BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengamati benda-benda langit telah
dilakukan manusia jauh sebelum bekembangnya peradaban. Akan tetapi, pada waktu
itu mereka tidak dapat menulis, maka tidak ada yang terekam dalam catatan.
Selain itu, mereka hanya mementingkan bagaimana mendapatkan makanan daripada
memberikan terlalu banyak perhatian terhadap kejadian-kejadian di Langit.
Pada 8 hingga 10 ribu tahun SM
setelah pertanian berkembang, barulah mereka merasakan kebutuhan untuk memahami
irama pemusiman. Hal ini bertujuan agar mereka dapat memulai bercocok tanam
pada saat yang tepat. Peradaban inilah yang dilakukan pertama kali oleh bangsa
Babylonia. Bangsa Babylonia menyusun sebuah kalender berdasarkan siklus
beraturan 29,5 hari dari fase yang terjadi pada bulan.
Dan pada masa sekarang ini dimana
teknologi dan ilmu pengetahuan telah maju dan berkembang, ternyata kalender
masih juga digunakan. Kalender adalah sistem pengorganisasian satuan- satuan
waktu, untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang.
Kalender berkaitan erat dengan peradaban manusia karena berperan penting dalam
penentuan waktu berburu, bertani, bermigrasi, peribadatan, dan perayaan-
perayaan. Oleh karena itu kita memerlukan kalender untuk merencanakan segala
kegiatan yang akan dilaksanakan agar lebih mudah dalam perencanaan dan
pengaturannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang masalah yang telah kami kemukakan, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam makalah ini yaitu:
“Aspek-aspek Astronomi Dalam Kalender”, dimana
kalender merupakan sistem pengorganisasian satuan- satuan waktu, untuk tujuan
penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang ditinjau dari sisi
historisnya, seperti yang akan kami jelaskan berikut.
BAB II
ASPEK-ASPEK ASTRONOMI DALAM ASTRONOMI
(SEMI ASTRONOMI)
A. Kategori
Kalender
Ilmu
astronomi, sangatlah berperan dalam kalender. Hal ini bisa dilihat antara lain
dalam menentukan panjang tahunnya, yang menggunakan siklus tropis matahari dan
ada yang menggunakan siklus sinodis bulan. Disamping aspek astronomi yang
berperan dalam kalender, ada juga aspek non astronomi yang mewarnainya, seperti
siklus hari dalam seminggu. Akan tetapi, dalam penamaan hari, mereka mengambil
dari benda-benda langit yang notabene termasuk benda-benda yang dipelajari dalam
ilmu astronomi.
Kalender-kalender yang ada di dunia ini dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam:
- Kalender Matahari (Solar Calender)
Kalender yang dalam menentukan panjang satu tahunnya
menggunakan siklus tropis matahari, yaitu siklus matahari melewati titik Vernal
Equinok dua kali berturut-turut. Misal, kalender Masehi, Diocletin,
Ar-Rumy.
- Kalender Bulan (Lunar Calender)
Kalender yang dalam menentukan panjang satu tahunnya
menggunakan siklus sinodis bulan, yaitu siklus dua fase bulan yang sama secara
berurutan. Misal, kalender Hijriah dan Saka Jawa.
- Kalender Matahari Bulan ( Lunisolar Calender)
Kalender yang merupakan gabungan antara solar calender
dan lunar calender, maksudnya pergantian bulan berdasarkan siklus sinodis bulan
dan beberapa tahun sekali di sisipi tambahan bulan (intercalary month) supaya
kalender tersebut sama kembali dengan panjang siklus tropis matahari. Misal,
kalender Yahudi dan Cina.
Selain pembagian diatas, ada
pembagian kalender berdasarkan mudah atau tidaknya perhitungan yang digunakan.
Kalender tersebut diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, kalender Aritmatik dan
kalender Astronomi.
B. Sistem-Sistem
Kalender
Ada banyak system kalender yang pernah berlaku di dunia ini, sejak zaman
primitive sampai modern sekarang ini. Beberapa diantaranya sebagaimana
disebutkan dalam Encyclopedia Britanica sebagai berikut:
-
Primitive Calender system
-
Western Calenders
-
Chinese Calender
-
Egyptian Calender
-
Hindu Calender
-
Babylonia Calender
-
Jewish Calender
-
Greek Calender
-
Muslim Calender
-
Middle America Calender
Kalender
Mesir Kuno (Primitive Calender System)
System kalender yang digunakan
Bangsa Mesir Kuno pada saat itu berdasarkan gerak perputaran bulan mengelilingi
bumi, yang dikenal dengan istilah Lunar system. Masyarakat Mesir Kuno
membagi waktu dalam setahun, 365 hari, 12 bulan, masing-masing bulan terdiri
dari 30 hari, dan 5 hari sisanya digunakan untuk pesta tahunan. Orang Mesir
menggunakan pengetahuan ini untuk mempersiapkan diri menghadapi meluapnya
Sungai Nil, musim tanam, dan musim panen. Siklus tahunan dimulai saat bintang
paling terang, bintang Sirius, terbit pertama sebelum matahari.
Kalender
Romawi Kuno
Pada abad 8 SM, Raja Romulus, pendiri kerajaan Romawi,
memberlakukan kalender 10 bulan, diawali pada bulan Maret dan berakhir pada
bulan Desember; sedangkan pada dua bulan lainnya tanpa nama, yakni bulan-bulan
pada musim dingin. Kemudian sekitar tahun716-673 SM berkembang system kalender
Romawi yang diprakarsai oleh Raja Romawi ke 2, Huma Pompilius. Kalender ini
menggunakan perpaduan antara Lunar (peredaran bulan) dan Solar
(peredaran matahari) atau dalam istilah ilmu Astronomi adalah Lunisolar
System dengan jumlah hari 355 dalam satu tahun. Huma Pompilius juga
memberi nama Januari dan Februari pada dua bulan musim dingin tanpa nama tersebut.
Pada system ini telah diterapkan
perhitungan satu tahun yang terdiri dari 12 bulan yang dimulai dari bulan Martius
dan terdiri dari:
Nama
|
Hari
|
Keterangan
|
Martius
|
31
|
Mars. Dewa perang
|
Aprilis
|
29
|
Apru, dewa asmara bangsa Etruscan
|
Maius
|
31
|
Maia, saudara tertua Atlas
|
Junius
|
29
|
Juno, istri Jupiter
|
Quintilis
|
31
|
Bulan kelima
|
Sextilis
|
29
|
Bulan keenam
|
September
|
29
|
Bulan ketujuh
|
October
|
31
|
Bulan kedelapan
|
November
|
29
|
Bulan kesembilan
|
December
|
29
|
Bulan kesepuluh
|
Januarius
|
29
|
Janus, malaikat bermuka dua
penjaga gerbang Roma
|
Februarius
|
28
|
Februa, hari pembersihan
|
Selain dikelompokkan dalam satuan
tahun dan bulan, waktu juga dikelompokkan dalam satuan pecan yang terdiri dari
tujuh hari. Penetapan jumlah tujuh hari sebagai satuan pekan, diduga para ahli,
berasal dari jumlah “planet” yang pertama kali dikenali dengan baik.
Planet-planet tersebut adalah Matahari, Bulan, dan lima planet terang:
Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus.
Kalender Julius
Caesar
Pada 45 SM, Julius Caesar dibantu
Sosigenes, ahli matematika Alexandria, mereformasi kalender surya yang
dipergunakan Bangsa Romawi. Awal bulan tidak dimulai pada Maret, melainkan
Januari. Jumlah harinya pun dalam satu tahun tidak 355 hari tetapi 365,25 hari,
dengan catatan untuk tahun yang dapat dibagi 4 membulatkan faktor 0,25 hari.
Perhitungan yang semula menggunakan Lunisolar System dirubah menjadi Solar
System secara penuh. Pada system ini jumlah hitungan masing-masing umur
bulan mengalami perombakan. Oleh sebab itu, dikenal adanya tahun kabisat yang
berlaku setiap 4 (empat) tahun sekali. Dengan demikian setiap tahun yang habis
dibagi 4, maka tahun itu termasuk tahun Kabisat yang umurnya 366 hari,
sedangkan selain daripada itu berumur 365 hari. Bukan hanya itu, Julius juga
mengganti nama bulan Quintilis dengan namanya sendiri, Julius. Pada 8 M,
Raja Augustus mengganti nama bulan Sextilis dengan namanya.
Selengkapnya nama-nama dan umur
masing-masing bulan dalam system ini:
NO
|
NAMA-NAMA
BULAN
|
UMUR BULAN
|
1
|
Januarius
|
31
|
2
|
Februarius
|
28/29
|
3
|
Martius
|
31
|
4
|
Aprilis
|
30
|
5
|
Maius
|
31
|
6
|
Junius
|
30
|
7
|
Julius
|
31
|
8
|
Augustus
|
31
|
9
|
September
|
30
|
10
|
October
|
31
|
11
|
November
|
30
|
12
|
December
|
31
|
Kalender Gregorius
Paus Gregorius XIII (1502-1585)
bersama seorang pendeta yang juga seorang astronom dan ahli matematika, Christoper
Clavius (1537-1621) melakukan perbaikan system kalender yang diterapkan oleh
Julius, yaitu Kalender Julian. Pada bulan Maret 1582 M mereka mengadakan
mereformasi kalender Julian karena merasa adanya ketidaktepatan
perhitungan. Menurut kepercayaan yang mereka yakini adalah bahwa Nabi Isa
al-Masih wafat pada hari Minggu saat bulan purnama setelah matahari melintasi
bintang Aries yang selalu terjadi pada tanggal 21 Maret. Ternyata perhitungan
itu telah bergeser 10 hari lebih awal dari hari yang ditentukan dalam
kepercayaan orang-orang Masehi. Sebagai seorang ahli matematika C. Clavius
kemudian menghitung umur tahun yang dihitung oleh Julius Caesar, yakni 365,25
hari atau sama dengan 365 hari 6 jam ternyata tidak tepat. Menurutnya, umur
tahun yang sesungguhnya adalah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik atau
365,2421990741 hari. Jadi pada system kalender Julian ada kelebihan
sebesar 0,0078009259 hari.
Mengingat adanya selisih tersebut,
maka perlu adanya koreksi pada setiap 400 tahun (misalnya 1700, 1800, 1900)
maka tahun tersebut yang seharusnya tahun Kabisat ditetapkan menjadi
tahun Basitah. Dengan cara ini, maka setiap 400 tahun ada 3 tahun yang
semestinya Kabisat (umur tahun 366 hari) ditetapkan menjadi Basitah
(umur tahun 365 hari) . system kalender ini selanjutnya dikenal dengan Kalender
Gregorius.
Kalender-kalender yang telah
dijelaskan diatas menandai siklus peristiwa alam, gerak periodik matahari ke
utara dan ke selatan serta kemunculan Bulan dengan berbagai pola penampakannya.
BAB III
PENUTUP
- ANALISIS
Menurut pengelompokkan kalender yang
digunakan di dunia ini, maka kalender itu terbagi 3 yaitu Solar Calender,
Lunar Calender, Lunisolar Calender. Sedangkan menurut sistem penanggaln
yang digunakan, maka kalender itu terbagi 2, yaitu: Aritmatika Calender dan
Astronomi Calender. Kalender astronomik adalah kalender yang perhitungannya
menggunakan perhitungan astronomik yang cendrung agak sulit. Untuk menentukan
tanggal dalam kalender ini harus melalui observasi ke lapangan. Perhitungan ini
sangat akurat karena kita berhadapan langsung dengan objek (matahari dan bulan)
yang terlibat dalam perhitungan tersebut. Karena jika kita menggunakan
perhitungan matematis saja tanpa observasi maka ada kemungkinan kita salah
karena itu bersifat prediktif. Pada dasarnya, mean dan siklus benda langit itu
berubah. Sedangkan kalender arithmatik menggunakan perhitungan
yang matematis yaitu melalui perhitungan aritmatika sederhana. Perhitungan ini
kurang akurat karena itu hanya bersifat hipotesis verifikatif. Namun kalender
ini juga mempunyai keuntungan yaitu kita dapat memprediksi suatu peristiwa.
- KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kami paparkan diatas, maka kami menyimpulkan
yang menjadi streshing pada aspek-aspek astronomi dalam kalender yaitu
siklus peristiwa alam, gerak periodik Matahari dan kemunculan Bulan yang dapat
menciptakan berbagai macam system pengorganisasian satuan waktu untuk jangka
panjang dalam melakukan segala aktivitas manusia baik sebagai makhluk individu
maupun makhluk sosial.
REFRENSI
Ariasti, A. W., Dirghantara, Fajar,
dan Hakim, Lutfi Malasan, Perjalanan Mengenal Astronomi, Penerbit ITB
Bandung, Bandung, 1995.
Darsono, Ruswa, Penanggalan Islam
(Tinjauan Fiqih dan Hisab Penanggalan), Penerbit LABDA Press, Yogyakarta,
2009.
Kerrod, Robbin, Astronomi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005.
Purwanto, Agus, Nalar Ayat-ayat Semesta, Penerbit Mizan, Surabaya,
2007.
Sany, Fathurrohman, Cara Mudah
Belajar Ilmu Falak Edisi Revisi, ____, Jombang, 2013.
Susiknan
Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.
_____________,
Hisab & Rukyah Wacana Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Pustaka
Belajar, Yogyakarta, 2007.
_____________,
Ilmu Falak perjumpaan khazanah Islam dan sains Modern. Suara Muhamma2diyah,Yogyakarta,
2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar