GARIS
TANGGAL INTERNATIONAL:
ANTARA PENANGGALAN MILADIAH DAN
HIJRIYAH
Dr.-Ing. Khafid
Anggota Litbang PPLF-NU
Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor
Ringkasan
Dalam sejarahnya, permasalahan garis tanggal dalam kalendar Miladiah baru
muncul setelah manusia mampu melakukan perjalanan keliling dunia. Untuk
mengatasi masalah ini sejak tahun 1884, Garis tanggal International (International
date line) disepakati sebagai garis maya yang bergerak dari kutub Utara ke
kutub Selatan yang kira-kira melalui bujur 180º. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
sejarah ditetapkannya garis tanggal ini.
Pada prinsipnya umat Islam, dalam sistem penanggalan Hijriyah penentuan
(penamaan) hari beriringan dengan sistem penanggalan Miladiah. Dalam hal ini,
disadari ataupun tidak, konsep garis tanggal international telah diadopsi juga
dalam penanggalan Hijriyah. Sedangkan permasalahan yang masih muncul hingga
saat ini adalah penentuan garis tanggal dalam kalendar Islam yang bersifat
dinamis berubah pada setiap pergantian bulan. Bisakah permasalahan ini
dipecahkan?
Pendahuluan
Permasalahan garis tanggal International, baik dalam
sistem penanggalan Miladiah maupun Hijriyah dipicu oleh perkembangan teknologi.
Jika kita tengok sejarah, sebelum abad 15 M tidak ada permasalahan tentang
garis tanggal ini. Permasalahan timbul ketika manusia mengenal teknologi
perkapalan, sehingga mampu mengelilingi dunia, barulah kemudian disadari
perlunya menentukan garis tanggal International. Demikian juga dengan
penanggalan Hijriyah, perkembangan teknologi komunikasi membuat perbedaan
penentuan garis tanggal yang sebelumnya tidak dipermasalahkan, kini menjadi
masalah.
![]()
Gambar 1. Hilal yang dilihat di Mesir bisa segera
diinformasikan lewat telpon ke Indonesia
|
Teknologi berkembang dengan demikian pesat, bahkan pada
dasarnya teknologi adalah salah satu sarana utama bagi manusia untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Globalisasi yang demikian populer saat ini
tidak terlepas dari pengaruh dan dorongan percepatan perkembangan teknologi,
tidak luput pula tentunya pengaruhnya terhadap aspek kehidupan sosial
masyarakat termasuk didalamnya umat Islam. Berkat kemajuan teknologi, hasil
hisab/rukyat yang dilakukan umat Islam di belahan bumi lain, dapat
diketahui/dikomunikasikan dengan cepat bahkan dalam hitungan detik.
|
Di satu sisi perkembangan teknologi ini mampu mempercepat
arus informasi, disisi lain membawa dampak yang cukup pelik antara lain
munculnya permasalahan penentuan garis tanggal.
Sisi positif lain, perkembangan teknologi yang pesat
diharapkan dapat mendukung pelaksanaan hisab dan rukyat hilal, sedemikian rupa
sehingga perbedaan-perbedaan yang terjadi di masyarakat berkisar hasil hisab
dan rukyat dapat diminimalkan. Namun perlu dicatat, bahwa teknologi bukan
satu-satunya faktor yang dapat memecahkan permasalahan perbedaan dalam kalender
Islam.
Peta sebagai sarana menelusuri sejarah
Sejarah
penyebaran manusia dapat dilihat dari perkembangan bentuk dan detil peta .
Pada awalnya, mobilitas manusia dalam lingkup yang sangat terbatas, seperti
yang diperlihatkan pada peta dunia karya Al-Idrisi (lihat Gambar 2).
Berdasarkan peta ini dapat disimpulkan bahwasaannya sampai abad ke 12 M
pengetahuan manusia belum menggapai seluruh belahan bumi dan tentu saja belum
muncul permasalahan garis tanggal.
Kemudian seiring
dengan perjalanan waktu, peta-peta tersebut mengalami penyempurnaan.
![]()
Gambar 3. Peta
Dunia karya Hondius, 1630
|
![]()
Gambar 2. Peta dunia, karya Al-Idrisi
tahun 1154.
Pada tahun 1569, Gerard Mercator seorang Kartografer
Jerman menemukan sistem proyeksi peta yang dikenal sampai saat ini sebagai
proyeksi Mercator. Dengan sistem ini bola dunia dipetakan dengan lebih baik,
terutama untuk keperluan navigasi.
Pada tahun 1630, Hondius membagi bola bumi menjadi dua
bagian. Pembagian bola bumi ini ternyata tidak berpusat di Greenwich.
|
Sejarah Garis Tanggal International
dalam Kalender Miladiah
Seorang geografer
sekaligus sejarawan Syria bernama Ismail ibn Ali ibn Mahmud ibn Muhammad ibn
Taqi ad-Din Umar ibn Shahanshah ibn Ayub al Malik al Mu’ayyad Imad ad-Din Abu
al-Fida (1273-1331) menuliskan dalam bukunya berjudul Taqwim al-Buldan: Seorang
yang mengelilingi dunia tergantung arahnya maka dia akan kehilangan atau
mendapatkan tambahan satu hari setelah dia kembali ke tempatnya semula (Lihat
Rudolf Wolf, 1890). Hal ini dikuatkan oleh
ilmuwan Perancis, Nicole Oresma (1325-1382) yang menulis sebagai
berikut:
Dua orang bernama Jehan dan Pierre
melakukan perjalanan sepanjang equator dengan kecepatan 30 derajat bujur setiap
24 jam. Jehan, bergerak ke arah barat, setelah menyelesaikan perjalanannya dia
mencatat waktu 11 hari. Sedangkan Pierre, yang bergerak ke arah timur,
mengatakan perjalanannya memakan waktu 13 hari. Orang ketiga, yang tidak ikut
melakukan perjalanan keliling bumi mengatakan mereka menyelesaikan
perjalanannya sama lamanya yakni 12 hari.
Cerita imaginasi
Ismail maupun Nicole menjadi kenyataan pada saat para pelayar berhasil
mengelilingi dunia. Ferdinand Magellan (1480-1521), merupakan orang pertama
yang mengalami masalah kehilangan hari. Dia dan anak buahnya berlayar dari
pelabuhan San Lucar de Barrameda, Spanyol pada September 1519. Tiga tahun
kemudian, ketika dia kembali dengan yakin bahwasannya hari Rabu, namun penduduk
setempat mengatakan hari Kamis. Enam puluh tahun kemudian, pelaut asal Inggris
yakni Francis Drake (1545-1596) mengalami hal yang serupa.
Pengalaman ini juga
dialami seorang pelaut Belanda, Isaac le Maire (?-1624), yang berlayar melalui
Amerika Selatan akhirnya tiba di Batavia (Jakarta) pada November 1616. Di
tempat singgahnya ini, dia dapatkan hari yang berbeda dari hari yang
diyakininya.
Usulan garis tanggal sekitar abad ke
17
Berdasarkan pengalaman para pelaut yang sempat mengelilingi dunia ini,
permasalahan garis tanggal menjadi tema yang menarik untuk dibicarakan saat
itu. Ada
berbagai usulan untuk menyelesaikan masalah ini, antara lain:
v Pada tahun 1612, sejarawan
perancis Nicholas Bergier (1567-1623) mengusulkan untuk memakai kebalikan (opposite)
dari sentral meridian sebagai garis tanggal international,
v Erik de Put (1574-1646)
mempublikasikan karyanya pada tahun 1632, sentral meridian melalui kota Roma,
sedangkan garis tanggal berada pada kebalikannya. Dia mengusulkan bahwa tidak
menimbulkan permasalahan, hendaknya garis tanggal melalui perairan (sedapat
mungkin menghindari daratan).
v Seorang profesor theologi
dan filosofi, Giacomo Micalori (1570-1645) tidak menyetujui usulan Erik de Put.
Permasalahan ini berlarut-larut, tidak sepenuhnya dicapai kata sepakat
hingga awal abad ke 19. Pada tahun 1830, seorang ahli astronomi Jerman Heinrich
Wilhelm Matthias Olbers (1758-1840) memberikan deskripsi sebagai berikut:
“Beyläufig wird sie jetzt, vom
Südpol kommend, östlich von Neuseeland und Neuholland [Australia] entfernt
bleiben, sich dann zwischen den Carolinen und Neuguinea hindurch nach Westen
biegen, die Philippinen und Marianen einschliessen, südostlich von Japanischen
und Kurilischen Inseln, und südlich von den Aleuten nach der Nordwestküste von
America streichen; diese Küste zwischen den Niederlassungen der
Anglo-Amerikaner und der Russen durchschneiden, und nich weit östlich von
diesen Russischen Colonien nach dem Nordpol laufen. Dies. ist ungefähr die
jetzige Richtung und Figur der Linie, auf der derselbe Tag zugleich anfängt und
aufhört. Westwärts von dieser Linie zählt man als Datum und Wochentag einen Tag
mehr, als ostwärts”
Yang terjemahannya
kira-kira sebagai berikut:
Sekarang, kira-kira dia (garis tanggal
international) bergerak dari Kutub Selatan, tetap terletak di sebalah timur
Selandia Baru dan Holland Baru [Australia], kemudian melewati antara Carolinen
dan New Guinea membelok ke arah barat mengelilingi Philipina dan Mariana,
sebelah tenggara Kepulauan Japan dan Kurili, dan selatan Aleut ke pantai barat
laut amerika; Pantai ini melewati antara pendudukan Anglo-Amerika dan Rusia,
dan tidak jauh dari koloni Rusia ini menuju ke Kutub Utara. Ini kira-kira arah
dan gambaran garis, dimana saat hari dimulai dan diakhiri. Sebelah barat garis
ini orang menghitung sebagai tanggal dan nama hari sehari lebih dulu
dibandingkan sebelah timur.
Pada saat yang
sama, seorang kapten laut asal Jerman G. Wilcke pada tahun 1830 mengusulkan
untuk menggunakan garis bujur yang melalui tengah selat Bering (169º1’ sebelah
barat Greenwich) sebagai garis tanggal Internatioal.
Hari Selasa tanggal
31 Desember 1844 tidak pernah ada di Philipina
William Dampier
(1651-1715) selama perjalanannya mengelilingi dunia pada tahun 1679-1691 sampai
di Mindano Philipina pada Januari 1687. Dalam sebuah jurnal dia menuliskan
bahwa orang-orang muslim setempat (yang disebutnya dengan Indian Mahometans)
disini melaksanakan sholat jum’at, sedangkan hari yang diyakininya adalah
adalah hari Kamis. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Perjalanan
orang-orang spanyol mencapai Philipina
adalah perjalanan ke arah barat. Philipina ditemukan setelah benua Amerika.
Sehingga perhitungan harinya berbeda (lebih lambat satu hari) dibanding orang-orang
muslim yang datang ke Mindano yang
melakukan perjalanan ke arah Timur.
Semula perhitungan
hari di Philipina adalah sama atau mengikuti Amerika sampai pada awal tahun
1840-an. Saat itu kepentingan perdagangan di Philipina mulai mengarah ke Cina
dan negara-negara tetangga dekatnya (termasuk Indonesia), kepentingan dengan
Amerika mulai berkurang. Namun hubungan dengan negara tetangga ini terganggu
komunikasinya karena masalah perbedaan penyebutan hari. Akhirnya pada tahun
1844, Autoriti di Philipina untuk mengadopsi perhitungan hari menurut Asia, dan
meninggalkan perhitungan ala Amerika.. Gubernur Jendral Philiphina, Narciso
Claveria mengumumkan bahwa hari senin 30 Desember 1844 langsung diikuti hari
Rabu tanggal 1 Januari 1845. Dengan kata lain hari Selasa tanggal 31 Desember
1844 tidak ada di Philipina.
Definisi Garis
Tanggal International
Para ahli geografi
mendefinisikan garis-garis meridian (bujur) sebagai garis-garis maya melalui
kutub utara dan selatan mengelilingi bumi.
Garis-garis tersebut diberi sebutan sesuai dengan titik lintasannya
(timur atau selatan) dengan mengacu garis meridian Greenwich Observatory di London sebagai garis meridian 0. Pada
tahun 1884 pada International Meridian Conference, di Washington yang
dihadiri perwakilan dari 25 negara, Garis Meridian Greenwich dipakai secara
International sebagai meridian utama yang merupakan basis perhitungan waktu
Greenwich Mean Time (GMT). Berjarak 180° dari garis tersebut
didefinisikan sebagai garis tanggal international (International Date Lines).
![]()
Gambar 4. Garis tanggal international
|
Dengan kata lain, Garis tanggal
International adalah garis maya pada permukaan yang mendekati garis bujur 180° sebagai pemisah tanggal dalam kalender gregorian/Masehi. Jika seseorang
melakukan perjalanan melintas garis ini ke arah timur, dia kembali ke tanggal sehari sebelumnya.
Seiring dengan perjalanan waktu, garis tanggal international ini
menyesuaikan dengan kebutuhan negara-negara pasifik (misal Fiji, Tuvalu,
Samoa dll.) yang terletak di sekitar garis ini.
Selanjutnya berdasarkan garis tanggal ini dibuat Zona waktu yang membagi
dunia menjadi 24 bagian. Secara teoritis setiap bagian zona waktu ini
mencakup 15º bujur, namun dalam kenyataan menyesuaikan dengan peta politik
yang membagi dunia menjadi ratusan negara.
|
Garis Tanggal dalam Kalendar Hijriyah
Dalam hal penentuan hari (Senin, selasa …dst), kalender Islam mengikuti
garis tanggal Internasional tersebut di atas. Namun dalam penentuan tanggal,
kalender Islam mengikuti garis tanggal secara dinamis yang setiap bulannya
berubah-ubah. Dengan demikian, karena tidak berimpitnya garis tanggal
international dengan garis tanggal kalender Islam maka akan terjadi perbedaan
antara tempat yang satu dan tempat yang lainnya (tergantung posisi
geografisnya) dalam penggunaan kalender Islam.
Permasalahan timbul akibat adanya perbedaan interpretasi dasar syar’i
penentuan awal bulan Hijriyah yang dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian:
1.
Rukyah
Sistem ini mengharuskan pengamatan hilal di lapangan,
yang hasil pengamatan dan keputusannya akan dipengaruhi hal-hal sebagai
berikut:
a.
Kecermatan
perukyah
b.
Keadaan cuaca
c.
Posisi
Geografis
d.
Wilayatul
Hukmi
Sehingga, meskipun menggunakan metode yang sama yakni
menggunakan rukyah dimungkinkan keputusan yang didapat berbeda.
2.
Hisab
a.
Metode hisab
b.
Kriteria
kenampakan hilal
c.
Wilayatul
Hukmi
Demikian juga dengan metode hisab ini, dapat juga
menghasilkan keputusan yang berbeda tatkala faktor-faktor di atas berbeda.
Sekedar contoh, penentuan garis tanggal dapat dilakukan berdasarkan
perhitungan ketinggian bulan atau hilal.
Di dalam peta di bawah ini, bisa kita lihat, adakalanya satu wilayah mempunyai
ketinggian bulan positif dan ada kalanya negatif. Wilayah-wilayah yang
mempunyai ketinggian bulan negatif sudah barang tentu dapat disimpulkan di
wilayah tersebut tidaklah mungkin bulan akan nampak. Sedangkan untuk
daerah-daerah yang mempunyai ketinggian positif masih perlu di analisi lebih
lanjut dengan gabungan data-data lainnya. Jadi jelaslah bahwa syarat mutlak
kenampakan hilal adalah posisi bulan
harus berada di atas ufuk.
![]()
Gambar 5. Peta Ketinggian bulan
dalam derajat pada saat matahari terbenam
|
Apa kriteria kenampakan hilal?
Sampai hari ini masih terjadi perbedaan pendapat. Andaikan kita murni
menggunakan ketinggian hilal saja, maka garis tanggal tersebut akan tergantung
pada kriteria berapa derajat kita menerapkannya (lihat gambar atas).
Selanjutnya garis tanggal yang diterapkan akan disesuaikan dengan wilayatul
hikmi yang berlaku. Hal ini akan menyebabkan garis tanggal dalam kalender Islam
tidak berupa garis lurus (mulus) dan bahkan garis tanggal discontinue
(putus-putus) apabila kriteria yang diberlakukan berbeda antar satu negara
dengan negara lainnya.
Kesimpulan
Permasalahan garis
tanggal International dalam sistem penanggalan Miladiah pada abad ke 15, pada
akhirnya dapat diselesaikan dengan cara konvensi dalam International Meridian
Conference pada tahun 1884. Setelah lebih dari 4 abad lamanya,
perbedaan-perbedaan persepsi mengenai garis tanggal International ini dapat
disatukan.
Bagaimana dengan
pemecahan masalah penentuan garis tanggal dalam sistem penanggalan Hijriyah?
Hal ini bukan hal yang tidak mungkin untuk lebih cepat diselesaikan. Pada
hakekatnya, faktor utama untuk pemecahan masalah ini adalah diperlukannya
lembaga yang mempunyai wewenang untuk memutuskan segala perbedaan yang ada.
Keputusan ini sifatnya mengikat. Supaya tidak menimbulkan kontroversi maka
pemegang wewenang ini harus di bekali dengan data-data ilmiah, fiqh dan
kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang berkepentingan.
Saran-saran
Untuk penyatuan garis tanggal dalam penanggalan Hijriyah di Indonesia,
perlu ditetapkan sebuah lembaga yang mempunyai wewenang memutuskan garis
tanggal yang diberlakukan. Dengan keputusan ini diharapkan perbedaan-perbedaan
yang selama ini ada dapat disatukan.
Referensi
van Gent, R.H. A History of
the International Date Line, Natuur & Sterrenkunde Universiteit Utrecht,
Holland, 2001\
Khafid Astronomi Salah Satu
Solusi Penyatuan Kalender Islam,
BAKOSURTANAL
2005
Whitfield, P. 1994. The image of the world: 20 centuries of
world maps. Pomegranate Artbooks, San
Francisco , 144 p.
Wolf R., 1890. Handbuch der Astronomie, Ihrer Geschichte und Literatur, Zurich , vol 1, pp.
465-466.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar