BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kalender
merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan umat manusia, karena
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup kecuali dengan berinteraksi
dengan lainnya. Dalam sekup kehidupan yang kecil saja, jika ada dua orang yang
berjanji akan bertemu untuk suatu urusan, maka akan sangat sulit
melaksanakannya kecuali ada sebuah kalender yang bisa digunakan sebagai patokan
janji mereka tersebut. Misalnya dua bulan lagi pada hari ini dan tanggal
sekian, bulan dan tahun sekian. Dalam fikih muamalah, jika jual beli misalnya
dilaksanakan secara tempo, baik dari pihak penjual maupun pembeli, maka harus
ditentukan waktu pembayarannya agar tidak terjerumus pada jahalah
(ketidakjelasan). Dan itu sangat sulit kalau tidak ada sistem kalender yang
menjadi patoka nmereka berdua. Perlunya mengetahui waktu ini diisyaratkan oleh
Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan sangat nampak dalam banyak ayat-Nya. Di
antaranya adalah:
“Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
rnengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Alloh tidak menciptakan
yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya ) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus [10]:5)
“Dan Kami jadikan
malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami
jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Robbmu, dan
supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan.Dan segala sesuatu
telah Kami terangkan dengan jelas.” (QS. al-Isro': 12)
“Sesungguhnya
hitungan bulan di sisi Alloh ada 12 bulan dalam hitab Alloh pada hari
menciptakan langit dan bumi, di antaranya terdapat empat bulan haram (mulia).
Ini adalah agama yang lurus.” (QS. at-Taubah [9]: 36)
Ayat-ayat ini
memberikan isyarat bahwa penciptaan langit dan bumi serta alam semesta juga
peredaran bulan, matahari dan benda langit lainnya, adalah dalam waktu yang
telah ditetapkan oleh Alloh tanpa bergeser sedikitpun. Hal ini memungkinkan
bagi manusia -dengan taufik dari Alloh- untuk merumuskan pembuatan kalender
untuk hari-hari yang akan datang. Banyak sekali aktivitas manusia yang
membutuhkan penentuan waktu yang tepat, terutama bila kita melihat perkembangan
dunia yang demikian pesat ini. Maka, semua itu tidak mungkin terIaksana kecuali
dengan adanya sebuah kalender yang mapan. Bahkan kalau boleh kita katakan,
kalender adalah sebuah tuntutan peradaban( civiIizational imperative) yang
bahkan juga merupakan syarat bagi suatu peradaban agar tetap eksis dan
berkembang.
Oleh karena itulah
sistem pembuatan kalender ini sudah ada sejak dahulu kala, jauh sebelum
kedatangan Islam. Dan saat Rosululloh Shalloohu ‘alaihi wa Salam datang di
jaziroh Arab, saat itu sudah ada nama hari, tanggal, dan bulan. Rosululloh
Shalloohu ‘alaihi wa Salam menetapkannya dan tidak mengingkarinya. Bahkan kaum
muslim generasi awal -tepatnya zaman Kholifah Umar bin Khoththob radhialloohu
‘anhu, -mereka ingin membuat sebuah kalender dan menetapkan nama hari dan bulan
sebagaimana yang sudah ada sejak zaman jahiliyyah.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana konsep 12 bulan dalam satu
tahun dalam perspektif al-Qur’an?
2. Apa pengaruh peredaran semu matahari
terhadap tata kehidupan bumi?
3. Bagaimana konsep permulaan awal
bulan Qmaraiyah dalam tinjauan sains?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Mengetahui konsep 12 bulan dalam
satu tahun dalam perspektif al-Qur’an
2. Mengetahui pengaruh peredaran semu
matahari terhadap tata kehidupan bumi
3. Mengetahui konsep permulaan awal
bulan dalam tinjauan sains
BAB II
12 BULAN DALAM SATU TAHUN
(KAJIAN AYAT ASTRONOMI BENDA-BENDA LANGIT
SEBAGAI PENANDA WAKTU)
A. Kajian Tafsir : Satu Tahun Terdiri Dari 12 Bulan
ِنَّ عِدَّةَ
الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ
الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ
كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ
الْمُتَّقِينَ
Artinya
: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat
bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu
Menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.(Qs. at Taubah : 36)[1]
Alloh
SWT mengabarkan bahwa bilangan bulan
pada hokum Alloh dan tercatat di lauhul mahfuzh adalah 12 bulan di waktu
Dia menciptakan langit dan bumi. Diantara bulan-bulan tersebut terdapat 4 bulan
haram ; Alloh mengharamkan melakukan peperangan pada waktu itu ( keempat bulan
haram tersebut yaitu ; Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab). Itu adalah
agama yang lurus. Oleh karena itu, janganlah kalian menganiaya diri kalian pada
bulan-bulan tersebut, karena bertambahnya pengharamannya, perbuatan zholim pada
waktu itu lebih dahsyat daripada bulan-bulan lainnya, bukan berari kezhaliman
boleh dilakukan di luar bulan-bulan tersebut. Dan, perangilah perangilah kaum
musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan
ketahuilah bahwa Alloh berserta orang-orang yang bertaqwa dengan
penguatan dan pertolongannya.[2]
Alloh ta’ala mengawali ayat yang mulia ini dengan huruf “إن ” yang berarti ‘ sesungguhnya’. Dalam
Ilmu Bahasa Arab huruf ini digolongan sebagai salah satu huruf yang berfungsi
untuk menegaskan sebuh pernyataan ( Harfu Littaukiid ). Muhammad ath
Thohir bin Muhammad bin Muhammad ath Thohir bin Asyur at Tunisiy (Wafat : 1393
H) di dalam tafsirnya, التحرير والتنوير من التفسير (at
Tahriir wa at Tanwiir min at Tafsiir) mengatakan, pembukaan ungkapan dengan
menggunakan huruf taukiid untuk menunjukkan pentingnya isi ungkapan yang hendak
disampaikan supaya pendengaran dan hati orang yang mendengarnya akan
benar-benar memperhatikannya. [3]
Alloh
ta’ala berfirman, إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ
اللَّهِ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah yang dimaksud
dengan bulan di sini yaitu : Bulan Qomariyah, karena ada indikasi yang
menunjukkan demikian, yaitu di antaranya sabda nabi shallallohu ‘alaihi
wasallam yang nanti akan disebutkan secara sempurna insyaa Allohu
ta’ala tatkala membahas firman Alloh ta’ala, “مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ “di antaranya empat bulan haram. Namun,
tidak mengapa sekarang saya sebutkan sisi pengambilan sabda beliau sebagai
indikasi bahwa bulan yang dimaksud adalah bulan qomariyah, bukan syamsyiyyah.
Dalam sabda beliau , beliau menyebutkan bulan “ DzulQo’dah, Dzulhijjah,
Muharrom, dan Rojab “. Keempat bulan ini semunya adalah “ bulan Qomariyah”.
Dengan demikian, diduga kuat bahwa yang dimaksud dengan bulan dalam firman
Alloh, إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah “bulan Qomariyah”. Wallohu
a’lam. Di samping karena bulan qomariyah adalah bulan yang masyhur di
kalangan orang arab yang mana alQur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa
mereka… [4]
Firman
Alloh, “ عِنْدَ اللَّهِ “ (pada sisi
Allah), ini menunjukkan bahwa bulan-bulan dalam setahun tersebut merupakan
ketetapan Alloh ta’ala. Adapun jumlah bulan-bulan tersebut adalah 12
bulan.Dalam ayat ini, Alloh tidak menyebutkan secara terperinci mengenai nama
masing-masing bulan. Nama-nama bulan tersebut yaitu ; المحرم (Muharrom), صفر (Shofar), ربيع أول (Robi’ul
Awwal), ربيع الآخر (Robi’ul Akhir), جمادى الأولى (jumadal Ula), جمادى الآخر الآخرة (jumadal Akhiroh),
رجب (rojab), شعبان
(sya’ban), رمضان (Ramadhan), شوال (syawwal), القعدة (Dzul Qo’dah ), الحجة
(Dzuhijjah) [5]
Kemudian,
Alloh berfirman, مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ,
di antaranya(yakni : di antara keduabelas bulan yang telah kita sebutkan
tadi) ada empat bulan haram. Apa sajakah keempat bulan tersebut ? Rosululloh
shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
السنة اثنا عشر
شهرا منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين
جمادى وشعبان
Di dalam satu tahun ada dua belas bulan dan di
antaranya terdapat empat bulan haram, tiga di antaranya berturut-turut:
Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan Rajab yang berada di antara bulan
Jumada dan Sya’ban.” [6]
Jadi, keempat bulan tersbut adalah :
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Inilah yang difahami oleh Abdullah
bin Abbas saat menafsirkan ayat tersebut di atas seperti dinukil oleh
al-Hafizh ibnu Kasir di dalam kitabnya, “ Tafsir al Qur’an al Azhim
“[7].
Sementara itu Bulan
berevolusi sampai kembali membentuk posisi satu garis lurus antara
matahari-bulan-bumi (fase ini disebut dengan konjungsi) selama 29 hari 12 jam 44
menit 2,8 detik. Inilah yang dinamakan dengan satu bulan. Dua belas kali
peristiwa ini 354 hari 8 jam 48 menit 35 detik) waktunya hampir sama dengan
kala edar bumi mengelilingi matahari (satu tahun kalender Miladiyah). Al-Biruni
(362-440 H), seorang astronom muslim, mengatakan bahwa inilah yang menyebabkan
satu tahun dalam kalender Hijriyah ada 12 bulan[8].
Apabila kita melacak kembali pada kitab-kitab tafsir seperti Jâmi’u’l Bayân,
Imam al-Thabari mengatakan bahwa jumlah 12 bulan dalam setahun adalah ketetapan
Allah Swt. sesuai Firman Allah Swt. dalam Surah al-Taubah ayat 36-37.
Imam al-Razi juga menambahkan bahwa jumlah 12 bulan dalam setahun ini sudah
ditetapkan di al-Lauh al-Mahfûdz dan tercantum dalam al-Quran.
B. Kajian Astronomi Benda Langit Sebagai Penanda Waktu
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ
كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia
sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua” (Yaa Siin : 39)
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا
اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (Yaa Siin : 40)
1. Peredaran semu matahari
1. وَالشَّمْسُ
تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيم
“dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Yaa Siin : 38)
Setiap hari kita
melihat bahwa matahari terbit di kaki langit sebelah Timur, lalu bergerak makin
lama makin tinggi, hingga akhirnya pada tengah hari mencapai tempat
kedudukannya yang paling tinggi pada hari itu. Setelah itu ia meneruskan
perjalannya, tempatnya di langit makin lama makin rendah, dan pada senja hari
kita lihat ia terbenam di ufuk sebelah Barat.
Perjalanan
matahari seperti itu bukanlah gerak matahari yang sebenarnya, akan tetapi
terjadi akibat adanya perputaran bumi pada porosnya (rotasi) selama sehari
semalam.

Peristiwa
perjalanan matahari semacam itu dinamakan perjalanan semu matahari. Disamping
melakukan perjalanan semu, matahari juga melakukan perjalanan tahunannya yang
sesungguhnya, yakni perjalanan matahari dari arah Barat ke Timur dalam waktu
satu tahun (365,2425 hari) untuk sekali putaran. Dengan demikian dalam sehari
matahari bergerak 000 59' 08,33". Jalur perjalanan tahunan matahari itu
tidak berimpit dengan equator langit, tetapi ia membentuk sudut sekitar 230 27'
dengan equatr. Jalur perjalanan matahari inilah yang disebut Ekliptika
(da-iratul Buruj). Ekliptika (da-iratul Buruj) ialah lingkaran besar pada bola
langit yang memotong lingkaran equator langit dengan membentuk sudut 230 27' .
Titik perpotongan
antara lingkaran equator dengan ekliptika itu terjadi dua kali. Perpotongan
pertama terjadi pada saat matahari bergerak dari langit bagian selatan ke
langit bagian utara yaitu di titik Aries (tanggal 21 Maret) yang disebut Vernal
Equinox. Perpotongan kedua terjadi pada saat matahari bergerak dari bagian
langit utara ke bagian langit selatan yaitu pada titik Libra (tanggal 23
September) yang disebut Auntumnal Equinox.
Ekliptika terbagi
atas 12 bagian yang masing-masing besarnya 30 derajat. Bagian-bagian itu
disebut rasi bintang (mintaqatul buruj/zodiac/ constelation). Zodiak ini
terdiri dari dua belas (12) rasi bintang yang membentang disepanjang ekliptika,
sehingga seolah-olah merupakan ikat pinggang bola langit. Rasi bintang ialah
gugusan bintang-bintang yang sering disebut dengan zodiak atau constelation.
Rasi bintang yang ada di sabuk zodiak ada 12, yaitu: Pada saat matahari
menduduki rasi bintang Aries, Taurus dan gemini atau antara tanggal 21 Maret –
21 Juni (matahari berada disebelah utara ekuator) belahan bumi bagian utara
mengalami musim bunga (spring) dan belahan bumi bagian selatan mengalami musim
rontok (autum). Pada saat matahari menduduki rasi bintang Cancer, Leo dan Virgo
atau antara tanggal 21 Juni – 23 September (matahari berada disebelah utara
ekuator) belahan bumi bagian utara mengalami musim panas (summer) dan belahan
bumi bagian selatan mengalami musim dingin (winter).
Pada saat matahari
menduduki rasi bintang Libra, Scorpio dan Sagitarius atau antara tanggal 23 September
– 22 Desember (matahari berada disebelah selatan ekuator) belahan bumi bagian
utara mengalami musim rontok dan belahan bumi bagian selatan mengalami musim
bunga. Pada saat matahari menduduki rasi bintang Aries, Taurus dan gemini atau
antara tanggal 22 Desember – 21 Maret (matahari berada disebelah selatan
ekuator) belahan bumi bagian utara mengalami musim dingin dan belahan bumi
bagian selatan mengalami musim panas

2. Peredaran bulan
uqèd “Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$u‹ÅÊ tyJs)ø9$#ur #Y‘qçR ¼çnu‘£‰s%ur tAΗ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠy‰tã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ ÇÎÈ
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hakdia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.
Bulan terbentuk saat planet lain bertumbukan dengan bumi muda.
Pecahan batuan dari peristiwa itu uncul bersama dan membentuk bulan.[9] Kalender
Hijriah Dalam peredarannya, bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu
rotasi,revolusi, dan bersama dengan bumi mengitari matahari. Periode rotasinya
sama denganperiode revolusinya. Akibatnya, muka bulan yang menghadap bulan
selalu sama yakniseparuh bagian dan bagian lain tidak pernah menghadap ke bumi.
Untuk satu kalibergerak berputar mengelilingi bumi, bulan memerlukan waktu
selama 27 1/3 hari yangdisebut satu bulan sideris. Sebenarnya, pada saat
tersebut bumi telah bergerak mengitarimatahari sejauh 270.

Jadi, bulan harus menempuh selisih jarak
tersebut agar kembali keposisi semula relative terhadap matahari. Dengan
demikian, selang waktu satu kalirevolusi bulan adalah 29 ½ hari yang disebut
satu bulan sinodis (qomariah).[10]
Dari kedudukan bulan yang berbeda-beda menghasilkan bentuk bulan yangberbeda
pula yang disebut fase bulan, yaitu: 1. Pada kedudukan 1, yaitu pada saat
kedudukan matahari, bulan dan bumi terletak satu garis lurus. Pada kedudukan
bulan mulai berevolusi disebut bulan baru atau bulan muda. 2. Pada kedudukan 2,
separuh bagian bulan yang menghadap bumi kira-kira hanya seperempatnya yang terkena
sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan sabit.[11] 3. Pada kedudukan 3, separuh bulan yang
menghadap bumi kira-kira hanya seperempatnya yang terkena sinar matahari.
Akibatnya, kita melihat setengah bulatan yang disebut kuartir pertama atau bulan
separuh. 4. Pada kedudukan 4, separuh bagian bulan yang menghadap bumi
kira-kira tiga per empatnya terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat
bulan cembung. 5. Pada kedudukan 5, separuh bagian bulan yang menghadap bumi
seluruhnya terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan purnama.
PERUBAHAN PENAMPAKAN BENTUK BULAN (FASE BULAN)[12]

Kalender
Hijriah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalenderlunar
(qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklussinodik
bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari =
354,36708hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih
pendek sekitar 11 haridibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi. Penentuan
dimulainya sebuah hari/tanggalpada Kalender Hijriah berbeda dengan pada
Kalender Masehi. Pada sistem KalenderMasehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada
pukul 00.00 waktu setempat. Namun padasistem Kalender Hijriah, sebuah
hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari ditempat tersebut. Faktanya,
siklus sinodik bulan bervariasi.
Kalender Hijriah bergantung pada
posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yangmencapai 30 hari bersesuaian
dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge,yaitu jarak terjauh
antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi beradapada jarak
terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan
yangberlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige
(jarak terdekatbulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari
matahari (aphelion). Darisini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah
(29 - 30 hari) sesuaidengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi
dan Matahari). Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya
penampakan(visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru
(konjungsi atau ijtimak).Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah
terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilalberada di ufuk barat. Jika hilal
tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari padabulan tersebut
dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan manasaja yang
memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung
padapenampakan hilal.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alloh
SWT mengabarkan bahwa bilangan bulan
pada hukum Alloh dan tercatat di lauhul mahfuzh adalah 12 bulan di waktu
Dia menciptakan langit dan bumi sebagiamana dijelaskan dalam surat at-taubah
ayat 36 diatas, para mufasir mnyebutkan bahwasannya hal tersebut adlah
mengabarkan kalender qomariyah.
Salah satu
pengaruh dari peredaran semu matahari yakni akan Nampak dirasakan saat matahari
menduduki rasi bintang Aries, Taurus dan gemini atau antara tanggal 21 Maret –
21 Juni (matahari berada disebelah utara ekuator) belahan bumi bagian utara
mengalami musim bunga (spring) dan belahan bumi bagian selatan mengalami musim
rontok (autum). Pada saat matahari menduduki rasi bintang Cancer, Leo dan Virgo
atau antara tanggal 21 Juni – 23 September (matahari berada disebelah utara
ekuator) belahan bumi bagian utara mengalami musim panas (summer) dan belahan bumi
bagian selatan mengalami musim dingin (winter).
Pada saat matahari
menduduki rasi bintang Libra, Scorpio dan Sagitarius atau antara tanggal 23
September – 22 Desember (matahari berada disebelah selatan ekuator) belahan
bumi bagian utara mengalami musim rontok dan belahan bumi bagian selatan
mengalami musim bunga. Pada saat matahari menduduki rasi bintang Aries, Taurus
dan gemini atau antara tanggal 22 Desember – 21 Maret (matahari berada
disebelah selatan ekuator) belahan bumi bagian utara mengalami musim dingin dan
belahan bumi bagian selatan mengalami musim panas
separuh bagian
bulan yang menghadap bumi kira-kira hanya seperempatnya yang terkena sinar
matahari. Akibatnya, kita melihat bulan sabit. Bulan sabit nilah yang dijadikan
pertanda masuknya awal bulan dalam penanggalan hijriyah.
B. Saran-saran
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat
manusia yang tidak pernah mengalami kadaluarsa informasi dan kebenaran sudah
semestinya memiliki tempat yang strategis dalam semua lini kehidupan, tak pelak
khususnya dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak ayat-ayat al-Qur’an
yang menerangkan tentang pelbagai aktifitas benda langit yang notabene
dijadikan sebagai dasar penetapan suatu waktu yang sangat urgen bagi
keberlangsungan hidup umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
·
Al-Qur’an dan terjemahan Departeman Agama
Republik Indonesia
·
At Tahriir wa at Tanwiir min at Tafsiir,
Muhammad ath Thohir bin Muhammad bin Muhammad ath Thohir bin Asyur at Tunisiy .
.
·
Khazin, Muhyiddin. 2007. Ilmu Falak dalam Teori
dan Praktek. Yogyakarta: Buana Pustaka
·
Moh Murtadho, 2008, Ilmu
Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press,
·
Nicholas
Harris, 2007,Atlas Ruang Angkasa, Jakarta:
Erlangga
·
Tafsir al Muyassar, Sejumlah Profesor
bidang tafsir di bawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turki
[1]
Asbabu nuzul: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah atsar melalui Abu Malik
yang menceritakan, bahwa pada zaman jahiliah orang-orang menjadikan satu tahun
menjadi tiga belas bulan. Maka mereka menjadikan bulan Muharam sebagai bulan
Shafar, sehingga mereka menghalalkan banyak hal yang diharamkan pada bulan
Muharam tersebut. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya
mengundur-undur bulan haram itu adalah menambahkan kekafiran.” (Q.S. At-Taubah
37).
[2]
. (Tafsir al Muyassar, Sejumlah Profesor bidang
tafsir di bawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turki)
[3]
at Tahriir wa at Tanwiir min at Tafsiir, Muhammad
ath Thohir bin Muhammad bin Muhammad ath Thohir bin Asyur at Tunisiy (Wafat :
1393 H)
[5]
Menurut Tantawi al-Jauhari dalam
Azhari (2007) nama – nama bulan Islam yang sekarang diadopsi berasal dari zaman
Kilab bin Murrah salah satu kakek Nabi Muhammad saw. Lihat juga ( Lihat المشهور في أسماء الأيام والشهور , al-Masyhuuru
Fii Asmaai al Ayyaam wa asy Syuhuur, Syaikh Ilmuddin as Sakhowi) .
[11]
Khazin,
Muhyiddin. 2007. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Buana Pustaka , hal.108
Tidak ada komentar:
Posting Komentar