:







![]() |
Gambar 18. Citra
satelit dari Masjid Istiqlal, serta pengukuran sudut dengan software AutoDesk
Map (AutoCAD).
|
5. Metode Geodetik
Arah atau sudut
suatu titik dari titik lain secara matematis dapat dihitung apabila
posisi/koordinat titik-titik yang dimaksudkan diketahui dengan baik. Metode
geodetik adalah cara menentukan arah kiblat dengan jalan mengukur posisi dia
dua titik acuan dengan ketelitian tinggi (mm). Langkah-langkah untuk melakukan
hal ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:




Metode Geodetik ini diyakini dapat
memberikan hasil pengukuran dengan ketelitian tinggi, namun sayang peralatan
yang dipakai baik software dan hardwarenya sangat mahal dan tidak lazim dipakai
(tidak mudah dioperasikan) orang kebanyakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar