Rabu, 04 Juni 2014

Aspek Astronomi dalam kalender ( Shofiyulloh ST )

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Mengamati benda-benda langit telah dilakukan manusia jauh sebelum bekembangnya peradaban. Akan tetapi, pada waktu itu mereka tidak dapat menulis, maka tidak ada yang terekam dalam catatan. Selain itu, mereka hanya mementingkan bagaimana mendapatkan makanan daripada memberikan terlalu banyak perhatian terhadap kejadian-kejadian di Langit.
Pada 8 hingga 10 ribu tahun SM setelah pertanian berkembang, barulah mereka merasakan kebutuhan untuk memahami irama pemusiman. Hal ini bertujuan agar mereka dapat memulai bercocok tanam pada saat yang tepat. Peradaban inilah yang dilakukan pertama kali oleh bangsa Babylonia. Bangsa Babylonia menyusun sebuah kalender berdasarkan siklus beraturan 29,5 hari dari fase yang terjadi pada bulan.
Dan pada masa sekarang ini dimana teknologi dan ilmu pengetahuan telah maju dan berkembang, ternyata kalender masih juga digunakan. Kalender adalah sistem pengorganisasian satuan- satuan waktu, untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang. Kalender berkaitan erat dengan peradaban manusia karena berperan penting dalam penentuan waktu berburu, bertani, bermigrasi, peribadatan, dan perayaan- perayaan. Oleh karena itu kita memerlukan kalender untuk merencanakan segala kegiatan yang akan dilaksanakan agar lebih mudah dalam perencanaan dan pengaturannya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah kami kemukakan, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam makalah ini yaitu: “Aspek-aspek Astronomi Dalam Kalender, dimana kalender merupakan sistem pengorganisasian satuan- satuan waktu, untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang ditinjau dari sisi historisnya, seperti yang akan kami jelaskan berikut.
BAB II
ASPEK-ASPEK ASTRONOMI DALAM ASTRONOMI
(SEMI ASTRONOMI)
A.    Kategori Kalender
Ilmu astronomi, sangatlah berperan dalam kalender. Hal ini bisa dilihat antara lain dalam menentukan panjang tahunnya, yang menggunakan siklus tropis matahari dan ada yang menggunakan siklus sinodis bulan. Disamping aspek astronomi yang berperan dalam kalender, ada juga aspek non astronomi yang mewarnainya, seperti siklus hari dalam seminggu. Akan tetapi, dalam penamaan hari, mereka mengambil dari benda-benda langit yang notabene termasuk benda-benda yang dipelajari dalam ilmu astronomi.
Kalender-kalender yang ada di dunia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 macam:
  1. Kalender Matahari (Solar Calender)
Kalender yang dalam menentukan panjang satu tahunnya menggunakan siklus tropis matahari, yaitu siklus matahari melewati titik Vernal Equinok dua kali berturut-turut. Misal, kalender Masehi, Diocletin, Ar-Rumy.
  1. Kalender Bulan (Lunar Calender)
Kalender yang dalam menentukan panjang satu tahunnya menggunakan siklus sinodis bulan, yaitu siklus dua fase bulan yang sama secara berurutan. Misal, kalender Hijriah dan Saka Jawa.
  1. Kalender Matahari Bulan ( Lunisolar Calender)
Kalender yang merupakan gabungan antara solar calender dan lunar calender, maksudnya pergantian bulan berdasarkan siklus sinodis bulan dan beberapa tahun sekali di sisipi tambahan bulan (intercalary month) supaya kalender tersebut sama kembali dengan panjang siklus tropis matahari. Misal, kalender Yahudi dan Cina.
Selain pembagian diatas, ada pembagian kalender berdasarkan mudah atau tidaknya perhitungan yang digunakan. Kalender tersebut diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, kalender Aritmatik dan kalender Astronomi.
B.     Sistem-Sistem Kalender
Ada banyak system kalender yang pernah berlaku di dunia ini, sejak zaman primitive sampai modern sekarang ini. Beberapa diantaranya sebagaimana disebutkan dalam Encyclopedia Britanica sebagai berikut:
-          Primitive Calender system
-          Western Calenders
-          Chinese Calender
-          Egyptian Calender
-          Hindu Calender
-          Babylonia Calender
-          Jewish Calender
-          Greek Calender
-          Muslim Calender
-          Middle America Calender
Kalender Mesir Kuno (Primitive Calender System)
            System kalender yang digunakan Bangsa Mesir Kuno pada saat itu berdasarkan gerak perputaran bulan mengelilingi bumi, yang dikenal dengan istilah Lunar system. Masyarakat Mesir Kuno membagi waktu dalam setahun, 365 hari, 12 bulan, masing-masing bulan terdiri dari 30 hari, dan 5 hari sisanya digunakan untuk pesta tahunan. Orang Mesir menggunakan pengetahuan ini untuk mempersiapkan diri menghadapi meluapnya Sungai Nil, musim tanam, dan musim panen. Siklus tahunan dimulai saat bintang paling terang, bintang Sirius, terbit pertama sebelum matahari.
Kalender Romawi Kuno
            Pada abad 8 SM, Raja Romulus, pendiri kerajaan Romawi, memberlakukan kalender 10 bulan, diawali pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Desember; sedangkan pada dua bulan lainnya tanpa nama, yakni bulan-bulan pada musim dingin. Kemudian sekitar tahun716-673 SM berkembang system kalender Romawi yang diprakarsai oleh Raja Romawi ke 2, Huma Pompilius. Kalender ini menggunakan perpaduan antara Lunar (peredaran bulan) dan Solar (peredaran matahari) atau dalam istilah ilmu Astronomi adalah Lunisolar System dengan jumlah hari 355 dalam satu tahun. Huma Pompilius juga memberi nama Januari dan Februari pada dua bulan  musim dingin tanpa nama tersebut.
            Pada system ini telah diterapkan perhitungan satu tahun yang terdiri dari 12 bulan yang dimulai dari bulan Martius dan terdiri dari:
Nama
Hari
Keterangan
Martius
31
Mars. Dewa perang
Aprilis
29
Apru, dewa asmara bangsa Etruscan
Maius
31
Maia, saudara tertua Atlas
Junius
29
Juno, istri Jupiter
Quintilis
31
Bulan kelima
Sextilis
29
Bulan keenam
September
29
Bulan ketujuh
October
31
Bulan kedelapan
November
29
Bulan kesembilan
December
29
Bulan kesepuluh
Januarius
29
Janus, malaikat bermuka dua penjaga gerbang Roma
Februarius
28
Februa, hari pembersihan
            Selain dikelompokkan dalam satuan tahun dan bulan, waktu juga dikelompokkan dalam satuan pecan yang terdiri dari tujuh hari. Penetapan jumlah tujuh hari sebagai satuan pekan, diduga para ahli, berasal dari jumlah “planet” yang pertama kali dikenali dengan baik. Planet-planet tersebut adalah Matahari, Bulan, dan lima planet terang: Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus.
Kalender Julius Caesar
            Pada 45 SM, Julius Caesar dibantu Sosigenes, ahli matematika Alexandria, mereformasi kalender surya yang dipergunakan Bangsa Romawi. Awal bulan tidak dimulai pada Maret, melainkan Januari. Jumlah harinya pun dalam satu tahun tidak 355 hari tetapi 365,25 hari, dengan catatan untuk tahun yang dapat dibagi 4 membulatkan faktor 0,25 hari. Perhitungan yang semula menggunakan Lunisolar System dirubah menjadi Solar System secara penuh. Pada system ini jumlah hitungan masing-masing umur bulan mengalami perombakan. Oleh sebab itu, dikenal adanya tahun kabisat yang berlaku setiap 4 (empat) tahun sekali. Dengan demikian setiap tahun yang habis dibagi 4, maka tahun itu termasuk tahun Kabisat yang umurnya 366 hari, sedangkan selain daripada itu berumur 365 hari. Bukan hanya itu, Julius juga mengganti nama bulan Quintilis dengan namanya sendiri, Julius. Pada 8 M, Raja Augustus mengganti nama bulan Sextilis dengan namanya.
            Selengkapnya nama-nama dan umur masing-masing bulan dalam system ini:
NO
NAMA-NAMA BULAN
UMUR BULAN
1
Januarius
31
2
Februarius
28/29
3
Martius
31
4
Aprilis
30
5
Maius
31
6
Junius
30
7
Julius
31
8
Augustus
31
9
September
30
10
October
31
11
November
30
12
December
31

Kalender Gregorius
            Paus Gregorius XIII (1502-1585) bersama seorang pendeta yang juga seorang astronom dan ahli matematika, Christoper Clavius (1537-1621) melakukan perbaikan system kalender yang diterapkan oleh Julius, yaitu Kalender Julian. Pada bulan Maret 1582 M mereka mengadakan mereformasi kalender Julian karena merasa adanya ketidaktepatan perhitungan. Menurut kepercayaan yang mereka yakini adalah bahwa Nabi Isa al-Masih wafat pada hari Minggu saat bulan purnama setelah matahari melintasi bintang Aries yang selalu terjadi pada tanggal 21 Maret. Ternyata perhitungan itu telah bergeser 10 hari lebih awal dari hari yang ditentukan dalam kepercayaan orang-orang Masehi. Sebagai seorang ahli matematika C. Clavius kemudian menghitung umur tahun yang dihitung oleh Julius Caesar, yakni 365,25 hari atau sama dengan 365 hari 6 jam ternyata tidak tepat. Menurutnya, umur tahun yang sesungguhnya adalah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik atau 365,2421990741 hari. Jadi pada system kalender Julian ada kelebihan sebesar 0,0078009259 hari.
            Mengingat adanya selisih tersebut, maka perlu adanya koreksi pada setiap 400 tahun (misalnya 1700, 1800, 1900) maka tahun tersebut yang seharusnya tahun Kabisat ditetapkan menjadi tahun Basitah. Dengan cara ini, maka setiap 400 tahun ada 3 tahun yang semestinya Kabisat (umur tahun 366 hari) ditetapkan menjadi Basitah (umur tahun 365 hari) . system kalender ini selanjutnya dikenal dengan Kalender Gregorius.
            Kalender-kalender yang telah dijelaskan diatas menandai siklus peristiwa alam, gerak periodik matahari ke utara dan ke selatan serta kemunculan Bulan dengan berbagai pola penampakannya.











BAB III
PENUTUP
    1. ANALISIS
Menurut pengelompokkan kalender yang digunakan di dunia ini, maka kalender itu terbagi 3 yaitu Solar Calender, Lunar Calender, Lunisolar Calender. Sedangkan menurut sistem penanggaln yang digunakan, maka kalender itu terbagi 2, yaitu: Aritmatika Calender dan Astronomi Calender. Kalender astronomik adalah kalender yang perhitungannya menggunakan perhitungan astronomik yang cendrung agak sulit. Untuk menentukan tanggal dalam kalender ini harus melalui observasi ke lapangan. Perhitungan ini sangat akurat karena kita berhadapan langsung dengan objek (matahari dan bulan) yang terlibat dalam perhitungan tersebut. Karena jika kita menggunakan perhitungan matematis saja tanpa observasi maka ada kemungkinan kita salah karena itu bersifat prediktif. Pada dasarnya, mean dan siklus benda langit itu berubah. Sedangkan kalender arithmatik menggunakan perhitungan yang matematis yaitu melalui perhitungan aritmatika sederhana. Perhitungan ini kurang akurat karena itu hanya bersifat hipotesis verifikatif. Namun kalender ini juga mempunyai keuntungan yaitu kita dapat memprediksi suatu peristiwa.
    1. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kami paparkan diatas, maka kami menyimpulkan yang menjadi streshing pada aspek-aspek astronomi dalam kalender yaitu siklus peristiwa alam, gerak periodik Matahari dan kemunculan Bulan yang dapat menciptakan berbagai macam system pengorganisasian satuan waktu untuk jangka panjang dalam melakukan segala aktivitas manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.



REFRENSI

Ariasti, A. W., Dirghantara, Fajar, dan Hakim, Lutfi Malasan, Perjalanan Mengenal Astronomi, Penerbit ITB Bandung, Bandung, 1995.
Darsono, Ruswa, Penanggalan Islam (Tinjauan Fiqih dan Hisab Penanggalan), Penerbit LABDA Press, Yogyakarta, 2009.
Kerrod, Robbin, Astronomi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005.
Purwanto, Agus, Nalar Ayat-ayat Semesta, Penerbit Mizan, Surabaya, 2007.
Sany, Fathurrohman, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak Edisi Revisi, ____, Jombang, 2013.
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

_____________, Hisab & Rukyah Wacana Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2007.


_____________, Ilmu Falak perjumpaan khazanah Islam dan sains Modern. Suara Muhamma2diyah,Yogyakarta, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar