Rabu, 04 Juni 2014

Luni Solar ( Shofiyulloh ST )

BAB I
PENDAHULUAN

Sejak ribuan tahun yang silam, kalender telah diciptakan oleh manusia, karena memang memerlukannya. Seperti bangsa Mesir telah membuat kalender matahari sekitar tahun 4221 SM. Pada saat itu; tahun matahari terdiri dari 365 hari terbagi kedalam 12 bulan dan masing-masing bulan terdiri 30 hari ditambah dengan 5 hari pesta perayaan tahunan. Bangsa Mesir berkepentingan untuk mempunyai kalender yang seirama dengan siklus tropis matahari untuk mengetahui waktu musim meluapnya sungai Nil, musim tanam dan musim panen. Ada juga bangsa yang membuat kalender bulan; yang tujuannya untuk mengetahui kapan terjadinya pasang surut dan untuk kepentingan ibadah mereka, karena bulan merupakan benda langit yang mudah untuk diamati sehingga sangat cocok untuk penentuan suatu ibadah.
Dan pada masa sekarang ini dimana teknologi semakin canggih, ternyata kalender masih juga di gunakan; karena tidak bisa dikesampingkan dengan kegiatan-kegiatan manusia itu sendiri, baik dalam melaksanakan pekerjannya maupun dalam melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama seperti berpuasa, haji dll. Oleh karena itu kita memerlukan kalender untuk merencanakan segala kegiatan yang akan di laksanakan, agar lebih mudah dalam perencanaan dan pengaturannya.
Menurut penelitian Fraser, ada sekitar 40 kalender yang beredar di dunia ini. Sedangkan yang berlaku di Indonesia untuk saat ini hanya sekitar 5 macam kalender yaitu : kalender Hijriyah, Masehi, Caka Bali, Saka Jawa (Asapon / Aboge), dan kalender Cina. Kalender-kalender tersebut mempunyai sistematika sendiri-sendiri, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, terutama akan terlihat pada nama bulannya, umur-umur bulan, awal tahun barunya dan sistem yang dipakai.  
Pada buku ini akan di bahas seluk beluk kalender Lunisolar yang berlaku di Indonesia yaitu kalender Cina, saka Bali dan Budha, tetapi sebelumnya akan dibahas dulu aspek-aspek astronomi dan non astronomi dalam kalender, yang erat hubungannnya dengan  kalender itu sendiri.

1.      Aspek Astronomi dalam Kalender
Ilmu astronomi, sangatlah berperan dalam kalender. Hal ini bisa dilihat antara lain dalam menentukan panjang tahunnya; yang menggunakan siklus tropis matahari dan ada yang menggunakan siklus sinodis bulan.
Siklus tropis matahari adalah siklus matahari melewati titik Vernal Equinok  dua kali berturut-turut. Perlu diketahui: Dulu titik vernal equinok di arah rasi Aries, namun akibat presesi sumbu planet bumi, sekarang berada di arah rasi Pisces dan 700 tahun lagi akan mencapai rasi Aquarius. Gerak presesi sumbu bumi ini mirip dengan gerak sumbu gasing (mainan anak-anak). Ekuator bumi bergerak secara perlahan-lahan terhadap ekliptika. Oleh karena itu, terjadi pergeseran titik potong ekuator langit dengan ekliptika yaitu sebesar 50,2 detik busur per tahun ke arah barat.bila dilihat dari arah kutub utara langit.
Hal ini merupakan kabar yang kurang menyenangkan bagi masyarakat yang memakai kalender matahari seperti kalender Masehi, karena kalender tersebut suatu saat tidak bisa lagi membaca keteraturan alam melalui kalender. Begitu juga akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari bagi masyarakat yang berkeinginan mempunyai tanggal yang tetap untuk suatu perayaan yang bersandar pada kalender matahari dan kedudukan matahari terhadap titik vernal equinok, diantaranya perayaan Paskah yang diatur jatuh pada hari minggu setelah terjadinya saat oposisi (Full Moon Ecclesiastical) pada tanggal 21 Maret atau setelahnya.
Untuk mengetahui panjang siklus tropis matahari rata-rata (mendekati akurat) bisa dengan menggunakan persamaan dibawah ini, yang didasarkan pada elemen orbital Laskar:
365d,2421896698 – 0,00000615359 T – 7,29 x 10-10 T 2 + 2,64 x 10-10  T 3
dimana T = (Julian Day – 2451545.0) / 36525
Sedangkan siklus sinodis bulan adalah : siklus dua fasa bulan yang sama secara berurutan. Untuk mengetahui panjang siklus sinodis bulan rata-rata (mendekati akurat) bisa dengan menggunakan persamaan dibawah ini, yang didasarkan pada teori bulan Chapront Touze dan Chapront J
29d,5305888531 + 0,00000021621 T – 3,64 x 10-10 T 2
dimana T = (Julian Day – 2451545.0) / 36525.
Berdasarkan penggunaan kedua aspek astronomi di dalam kalender tersebut, kalender-kalender yang ada di dunia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 macam :
1.      Kalender Matahari (Solar Calendar)
Kalender yang dalam menentukan panjang satu tahunnya menggunakan siklus tropis matahari, yaitu siklus matahari melewati titik Vernal Equinok  dua kali berturut-turut. Rata-rata satu tahun tropis 365,242199 hari. Contoh kalender yang mengikuti sistem ini adalah kalender Masehi, Diocletin, Ar-Rumy dll.
2. Kalender Bulan (Lunar Calendar).
Kalender yang dalam menetukan panjang satu tahunnya menggunakan siklus sinodik bulan, yaitu siklus dua fasa bulan yang sama secara berurutan. Rata-rata siklus sinodik bulan 29,530589 hari. Umur kalendar Bulan (12 x siklus sinodik bulan) adalah : 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik. Termasuk dalam kategori kalender ini yaitu kalender Hijriyah dan Saka Jawa.
3. Kalender Matahari-Bulan (Lunisolar Calender).
Kalender yang merupakan gabungan antara solar calendar dan lunar calendar, maksudnya pergantian bulan berdasarkan siklus sinodis  bulan dan beberapa tahun sekali  di sisipi tambahan bulan (Intercalary Month) supaya kalendar tersebut sama kembali dengan panjang siklus tropis matahari. Contoh dari kalender lunisolar ini adalah kalender Yahudi, Cina  dll.
Selain pembagian seperti diatas, ada pembagian kalender berdasarkan mudah atau tidaknya perhitungan yang digunakan. Berdasarkan pembagian ini; kalender diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kalender Aritmatik dan Kalender Astronomik.
Kalender Aritmatik merupakan kalender yang dapat dengan mudah dihitung karena didasarkan atas rumus dan perhitungan aritmatik. Contoh dari kalendar ini adalah kalender Masehi.
Sedangkan kalender Astronomik merupakan kalender yang didasarkan pada perhitungan astronomi, yang perhitungannya jelas lebih sulit. Contoh kalender Astronomik adalah kalender Hijriyah dan Cina.  
Termasuk juga aspek astronomi yang terdapat dalam kalender adalah siklus hari, yang didasarkan pada rotasi bumi pada porosnya

2. Aspek non Astronomi dalam Kalender
Disamping aspek astronomi yang berperan dalam kalender, ada juga aspek non astronomi yang mewarnainya, seperti siklus hari dalam seminggu. Akan tetapi, dalam penamaan hari, mereka mengambil dari benda-benda langit yang notabennnya termasuk benda-benda yang di pelajari dalam ilmu astronomi. Hal ini sebagai bukti bagi kita bahwa pada awal peradaban manusia, ketergantungan manusia terhadap benda-benda astronomis begitu kuat, bahkan ada yang sampai mempertuhankan matahari atau bintang yang paling terang (Sirius).      
Nama hari beserta asal mulanya dalam seminggu sebagai berikut :


Asal
Nama Hari
Inggris
 Indonesia
Sun
Sunday
Sunday
Minggu
Moon
Monday
Monday
Senen
Mars
Thues
Tuesday
Selasa
Mercury
Wordan
Wednesday
Rabo
Jupiter
Thor
Thursday
Kamis
Venus
Freia
Friday
Jum’at
Saturn
Saturday
Saturday
Sabtu


























BAB II
KALENDER CINA (IMLEK).

Kalender Imlek yang kita kenal sekarang ini, berasal dari zaman dinasti He, tahun 2205 – 1766 SM. Jumlah harinya dalam satu bulan adalah 29 dan 30 hari. Kalender ini pada zaman tersebut di kenal dengan nama kalender Helek, sedangkan sekarang terkenal dengan nama kalender Imlek (Cina). Pada saat dinasti He, kalender Imlek termasuk kategori kalender bulan. Baru semenjak dinasti Shang yaitu pada abad ke-14 SM, kalender Imlek termasuk kategori kalender lunisolar dengan di adakannya penyisipan bulan.
Pada zaman dahulu sudah menjadi tradisi, tiap dinasti menggunakan sistem kalender yang berbeda. Perbedaan kalender ini terutama adalah mengenai saat tahun barunya. Dinasti He misalnya, menetapkan tahun barunya pada saat menjelang musim semi, yaitu 1 Cia Gwee yang sekarang kita pakai. Dinasti Ien atau  Shang menetapkan tahun barunya pada akhir musim dingin, yaitu 1 Cap Jie Gwee yang sekarang ini. Dan dinasti Ciu menetapkan tahun barunya pada pertengahan musim dingin, yaitu saat Tang Ce atau Dongzhi (sekitar 22 Desember)
Sedangkan sistem kalender Imlek yang dipakai sampai sekarang oleh orang cina, khususnya ummat Konghucu adalah sistem kalender dinasti He, sesuai dengan sabda Nabi Konghucu di dalam kitab Lun Gi XVI :1, yang isinya : Gan Yan bertanya, bagaimana mengatur pemerintahan. Nabi Konghucu bersabda : “Pakailah penanggalan (kalender) Dinasti He …..”. Sistem kalender tersebut dicanangkan untuk di pergunakan kembali oleh Nabi Konghucu yang hidup pada tahun 551 – 479 SM, sehingga tahun pertama dari kalender Imlek tersebut dihitung mulai tahun kelahiran beliau yaitu tahun 551 SM, dan hal tersebut berlangsung sampai sekarang. 
Perlu diketahui, pada akhir abad ke-2 SM kalender Cina di reformasi, dimana winter solstice harus jatuh pada bulan ke-11. Kalender Cina yang telah di reformasi ini berlaku sampai sekarang. Pada reformasi ini juga di kenalkan sistem penyisipan bulan seperti yang berlaku pada saat sekarang yaitu dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali, hanya saja kecepatan matahari dan bulan di hitung secara rata-rata dan hal ini berlangsung sampai tahun 1644 M. Baru setelah tahun itu, kalender Cina memakai teori astronomi modern yang dibawa oleh para misioner kristen pada abad ke-17, yang akhirnya konsep-konsep astronomi bangsa barat menjadi terkenal, dan sampai sekarang pergantian awal bulan dalam kalender awal bulan berdasarkan hari terjadinya saat konjungsi hakiki (Astronomical New Moon). Umur bulan bisa 29 – 30 hari. Sedangkan. bulan sisipan dalam kalender cina terkenal dengan istilah lun.
Kalender Cina tidak mengenal adanya Epoch, ia merupakan kalender dengan siklus 60 tahunan dan sampai sekarang tidak diketahui siklus mana yang merupakan awal siklus. Ke-60 tahun tersebut mempunyai nama sendiri-sendiri sebagai berikut:
1.  Jia-Zi          16. Ji-mao         31. Jia-wu            46.  Ji-you  
2.  Yi-chou      17. Geng-chen   32. Yi –wei         47. Geng-xu
3.  Bing-yin     18. Xin-si          33. Bing-shen      48.Xin-hai                              4.  Ding-mao          19. Ren-wu                        34. Ding-you                                 49.  Ren-zi
5.  Wu-chen   20. Gui-wei       35. Wu-xu            50. Gui-chou
6.  Ji-si             21. Jia-shen       36. Ji-hai              51.  Jia-yin
7.  Geng-wu    22. Yi-you         37. Geng-zi          52.  Yi-mao
8.  Xin-wei      23. Bing-xu       38. Xin-chou        53.  Bing-chen
9.  Ren-shen    24. Ding-hai      39. Ren-yin          54.  Ding-si
10. Gui-you     25. Wu-zi          40. Gui-mao         55.  Wu-wu
11. Jia-xu        26. Ji-chou        41. Jia-chen          56.  Ji-wei
12. Yi-hai        27. Geng-yin     42. Yi-si               57.  Geng-shen
13. Bing-zi      28. Xin-mao      43. Bing-wu         58.  Xin-you
14. Ding-chou 29. Ren-chen     44. Ding-wei        59.  Ren-xu
15. Wu-yin      30. Gui-si          45. Wu-shen        60.  Gui-hai
Nama-nama Ke 60 tahun tersebut di hasilkan dengan menggabungkan (memasang-masangkan) salah satu dari 10 batang langit dan 12 cabang bumi. Setelah enam kali pengulangan batang langit dan lima kali pengulangan cabang bumi, maka akan terciptalah sebuah siklus 60 tahunan, seperti tersebut diatas.
Kesepuluh batang langit tersebut yang merupakan nama arah tempat di sekitar alam raya adalah : Jia (timur), Yi (tenggara), Bing (selatan), Ding (barat laut), Wu (atas), Ji (bawah), Geng (barat), Xin (barat daya), Ren (utara) dan Gui (timur laut). Sedangkan ke 12 cabang bumi tersebut yang merupakan nama-nama bintang dalam bidang ilmu Astrologi, dimana oleh orang-orang cina di hubungkan dengan nama-nama bintang dalam Shio adalah :Zi (tikus), Chou (kerbau), Yin (harimau), Mau (kelinci), Chen (naga), Si (ular), Wu (kuda), Wei (kambing), Shen (monyet), You (ayam), Xu (anjing) dan hai (babi).            
Siklus terakhir dari kalender cina di mulai pada tanggal 2 Februari 1984, yang berarti tahun baru kalender cina tanggal 2 Februari 1984 bernama Jia-zi.
Nama-nama tahun sebanyak 60 diatas merupakan nama resmi yang dipakai dalam kalender Cina, tapi perlu kita ketahui bahwa ada penamaan tahun lainnya dan sering kita dengar di Indonesia yaitu penamaan tahun dengan menggunakan nama binatang dalam Astrologi Cina (Shio) yaitu: tikus, Kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi.
Seperti pada tahun 2000 yang lalu nama tahunnya adalah Naga. Sedangkan sekarang yaitu tahun 2004 M, dimana tahun Baru Cina jatuh pada tanggal 22 Januari nama tahunnya adalah Monyet.     


                       
2.1. Beberapa Peraturan Dalam Kalender Cina
Berikut beberapa peraturan yang sering di gunakan dalam penyusunan kalender Cina: 
1.    Hari pertama (Awal bulan) dalam kalender cina adalah hari terjadinya saat konjungsi (New Moon) , di mana saat konjungsi di hitung pada meridian 120o BT.
2.    Pada tahun pendek (Ordinary Year) mempunyai 12 bulan, sedangkan pada tahun panjang (Leap Year) mempunyai 13 bulan.
3.    Musim dingin (Winter Solstice / Dong Zhi) yang  terjadi sekitar tanggal 22 Desember harus selalu jatuh pada bulan ke 11 kalender Cina yaitu bulan Cap It Gwee.
4.    Bulan sisipan (Intercalary Month) yang terjadi ketika bulan ke-11 dengan bulan ke-11 berikutnya dipisahkan dengan 13 New Moon adalah bulan yang tidak ada Zhongqi-nya.
Sedangkan perhitungan bulan : Tiap tahun terbagi atas 12 bulan, yang dinyatakan dengan urutan 1 sampai dengan 12, adapula cara pemberian nama bulan menurut urutan cabang bumi, tetapi cara tersebut tidak lazim digunakan. Nama-nama bulan dalam kalender cina berturut-turut adalah sebagai berikut:
1.Yin : bulan 1, Cia Gwee       7.  Shen : bulan 7, Cit Gwee
2.Mou : bulan 2, Jie Gwee      8.  You : bulan 8, Pe Gwee     
3.Chen :bulan 3, Sa Gwee      9.  Xu : bulan 9, Kauw Gwee 
4. Si : bulan 4, Si Gwee           10. Hai : bulan 10, Cap  Gwee
5.Wu : bulan 5, Go Gwee        11. Zi : bulan 11, Cap It Gwee
6.Wei : bulan 6, Lak Gwee      12. Chou : bulan 12, Cap Jie  
Untuk lebih memahami bulan ke berapa letak dari Intercalary Month, maka harus kita pahami terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:          
Siklus tropis matahari yang menempuh jarak sekitar 360o, dibagi menjadi 24 musim. Jadi 1 musim mempunyai rentang bujur sebesar 15o dan dalam satu bulan berarti terdapat 2 musim. Ke-24 musim tersebut dibagi menjadi 2 sebutan yaitu Jeiqi (J) dan Zhongqi (Z), kemudian keduanya saling dipasang-pasangkan sehingga menjadi 12 pasangan. Untuk lebih jelasnya, lihatlah tabel dibawah ini.                                                     
SEBU  TAN
NAMA IKLIM                                                               
BUJUR MATAHARI
SEKITAR TANGGAL*
DURASI
J -  1
Lichun
315
4 Pebruari

Z - 1
Yushui
330
19 Pebruari
29,8
J -  2
Jingzhe
345
6 Maret

Z - 2
Chunfen
0
21 Maret
30,2
J -  3
Quingming
15
5 April

Z - 3
Guyu
30
20 April
30,7
J – 4
Lixia
45
6 Mei

Z - 4
Xiaoman
60
21 Mei
31,2
J – 5
Mangzhong
75
6 Juni

Z – 5
Xiazhi
90
22 Juni
31,4
J – 6
Xiaoshu
105
7 Juli

Z – 6
Dashu
120
23 Juli
31,4
J – 7
Liqiu
135
8 Agustus

Z – 7
Chushu
150
23 Agustus
31,1
J – 8
Bailu
165
8 September

Z – 8
Qiufen
180
23 September
30,7
J – 9
Hanlu
195
8  Oktober

Z – 9
Shuangjiang
210
24 Oktober
30,1
J – 10
Lidong
225
8 November

Z – 10
Xiaoxue
240
22 November
29,7
J – 11
Daxue
255
7 Desember

Z – 11
Dhongzhi
270
22 Desember
29,5
J – 12
Xiaohan
285
6 Januari

Z - 12
Dahan
300
20 Januari
29,5
* Untuk mengetahui tanggal sebenarnya, bisa dengan menggunakan data Ephemeris atau Almanak Nautika, yaitu tanggal berapa bujur matahari 315 tercapai, tanggal berapa bujur matahari 330 tercapai dan seterusnya, tapi ingat Time Zone yang digunakan adalah +8. 
Nah, pada tahun yang terdapat penyisipan bulan (Intercalary Year ), sebuah bulan yang tidak terdapat zhongqi (Z) merupakan bulan sisipan. Sedangkan nama dari bulan tersebut mengikuti bulan sebelumnya, hanya saja di depan bulan tersebut di tambahkan kata Lun. Misalkan bulan sebelumnya bernama Si-Gwee, Maka nama bulan sisipannya adalah Lun Si-Gwee. Jika suatu ketika pada Intercalary Year ada 2 bulan yang sama-sama tidak ada zhongqi-nya, maka yang di jadikan sebagai bulan sisipan adalah bulan pertama setelah musim dingin (Winter Solstice) yang dalam bahasa Cina dinamakan Dhongzhi.

2.2. Langkah-langkah Penyusunan Kalender Cina.
Untuk memperjelas keterangan diatas, berikut ini kami tuliskan langkah-langkah serta contoh penyusunan kalender Cina tahun 2556 (2005 M) :
1.        Mengecek, apakah tahun yang akan kita susun terdapat bulan sisipan. Caranya dengan menentukan bulan ke-11 pada tahun sebelumnya dan tahun yang sedang Kita hitung.         NB: Data New Moon atau saat konjungsi bisa didapatkan dari Almanak Nautika atau Mawaqit, tapi ingat, gunakan Time Zone +8 jam (kota Beijing)
       Praktek langkah pertama
       12 Desember 2004 Bulan ke-11, yaitu tanggal 1 Cap It Gwee 2555.
       1 Desember 2005 Bulan ke- 11, yaitu tanggal 1 Cap It Gwee 2556.
2.      Kemudian hitung jumlah New Moon yang terdapat setelah bulan ke-11 tahun sebelumnya; sampai bulan ke-11 tahun yang Kita hitung, dengan catatan :
a.    Jika jumlah New Moon =12, maka pada tahun tersebut tidak terdapat bulan sisipan. Dan New Moon  ke-2 setelah bulan ke-11 pada tahun sebelumnya adalah awal tahun baru Imlek. Untuk bulan-bulan berikutnya, tinggal Kita urutkan. Sedangkan untuk mengetahui tahun berapa Imlek ?, caranya : tahun masehi di tambah 551. Dari sini selesai penyusunan kalender Cina.
b.    jika jumlah New Moon = 13, maka pada tahun tersebut terdapat bulan sisipan, sehingga Kita tentukan dulu letak dari bulan sisipan tersebut dengan cara : melihat bulan yang tidak ada Zhongqi-nya (Z). Jika suatu bulan tanpa Z sudah ketemu, maka itulah bulan sisipannya, setelah itu tinggal Kita urutkan bulan-bulannya.
Praktek langkah kedua
Jumlah New Moon setelah 12 Desember 2004 (bulan ke-11, tahun sebelumnya) sampai 1 Desember 2005 (bulan ke-11, tahun yang Kita hitung) = 12, yaitu 10 Januari 2005, 9 Pebruari 2005, 10 Maret 2005, 9 April 2005, 8 Mei 2005, 7 Juni 2005, 6 Juli 2005, 5 Agustus 2005, 4 September 2005, 3 Oktober 2005, 2 Nopember 2005 dan 1 Desemeber 2005. Sehingga pada tahun tersebut tidak terdapat bulan sisipan.
Jadi tanggal 10 Januari 2005 = awal bulan ke-12 (1 Cap Jie Gwee 2555), tanggal 9 Pebruari 2005 = awal bulan ke-1 (1 Cia Gwee 2556) yang merupakan tahun baru Imlek, tanggal 10 Maret 2005 = awal bulan ke-2 (1 Jie Gwee 2556), tanggal 9 April 2005 = awal bulan ke-3 (1 Sa Gwee 2556) dan seterusnya.
Lebih jelasnya lagi, berikut akan kami contohkan penyusunan kalender Cina yang di dalamnya terdapat bulan sisipan, yaitu kalender cina tahun 2555 (2004 M).
1. 24 November 2003  Bulan ke-11, yaitu 1Cap It Gwee 2554.
    12 Desember 2004  Bulan ke- 11, yaitu 1Cap It Gwee 2555.
2. Jumlah New Moon setelah 24 Nov 2003 sampai 12 Desember 2004 = 13, yaitu 23 Desember 2003, 22 Januari 2004, 20 Pebruari 2004, 21 Maret 2004, 19 April 2004, 19 Mei 2004, 18 Juni 2004, 17 Juli 2004, 16 Agustus 2004, 14 September 2004, 14 Oktober 2004, 12 November 2004 dan 12 Desember 2004.
     Selanjutnya menentukan letak bulan sisipan tersebut, caranya: perhatikan dibawah ini
Saat Konjungsi   24 November 2003  Bulan ke-11, Cap It Gwee
J – 11               7 Desember 2003
Z – 11              22 Desember 2003      Winterr Solstice
Saat Konjungsi   23 Desember 2003   Bulan 12 (Cap Jie Gwee)
J – 12               6 Januari 2004
Z – 12              21 Januari 2004
Saat Konjungsi   22 Januari 2004       Bulan ke-1, Cia Gwee
J – 1                 4 Pebruari 2004
Z – 1                19 Pebruari 2004
Saat konjungsi 20 Pebruari 2004        Bulan ke-2, Jie Gwee
J – 2                 5 Maret 2004
Z – 2                20 Maret 2004
Saat konjungsi 21 Maret 2004   Z tidak ada. Inilah bulan sisipannya, Lun Jie Gwee
J – 3                 4 April 2004
Saat Konjungsi 19 April 2004            Bulan ke-3, Sa Gwee
Z – 3                20 April 2004
J – 4                 6 Mei 2004     

3.3. Beberapa Hari Raya Agama Konghucu yang Terdapat Pada Kalender Cina:     
Sebagian besar pengguna kalender Cina adalah orang-orang yang beragama Konghucu, sehingga hari-hari perayaan dalam kalender tersebut, berarti hari-hari perayaan ummat Konghucu, yang antara lain :
1.  Tahun Baru Imlek, jatuh setiap tanggal 1 Chia Gwee   
2.    Sembayang King Thi Kong atau Sembayang Besar Kepada Tuhan Yang Maha Esa, jatuh setiap tanggal 8 Chia Gwee.
3.    Cap Go Meh atau saat Siang Gwan, merupakan puncak sekaligus akhir dari saat perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh setiap tanggal 15 Chia Gwee.
4.    Hari Wafat Nabi Konghucu atau  Ci Sing Ki Sien, merupakan hari peringatan wafatnya Nabi Konghucu, beliau wafatnya pada usia 72 tahun, yaitu pada tanggal 18 Jie Gwee 479 SM, sehingga Ci Sing Ki Sien  ini diperingati setiap tanggal 18 Jie Gwee.
5.    Ching Bing, merupakan hari suci ummat Konghucu untuk berziarah atau menyadran ke makam leluhur, sehingga disebut juga Hari Sadranan (Ziarah). Hari ini jatuh setiap tanggal 5 April, kecuali ketika tahun kabisat, Hari Sadranan (Ching Bing) jatuh pada tanggal 4 April.
6.    Twan Yang Ciat, merupakan upacara syukur untuk hari yang penuh rahmat, selain itu juga merupakan saat memperingati tokoh suci bernama Khut Gwan yang setia, perilaku dan kepribadiannya sebagai seorang susilawan yang rela berkorban demi rakyat dan negara.  Hari Raya ini di sebut juga dengan nama Peh Cun yang berarti beratus perahu atau Hari Raya  Merengkuh Dayung. Dinamai demikian karena pada hari itu sering diadakan perlombaan dengan banyak perahu. Twan Yang Ciat  ini  jatuh setiap tanggal  5 Go Gwee.
7.    Tiong Gwan atau Tiong Yang, merupakan sembahyang arwah leluhur, jatuh setiap tanggal 15 Jit Gwee.
8.    King Ho Ping atau Sembahyang Arwah Umum, jatuh setiap tanggal 29 Jit Gwee.
9.    Sembahyang Tiong Ciu, di Indonesia terkenal dengan nama Tong Cu Pia, hal ini di sebabkan karena sesajen khusus pada saat ini adalah kue Tong Cu Pia (kue pertengahan musim gugur), kue ini bentuknya bundar gepeng, menyerupai bentuk bulan. Upacara Sembahyang Tiong Ciu ini jatuh tiap-tiap tanggal 15 Pe Gwee (bulan ke-8).
10.Hari Lahir Nabi Konghucu atau Ci Sing Tan, hari ini merupakan hari yang sangat penting bagi ummat Konghucu. Nabi Konghucu tepatnya lahir pada tanggal 27 bulan delapan (Pe Gwee) 551 SM, sehingga Ci Sing Tan  ini diperingati setiap tanggal 27 Pe Gwee.
11.  Hari He Gwan atau Sembahyang Besar Bagi Malaikat Bumi (Hok Tik Cing Sien), jatuh setiap tanggal 15 Cap Gwee. Hari He Gwan adalah bagian terakhir dari Sam Gwan (Sam Gwan terdiri atas Siang Gwan, Tiong Gwan dan He Gwan) hari ini melambangkan bagian akhir dicurahkanNya karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk tahun yang bersangkutan.   
12.  Tang Cik atau Hari Genta Rohani, jatuh setiap tanggal 22 Desember, tepatnya ketika bujur matahari berharga 270 drajat.
13.  Hari Persaudaraan (Ji Si Siang Ang) atau Hari Kenaikan Malaikat Dapur (Co Kun), di peringati setiap tanggal 24 Cap Jie Gwee. Hari ini merupakan upacara mengantar malaikat dapur naik ke langit dan Sembahyang juga dilaksanakan pada tanggal 4 Cia Gwee sebagai hari penyambutan malaikat dapur turun dari langit.
14.   Tie Sek atau Sembahyang Tutup Tahun, jatuh setiap akhir bulan Chap Jie Gwee.
Selain itu sembahyang pada tanggal 1 (Ce It) dan 15 (Cap Go) kalender Imlek, sembahyang besar pada Hari Kemuliaan Tuhan, yakni malam menjelang Gwan Tan, Hari peringatan para Sin Bing (Para Suci) juga merupakan hari-hari yang di peringatai oleh ummat Konghucu.
Dari beberapa hari perayaan diatas, yang termasuk Hari Libur Nasional di Indonesia hanyalah Tahun Baru Imlek, sesuai dengan Keputusan Presiden (Gus Dur) Nomer 19 Tahun 2002, dan diperkuat dengan Keputusan Menteri  Agama RI Nomer 331 Tahun 2002.
Perlu diketahui, bahwa di beberapa negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara, sebagian ummat Budha dan ummat Taoisme dalam perayaan agamanya menggunakan pula kalender Imlek ini, sehingga kalender Imlek; berfungsi juga sebagai pengikat tali persaudaraan antara pemeluk ketiga agama tersebut.



3.4.Langkah-langkah penentuan Tahun Baru Imlek.
              Langkah-langkah penentuan Tahun Baru Imlek ini sengaja kami tuliskan bagi yang hanya ingin mengetahui hari libur nasional yang berkaitan dengan kalender Imlek yaitu Tahun Baru Imlek saja,
       Sebelumnya; Kita perlu ketahui adanya peraturan tambahan yang berbunyi : Lun tidak pernah terjadi setelah bulan 11, 12 dan 1.
       Walaupun sebenarnya menurut L.E. Dogget (ilmuwan dari U.S. Naval Observatory) mengatakan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi dari perhitungan yang saya lakukan mulai tahun 1986 – 2031; memang tidak pernah lun itu terjadi setelah bulan 11, 12 dan 1. Dan yang saya ketahui, kalender Imlek yang beredar di Indonesia memakai peraturan tersebut. Otomatis hal ini akan mempermudah kita untuk mencari Tahun Baru Imlek. Tahun Baru Cina jatuhnya pada tanggal terjadinya Ijtima’ yang ke-2 setelah Winter Solistice (± 22 Desember).
Praktek Penentuan Tahun Baru Cina tahun 2006 M.
Saat Ijtima’ pertama setelah tanggal 22 Desember 2005 adalah 31 Desember 2005
Saat Ijtima’ kedua adalah 29 Januari 2006 M, maka pada tanggal inilah jatuhnya Tahun Baru Cina. Sedangkan untuk mengetahui tahun berapa Cina, caranya tahun Masehi + 551.

1.    Cari dulu saat konjungsi ( New Moon ) sebelum tanggal 22 Desember tahun sebelumnya dan yang terdekat dengannya, maka pada hari terjadinya konjungsi tersebut merupakan awal bulan ke-11 dari kalender cina.                                                                           
2.    Setelah itu cari 2 konjungsi berikutnya, maka pada hari konjungsi yang terakhir inilah merupakan awal Tahun Baru Cina. Dan untuk mengetahui tahun berapa pada kalender cina, kalender masehi di tambah 551.                                                                          
Praktik Perhitungan Penentuan Tahun Baru Imlek pada tahun 2004 M.                 
1.      Saat konjungsi yang terdekat dan terjadi sebelum tanggal 22 Desember 2003 adalah saat              konjungsi yang terjadi pada tanggal 24 November 2003 jam 06:59 ( Data dari Almanak Nautika, time zone +8). Jadi pada tanggal 24 November 2003 tersebut merupakan awal bulan ke-11  kalender cina.
2.      Dua konjungsi berikutnya terjadi berturut-turut pada tanggal 23 Desember 2003 pukul 17:43 dan tanggal 22 Januari 2004 pukul 05:07. Pada tanggal 22 Januari 2004 itulah Tahun Baru  Imlek yang bertepatan dengan 1 Cia Gwee 2555 Imlek ( 2004 M + 551 ).
Dibawah ini saya contohkan hasil perhitungan saya, supaya bisa di jadikan “pencocokan hasil” ketika Anda mencoba menghitung Tahun Baru Imlek dan letak dari Lun.
Tahun Imlek
Tahun Baru Imlek
Letak Lun
2555
22 Januari 2004
Bulan ke-2
2556
9 Pebruari 2005

2557
29 Januari 2006
Bulan ke-7
2558
18 Pebruari 2007

2559
7 Pebruari 2008

2560
26 Januari 2009
Bulan ke-5
2561
14 Pebruari 2010

2562
3 Pebruari 2011

2563
23 Januri 2012
Bulan ke-4
2564
10 Pebruari 2013

2565
31 Januari 2014
Bulan ke-9
2566
19 Pebruari 2015

2567
8 Pebruari 2016

2568
28 Januari 2017
Bulan ke-6
2569
16 Pebruari 2018

2570
5 Pebruari 2019

2571
25 Januari 2020
Bulan ke-4
2572
12 Pebruari 2021

2573
1 Pebruari 2022

2574
22 Januari 2023
Bulan ke-2
2575
10 Pebruari 2024

2576
29 Januari 2025
Bulan ke-6
2577
17 Pebruari 2026

2578
6 Pebruari 2027

2579
26 Januari 2028
Bulan ke-5
2580
13 Pebruari 2029

2581
2 Pebruari 2030

             

BAB III
KALENDER CAKA BALI

Pada tahun 78 M, Maharaja Kaneskha dari suku bangsa sakha di daerah India utara menciptakan kalender yang kemudian terkenal dengan kalender Saka. Kalender ini berpedoman pada kalender Matahari. Dan pada tanggal 1 Maret  79 M Maharaja Kaneskha mengumumkan berlakunya kalender Caka mulai pukul 00.00 tanggal 22 Maret 79 M. Pada tanggal tersebut adalah awal peredaran matahari uttarayana dari garis katulistiwa.
Kalender Caka ini berkembang dan menyebar sampai ke Indonesia khususnya di Bali hanya saja kalender ini setelah sampai di Bali mengalami berbagai perubahan dalam sistematikanya,sehingga terjadilah perbedaan. Karena perbedaan itulah maka kalender Saka yang ada di Bali lebih populer dengan nama kalender Caka Bali.
Kalau dilihat dari sejarahnya, kalender Caka Bali ini belum bisa di pastikan siapa penciptanya dan tahun berapa mulai berlakunya. Namun apabila di tinjau dari adanya penerbitan kalender Caka Bali, maka akan di temukan perintisnya yaitu I Gusti Bagus Sugriwa dan I Ketut Bambang Gde Rawi. Kedua orang inilah yang telah menyusun dan menerbitkan kalender Saka Bali yang dapat kita warisi sampai sekarang.
4.1.Beberapa Peraturan dalam kalender Saka Bali
Di dalam penentuan awal dan akhir tahun kalender Saka Bali berpedoman dengan kalender matahari yaitu pada saat matahari berada tepat berada di katulistiwa. Akhir tahunnya ada pada tilem (New Moon) kesanga pada saat bulan mati yang terjadi antara bulan Maret – April, dan merupakan tilem yang terdekat dengan tanggal 21 Maret. Pada saat ini diadakan upacara Tawur Kesanga (Tawur Agung) dan besoknya dimulai tahun baru yang dirayakan ummat Hindu yang terkenal dengan  nama Hari Raya Nyepi (Penanggal 1 Sasih Kedasa).
Sedangkan dalam menentukan umur bulan, kalender Caka Bali berpedoman pada kalender bulan (Lunar Calendar) yaitu antara tilem dengan tilem berikutnya. Awal bulan atau Sasih dimulai pada Penanggal 1 (tanggal 1), sehari setelah Tilem. Pertengahan bulan adalah Penanggal 15, yang disebut dengan purnama. Sehari setelah purnama dinamakan panglong 1, dan berakhir pada panglong 15 yaitu pada saat bulan mati yang disebut tilem. Penanggal, disebut juga Suklapaksa sedangkan Panglong disebut juga Kresnapaksa.
Nama-nama sasih (bulan) pada kalender Caka Bali.
1. Kesanga        = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari
2. Kedasa         = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
3. Jhista            = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
4. Sadha           = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
5. Kasa             = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
6. Karo             = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
7. Katiga           = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
8. Kapat            = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
9. Kalima          = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
10. Kaenem      = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
11. Kapitu        = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
12. Kawolu       = Tanggal 1 – Tilem    = 29 – 30 hari.
                                            Umurnya = 354 – 355 hari
     Apabila ada Malamasa / Nampih Sasih : Jumlah umurnya = 384 – 385 hari
Disamping berdasarkan kalender matahari dan bulan,. kalender Saka Bali juga berdasarkan tahun wuku, yang umurnya adalah 420 hari. 1 wuku sama dengan 1 minggu (7 hari). Wuku jumlahnya ada 30. Nama-nama dari wuku tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sinta                         11. Galungan / Dungulan        21. Matal
2. Landep                     12. Kuningan                          22. Uye
3. ukir                           13 Langkir                               23 Menail
4. Kulantir                    14. Medangsia                         24. Prangbakat
5. Tolu                          15. Pujut                                  25. Bala
6. Gumbreg                  16. Pahang                              26. Ugu
7. wariga                       17. Krulut                                27. Wayang
8. Warigadean              18. Merakih                             28. Kulawu
9. Julungwangi             19. Tambir                               29. Dukut
10.Sungsang                 20. Medangkungan                 30. Watugunung                    
Jadi bisa di simpulkan bahwa kalender Caka Bali berpedoman dengan kalender matahari, kalender bulan dan tahun wuku atau bisa dikatakan kalender lunisolar ditambah tahun wuku.
       Dari ketiga pedoman tersebut, kemudian ahli kalender Caka Bali membuat rumusan penentuan Purnama - Tilem yang dikenal dengan istilah Pengalantaka atau pengalihan Purnama – Tilem. Jadi Pengalantaka inilah yang merupakan inti dari kalender Caka Bali, karena pada Pengalantaka telah ditetapkan kapan terjadinya purnama-tilem. Pengalantaka menetapkan secara terperinci dan pasti kapan tepatnya hari purnama atupun tilem, menurut weweran dan Wuku.
Tetapi, sayangnya Pengalantaka tersebut masih menggunakan saat tilem (konjungsi) urfi, bukan saat tilem hakiki (Astronomical New Moon), yang otomatis terkadang selisih 1 hari antara saat tilem urfi dan saat tilem hakiki. Sebenarnya Kalender Caka Bali tersebut sudah waktunya untuk di reformasi seperti induk dari Kalender Caka Bali yaitu Kalender Saka India yang telah direformasi pada tahun 1957 dan sekarang sudah menggunakan Astronomi modern. Kalau tidak di reformasi maka implikasinya pada upacara yang mereka lakukan. Misalkan pada tahun 2001 yang lalu, upacara Tawur Kesanga dilakukan pada tanggal 24 Maret 2001; karena dari pengalantaka mereka jatuhnya tilem pada tanggal tersebut. Padahal menurut ilmu Astronomi modern; saat tilem jatuh pada tanggal 25 Maret 2001. Sehingga mereka telah melakukan upacara Tawur Kesanga bukan pada saat tilem dan pada saat itu, ada sebagian sinar bulan yang masih tampak karena memang bukan saatnya Tilem.
Seorang pakar kalender Caka Bali yaitu I Gede Marayana mengatakan bahwa keakuratan Pengalantaka bisa dilihat dari cocok atau  tidaknya saat tilem / purnama dengan gerhana. Nah … ! pada tanggal 5 Mei 2004 mendatang, akan terjadi gerhana bulan, sedangkan menurut kalender Caka Bali (Pengalantaka Eka Sungsang ke Paing) saat purnama jatuh pada tanggal 4 Mei 2004 yang berarti gerhana bulan menurut versi mereka terjadi pada tanggal tersebut, yaitu tanggal 4 Mei 2004. Mari kita lihat bersama-sama, mana yang benar, apakah gerhana bulan tersebut terjadi pada tanggal 4 atau tanggal 5 Mei 2004.      
4.2. Pengalantaka
       Sebenarnya Pengalantaka inilah yang menjadi inti dari kalender Caka Bali. Di Bali terdapat berbagai jenis pengalantaka diantaranya : Pengalantaka Eka Sungsang ke Umanis, Pengalantaka Eka sungsang ke Pahing, Pengalantaka Eka Sungsang ke Pon, Pengalantaka Eka Sungsang ke Wage, Pengalantaka Eka sungsang ke Kliwon dll.
       Penetapan hari-hari purnama – tilem di dalam pengalantaka, merupakan hasil dari Pengunalatrian. Rumusan pengunalatrian dalam wariga di kenal dengan istilah Sloka – Pengunalatrian. Perhitungan pengunalatrian tersebut adalah sebagai berikut : Dalam satu putaran Pengalantaka, yang di sebut Nemgugelang Pengalantaka, terdapat 64 Purnama dan 64 Tilem. Umur rata-rata tiap bulan candra, dari Tilem ke Tilem adalah 30 hari. Sedangkan umur sebenarnya 1 bulan candra : 29 hari, 12 jam, 44 menit, 3 detik. Selisih perbedaan umur inilah dijadikan Pengunalatri, perhitungannya sebagai berikut :
       Umur Nemugelang 64 bulan rata = 64 x 30 hari…                             = 1920 hari
       Umur sebenarnya                         =  64 x ( 29h, 12j, 44mn, 3dt )
                                                            = (1889 h, 22 j, 59 mn, 192 dt)      1890 hari
                                                                                                       Selisih  = 30 hari
       Selisih 30 hari inilah yang dikonfirmasikan menjadi pengunalatrian, dalam satu kali Nemugelang Pengalantaka yang umurnya 1890 hari, akan terdapat 30 kali pengunalatrian. Rumus pengunalatrian menjadi 1890 hari : 30 hari = 63 hari.
Jadi pengunalatrian itu ada 30, terjadi setiap 63 hari, atau setiap 9 wuku.
Dalam satu kali Nemugelang Pengalantaka, terdapat 2 kali Sloka – Ngunalatri, satu kali Sloka Ngunalatri berisi 15 pengunalatrian, jadi 2 kali Sloka – Ngunalatri terdapat 30 pengunalatrian.
Di dalam Pengalantaka Eka Sungsang ke Pahing yang di pakai sekarang; berdasarkan  keputusan paruman sulinggih tanggal 25 Juli 1998 di Besakih Bali, hari-hari ngunalatri diletakkan  setiap hari Selasa pada wuku-wuku sebagai berikut :

1.      Eka Sungsang (Sungsang)      6. Sad Bala (Bala)
2.      Dwi Tambir (Tambur)             7. Sapta Kulantir (Kulantir)
3.      Trikulau                                   8. Asta Langkir (Langkir)
4.      Catur Wariga (Wariga)                        9. Nawa Uye (Uye)
5.      Panca Pahang (Pahang)           10.Dasa Sinta (Sinta).
Dari perkembangan keberadaan kalender Caka Bali, tercatat penerapan pemakaian pengalantaka sebagai berikut : Pengalantaka Eka Sungsang ke Kliwon dipakai hingga tahun 1970 dan mulai tanggal 27 Januari 1971 dipergunakan Pengalantaka Eka Sungsang ke Pon. Kemudian berdasarkan  keputusan paruman sulinggih tanggal 25 Juli 1998 di Besakih Bali : Pengalantaka yang berlaku mulai 1921 saka (2000 M) sampai sekarang adalah Pengalantaka Eka Sungsang ke Pahing.
Mungkin akan timbul dalam pemikiran Kita, kenapa kok terjadi pergantian pengalantaka?. Hal ini sebenarnya di akibatkan karena setiap nemugelang pengalantaka, kelebihan 1 jam 48 detik. Perhitungannya sebagai berikut :
Umur Nemugelang Pengalantaka   …………………………………   = 1890 hari.
Umur sebenarnya 64 bulan Candr  = 64 x (29 h, 12 j, 44 mn, 3 dt)
                                                = 1856 h, 768 j, 2816 mn, 192 dt) = 1889 h, 22j, 59 mn.
                                                                                          Selisih  = 1 jam 48 detik
Jadi setiap Nemugelang Pengalantaka kelebihan 1 jam 48 detik, sehingga dalam  23,684 nemugelang (± 100 tahun) akan maju satu hari dan pada saat ini pengalantaka tersebut harus di ganti dengan Pengalantaka yang lainnya.
Walaupun secara perhitungan sudah dapat diperkirakan masa berlakunya Pengalantaka yaitu sekitar 100 tahun, akan tetapi pergantian Pengalantaka itu masih memerlukan berbagai pertimbangan yang bersifat tehnis dan religius. Secara tehnis pergantian itu memang mudah di terapkan, sedangkan secara religius memerlukan upacara-yadnya. Sebagaimana di ketahui, penetapan Pengalantaka berkaitan dengan penetapan Purnama-Tilem, adanya Purnama-Tilem berkaitan dengan Sasih, adanya Purnama-Tilem-Sasih itu terkait dengan upacara-yadnya, yaitu suatu upacara yang berkaitan dengan agama Hindu. Sehingga penetapan berlakunya Pengalantaka yang baru, tidak semata-mata di dasari dengan perhitungan saja. 
4.3.Pengerepeting Sasih - Malamasa atau Nampih Sasih
Setiap kalender Lunisolar termasuk kalender Caka Bali, pada saat tertentu akan mengalami tahun panjang, dimana pada tahun panjang ini umur tahunnya 13 bulan (salah satu dari 13 bulan itu, nantinya disisipkan). Kalau pada tahun biasa umur tahunnya ada 12 bulan atau 354/355 hari, akan tetapi pada tahun panjang, umur tahunnya menjadi 13 bulan atau 384/385 hari. Hal ini pasti terjadi, karena dari penggabungan antara umur kalender matahari 365 hari dengan umur kalender bulan 355 hari, akan ditemukan selisih sebesar 10 hari per tahun. Dari selisih kelebihan umur tiap tahun itulah, suatu saat akan berjumlah 30 hari atau 1 bulan.
Pemberian nama bulan sisipan ini, antara satu kalender dengan kalender lainnya, tidak sama. Kalau di dalam kalender saka bali, bulan sisipan (Intercalary Month), terkenal dengan nama Malamasa, dalam kalender cina seperti yang telah saya sebutkan diatas, bulan sisipan dinamakan Lun, kalender Yahudi dinamakan Adar I, kalender Buda dan Nirayana dinamakan Namapih Sasih dan lain-lain. Begitu juga penempatan bulan sisipan tersebut, juga berbeda. Kalender Caka Bali menempatkan bulan sisipannya hanya pada 2 sasih yaitu sasih Jhista dan  Sadha, dimana jika ada pada sasih Jhista dinamakan MALA-JHISTA, sedangkan jika ada pada sasih Sadha dinamakan MALA-SADHA. Sistem penempatan bulan sisipan ini, mengacu pada suatu sumber wariga, yang tercantum dalam PUSTAKA WARIGA yang berbunyi :

PEMURWANING SASIH :
       Mwah kengetakena ikang mimitaning sasih, ring Pratipada ikang Suklapaksa,
       Mwah madiyaning sasih ana ring purnama – suklapaksa,
       Mwah panelasaning sasih ana ring tilem – Kresnapaksa pwaya
       Maka pamurwaning sasih kehanan dening suklapaksa lan kresnapaksa,
       Luir danu lawan segara, esok lawan sore.
       Mwah aja lipia : PENGEREPETING SASIH  ngaran MALAMASA,
Ana ring JHISTA-SADHI. Panemugelangin Daksinayana, Iswayana, Uttarayana, panglanglanging surya.
ARTI BEBAS
       Untuk diingatkan, mulainya sasih, adalah awalnya suklapaksa.
       Dan pertengahan sasih, adalah purnama – suklapaksa
       Serta berakhirnya sasih adalah tilem – kresnapaksa itu.
       Keberadaan sasih yang terdiri dari suklapaksa dan kresnapaksa,
       Bagaikan danau dan samudra, pagi dan sore
       Dan jangan lalai : PENGEREPETING SASIH dinamakan MALAMASA,
       Ada pada JHISTA – SADHA, pertemuan putaran daksinayana (ke selatan),
       Iswayana (ke tengah), Uttarayana (ke utara), peredaran matahari.
Dari sumber sastra wariga yang tercantum diatas, apabila diperhatikan dan dijabarkan, maka akan terdapat suatu rumusan sistematika sebagai berikut :
·      Mulainya suatu sasih adalah awalnya suklapaksa yaitu Penanggal 1 (apisan)
·      Pertengahan suatu sasih adalah purnama, termasuk Suklapaksa (Penanggal 15)
·      Berakhirnya suatu sasih adalah Tilem, termasuk Kresnapaksa (Pangelong 15)
     Keberadaan Suklapaksa dan Kresnapaksa, bagaikan danau dan lautan, pagi dan sore.
·      Diperingatkan : “PENGEREPETING SASIH dinamakan MALAMASA, ada pada sasih JHISTA dan sasih SADHA”.
Dari kajian secara matematis, dihasilkan suatu perhitungan bahwa penggabungan kalender matahari dan kalender bulan dalam 19 tahun, akan terdapat 7 kali bulan malamasa yang oleh pencipta kalender Caka Bali di letakkan pada tahun : ke-3, ke-6, ke-8, ke-11, ke-14, ke-16 dan tahun ke-19 dengan mala berturut-turut : Jhista, Sadha,Jhista,Sadha, Jhista, Sadha dan Sadha.  
Tetapi berdasarkan Maha Sabha VI Parisadha Hindu Dharma Indonesia yang berlangsung pada tanggal 8 – 24 September 1991 di Jakarta, antara lain menetapkan ; Bahwa kalender Caka Bali mulai tahun 1993 memakai sistem Nampih Sasih Berkeseimbangan sedangkan nampih sasihnya diletakkan pada tahun : ke-2, ke-4, ke-7, ke-10, ke-13, ke-15, ke-18 dengan nampih pada sasih berturut-turut: Jhista, Katiga, Kasa, Jhista, Kadasa, Karo dan Sadha. Dengan rumusan nampih sasih ini Tilem Kesanga akan terjadi antara tanggal 13 Maret-12 April.
Hanya saja sistim baru ini, sekarang mulai menuai kritikan, di antaranya oleh ahli kalender Caka Bali yang bernama I Gede Marayana, beliau berkata: sistim baru ini akan mengakibatkan Tilem Kesanga terkadang akan jatuh pada pertengahan bulan April, sehingga akan jauh sekali dari prinsip dasar kalender Caka Bali; yang pada awal mulanya menetapkan pergantian tahun baru pada saat posisi matahari tepat di atas katulistiwa yaitu tanggal 21 Maret. Sedangkan jika memakai sistim lama hal tersebut tidak akan terjadi.
Berikut hasil kajian pengamatan I Gede Marayana berdasarkan rumusan Malamasa serta hasil perhitungan data Purnama-Tilem tahun 1901-2099:
1.      Tilem Kesanga selalu jatuh pada bulan Maret
Secara geografis, wilayah Indonesia berada pada daerah katulistiwa dan pada saat bulan Maret posisi matahari berada di atas katulistiwa sehingga pada saat tersebut merupakan puncak dari keseimbangan, seimbang dalam posisi Utara-Selatan dan seimbang antara panjang waktu siang dan malam. Jadi apabila dikaitkan dengan upacara Tawur Kesanga yang dilakukan pada saat Tilem Kesanga adalah sangat tepat, sebagai makna keseimbangan-kestabilan.
2.      Tilem Kepitu selalu berada pada bulan Januari.
Perlu diketahui, sehari sebelum Tilem Kepitu, umat Hindu mengadakan upacara Siwaratri. Upacara ini di kenal dengan acara Sambang-Semadi yaitu meditasi semalam suntuk dan hal ini sangat cocok sekali di lakukan pada waktu tersebut, di karenakan secara geografis, matahari pada saat ini berada pada daerah garis balik selatan 23,3 LS, di mana pada saat tersebut merupakan puncak musim hujan, sehingga cuaca pada malam harinya sangatlah gelap.
3.      Malamasa sangat tepat menurut Padewasaan.
Dalam Kecap Wariga Dewasa, dinyatakan bahwa sasih Jhista dan Sadha di kategorikan sebagai sasih sebel yaitu sasih yang tidak baik untuk segala Padewasaan. Segala sesuatu kegiatan, membangun, berusaha, Nangun-yadnya, Dewa-yadnya, Resi-yadnya, Pitra-yadnya, Manusa-yadnya, Bhuta-yadnya, tidak baik jika di laksanakan pada sasih Jhista dan Sadha. Dan dengan penempatan sasih Mala pada sasih Jhista atau Sadha sangatlah tepat, karena sasih-sasih lainnya dari sasih Kasa sampai Kedasa tidak ada yang di tampih, sehinggan tidak membingungkan dalam penerapan padewasaan menurut sasih, terutama penyelenggaraan upacara Odalan atau Musaba antara sasih Kasa sampai Kedasa.
       Dari beberapa hasil kajian tersebut, I Gede Marayana lebih cenderung pada penerapan sistim lama yaitu Malamasa.  
4.4. Beberapa Hari Perayaan Ummat Hindu dalam kalender Caka bali
       Pengguna kalender Caka Bali; kebanyakan adalah ummat Hindu di Bali, sehingga kalender Caka Bali, identik dengan kalender Hindu. Beberapa perayaan Ummat Hindu sebagai berikut :
1.      Siwaratri, malam pemujaan kehadapan Hyang Siwa, melakukan Brata-Yoga dan Semedi. Siwaratri ini jatuh tiap-tiap satu hari sebelum tilem Kapitu
2.      Hari Saraswati yakni hari turunnya ilmu pengetahuan, pemuja Sang Hyang Saraswati, jatuh pada tiap-tiap wuku Watugunung Sabtu Legi / Umanis
3.      Tawur Kesanga : merupakan upacara tutup tahun Caka, diperingati pada setiap tilem Kesanga
4.      Hari Raya Nyepi : Tahun Baru Caka, diperingati setiap penanggal 1 sasih Kadasa, pada saat ini ummat Hindu mengadakan Catur-Brata penyepian dan meditasi.
5.      Hari Raya Pagerwesi : Pemujaan kehadapan Hyang Paramesti Guru, Hyang Pitara. Hari raya ini jatuh pada tiap-tiap wuku Sinta Rabu Kliwon
6.     Hari Raya Galungan : Menghaturkan persembahan sesajen kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, Bhatar-bhatari dan Hyang Pitara, jatuh pada setiap wuku Dunggulan (Galungan) Rabo Kliwon.
7.      Hari Raya Kuningan : Menghaturkan persembahan sesajen kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, Bhatar-bhatari dan Hyang Pitara, jatuh pada tiap-tiap wuku Kuningan sabtu Kliwon.
Dari beberapa perayaan yang ada ini, hanya Hari Raya Nyepi yang masuk daftar Hari Libur Nasional.
4.5.Langkah-langkah penyusunan kalender Caka Bali
            Sampai saat ini, penempatan bulan sisipan; memakai sistem baru, karena belum adanya keputusan untuk kembali pada sistem lama. Oleh karena itu langkah-langkah penyusunan kalender Caka Bali dibawah ini memakai sistem baru yaitu Nampih Sasih, sedangkan Pengalantaka yang dipakai adalah Pengalantaka Eka Sungsang Ke Paing.
Sebenarnya, jika kita menggunakan Pengalantaka Eka Sungsang yang di buat oleh I Gede Marayana (Pengalantakanya terlampir di belakang), maka penyusunan kalender Caka Bali sangatlah mudah, karena pada Pengalantaka tersebut, ditulis juga tanggal terjadinya Tilem, sehingga langkah-langkah penyusunannya sangat sederhana, yaitu sebagai berikut :
1. Hitung dulu, tanggal berapa Tahun Baru Caka Bali (Hari Raya Nyepi) yang sedang Kita susun. Caranya: Tahun sebelumnya di bagi 19 untuk mengetahui apakah tahun sebelumnya itu; terdapat Nampih Sasih, dengan catatan :
A. Jika sisa 2, 4, 7, 10, 13, 15 atau 18, maka pada tahun tersebut terdapat Nampih Sasih (jumlah bulannya ada 13). Jadi Kita hitung jumlah tilem setelah tahun Baru sebelumnya tersebut; sebanyak 13. Sehari setelah tilem yang terakhir (tilem ke-13) merupakan tahun Baru Caka Bali berikutnya (Hari Raya Nyepi).
B. Apabila bersisa selain diatas, maka pada tahun tersebut tidak terdapat Nampih Sasih (jumlah bulannya ada 12). Jadi Kita hitung jumlah tilem sebanyak 12 kali, satu hari setelah tilem yang terakhir (ke-12) merupakan tahun Baru Caka Bali berikutnya.
Praktek langkah pertama (Penyusunan Kalender Caka Bali tahun 1926 Caka = 2004 M)
Tahun sebelumnya adalah 1925 Caka. Jika di bagi 19, bersisa 6, maka pada tahun tersebut tidak terdapat Nampih Sasih. Satu hari setelah Tilem ke-12 yang dihitung setelah tahun baru Caka 1925 (2 April 2003) adalah 21 Maret 2004. Itulah hari Raya Nyepi (Tahun Baru Caka 1926). NB: saat Tilem, lihat Pengalantaka Eka Sungsang ke Paing; karangannya: I Gede Marayana. Dan jika Kita hanya ingin mengetahui kapan jatuhnya Hari Raya Nyepi, maka cukup langkah pertama ini yang dikerjakan
2.Langkah berikutnya, tahun Caka yang Kita hitung, di bagi 19, untuk mengetahui apakah pada tahun tersebut terjadi Nampih Sasih, dengan catatan :
Sisa   2, maka terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Jhista
Sisa   4, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih katiga
Sisa   7, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Kasa 
Sisa 10, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Jhista
Sisa 13, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Kadasa
Sisa 15, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Karo
Sisa 18, Nampih pada sasih Sada. Jika sisa selainnya ini, maka tidak ada Nampih Sasih
Praktek langkah kedua
1926 : 19 = sisa 7, berarti terdapat Nampih Sasih yang diletakkan pada Sasih Kasa.
3.    Selanjutnya Kita urutkan tanggal berapa awal bulan-bulan berikutnya dengan cara sehari setelah tanggal terjadinya tilem merupakan tanggal 1 (penanggal 1), dimulai dari tahun Baru Caka Bali yaitu penanggal 1 Kadasa.
     Praktek langkah ketiga
     Penanggal I Kadasa 1926                      = 21 Maret 2004
     Penanggal 1 Jhista 1926                        = 20 April 2004.
     Penanggal 1 Sadha 1926                       = 19 Mei 2004.
     Penanggal 1 Kasa 1926                         = 18 Juni 2004.
     Penanggal 1 Nampih Kasa 1926           = 17 Juli 2004. Dan seterusnya
4.6.Langkah-langkah penentuan Hari Raya Nyepi (berdasarkan sistem baru)
Langkah-langkah ini sengaja kami tuliskan bagi orang-orang yang hanya ingin mengetahui Hari Raya Nyepi saja dan tidak memiliki Pengalantaka Eka Sungsang ke Paing. Dan saya sertakan contoh penentuan Hari Raya Nyepi pada tahun 2003 M (1925 Caka). Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.      Menghitung jumlah hari pada tanggal perkiraan hari nyepi (28 Maret ………M). Caranya:
One.              Tentukan lebih dulu sampai dengan tanggal yang sudah di tentukan itu; sudah berapa tahun, berapa bulan, dan berapa hari penanggalan masehi ini berlangsung.
Two.             Dari angka tahun tersebut, hitunglah; sudah ada berapa siklus. Caranya; angka tahun tersebut di bagi 4. Selanjutnya kalikan angka siklus tahun tersebut dengan 1461 untuk mendapatkan jumlah harinya.
Three.         Jika terdapat kelebihan tahun yang tidak mencapai satu siklus, kalikan tiap satu tahunnya dengan 365 untuk mendapatkan jumlah harinya.
Four.            Untuk angka bulan, carilah jumlah harinya dengan menjumlahkan umur bulan-bulan tersebut.
Five.             Apabila jumlah hari yang dihasilkan dari langkah b, c dan d tersebut ditambahkan, dan ditambah dengan jumlah hari sampai dengan tanggal yang sedang berjalan, akan didapatkan jumlah hari Masehi rata-rata.
Six.                 Untuk mendapatkan jumlah hari yang sebenarnya (H), kurangilah jumlah hari tersebut dengan koreksi Gregorius XIII sebanyak 13 hari, yakni pemotongan tanggal sebanyak 10 hari pada bulan oktober 1582 dan pemotongan 3 hari dalam setiap 400 tahun sesudahnya.
Praktik langkah pertama (menentukan Hari Raya Nyepi 2005 M)
Tanggal perkiraan Nyepi = 28 Maret 2005. Berarti penanggalan Masehi sampai dengan tanggal tersebut sudah berlangsung selama : 2004 tahun + 2 bulan + 28 hari. Jadi jumlah hari :
2004 tahun / 4              = 501 tahun
501 x 1461                   = 731961 hari
1 bulan (Januari)           =         31 hari
1 bulan (Februari)         =     28 hari (2005 = tahun pendek, jika tahun panjang= 29 hari)     
28 hari (dari Maret)      =         28 hari +
Jumlah rata-rata            = 732048 hari
Koreksi Gregorius XIII=         13 hari –
Jumlah sebenarnya (H) = 732035 hari
2.      Langkah berikutnya : mencari angka sisa (N) dari pembagian jumlah hari (H) dengan 945.
3.      Mencari nilai I; caranya : Angka sisa (N) di kurangi 351.
Catatan: Jika N lebih kecil dari 351, maka harus ditambah 945 .
4.    Mencari 2 nilai Y yang paling mendekati nilai I. Nilai Y tersebut adalah sebagai berikut: 0, 30, 60, 89, 119, 148, 178, 207, 237, 266, 296, 325, 355, 384, 414, 443, 473, 502, 532, 562, 591, 621, 650, 680, 709, 739, 768, 798, 827, 857, 886, 916, 945. Kemudan hitung selisih antara I dan Y.
5.    Setelah itu Kita bisa tentukan hari raya Nyepi dengan ketentuan:
One.                              Jika nilai  I = Y, maka tanggal Perkiraan = Tanggal Hari Raya Nyepi.
Two.                             Jika nilai I > Y, maka M = selisih (I dan Y) – 1. Sedangkan Tanggal Hari Raya Nyepi = tanggal perkiraan – M – 1.
Catatan : Jika berdasarkan Rumus Baru (Nampih Sasih), maka Nyepi harus jatuh tanggal 14 Maret keatas. Tetapi jika berdasarkan Rumus Lama (Malamasa), maka Nyepi harus jatuh tanggal 2 Maret keatas
Three.                          Jika nilai I < Y, maka M = selisih (I dan Y) + 1. Tanggal Hari Raya Nyepi = tanggal perkiraan + M – 1.
Catatan : Jika berdasarkan Rumus Baru (Nampih Sasih), maka Nyepi harus jatuh tanggal 13 April kebawah. Tetapi jika berdasarkan Rumus Lama (Malamasa), maka Nyepi harus jatuh tanggal 31 Maret kebawah.
Untuk mengetahui tahun keberapa Caka. Tahun Masehi dikurangi 78 = tahun Caka Bali.
Praktek langkah kedua sampai kelima :
2. H / 945 = 774,6402116. Sehingga N = 605 (asalnya 0,6402116 x 945).
3. I = 254 (asalnya 605 – 351 ).
4.      2 nilai Y yang terdekat dengan nilai I adalah
One.                              266. Selisih antara I dan Y = 12
Two.                             237. Selisih antara I dan Y = 17
5.      a. I = 254, sedangkan Y= 266.
Jadi: I < Y, sehingga M = 12 + 1 = 13. Tanggal Hari Nyepi = 28 Maret 2003 + 13 – 1 = 40 Maret 2003. Ingat umur bulan Maret 31 hari. Jadi 40 – 31 = 9 April 2003.
Ini memenuhi persyaratan Rumus Baru, karena jika I<Y, Nyepi harus jatuh pada tanggal 13 April kebawah. Sedangkan menurut Rumus Lama, tidak memenuhi; karena jika I<Y, Nyepi harus jatuh pada tanggal 31 Maret kebawah. Jadi berdasarkan Rumus Baru (Nampih Sasih) tanggal Hari Raya Nyepi 1927 S = 9 April 2005.
b. I = 254, sedangkan Y = 237
Jadi: I > Y, sehingga M = 17 - 1 = 16. Tanggal Hari Nyepi = 28 Maret 2003 - 16 – 1 = 11 Maret 2003.
Ini memenuhi persyaratan Rumus Lama, karena jika I>Y, Nyepi harus jatuh pada tanggal 2 Maret keatas. Sedangkan menurut Rumus Baru, tidak memenuhi; karena jika I>Y, Nyepi harus jatuh pada tanggal 14 Maret keatas. Jadi berdasarkan Rumus Lama (Malamasa) tanggal Hari Raya Nyepi 1927 S = 11 Maret 2005.
       Dibawah ini saya contohkan hasil perhitungan saya mengenai jatuhnya Hari Raya Nyepi, supaya bisa dijadikan “pencocokan hasil” ketika Anda mencoba menghitungnya.
Tahun Saka
Hari Raya Nyepi
1926
21 Maret 2004
1927
11 Maret 2005
1928
30 Maret 2006
1929
19 Maret 2007
1930
7 Maret 2008
1931
26 Maret 2009
1932
16 Maret 2010
1933
5 Maret 2011
1934
19 Maret 2012
1935
12 Maret 2013

3. Kalender Budha
Pada prinsipnya penanggalan Buddhis menggunakan perhitungan berdasarkan peredaran bulan seperti yang dipergunakan pada penanggalan Imlek dari Tiongkok. Perhitungan ini berbeda dengan penanggalan Masehi yang mempergunakan dasar perhitungan peredaran matahari.
Meskipun sama-sama mempergunakan perhitungan berdasarkan peredaran bulan, ada beberapa perbedaan waktu untuk memulai TAHUN BARU UMUM di sebagian negara Buddhis. Negara-negara Buddhis Theravada seperti Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja dan Laos, perayaan tahun baru dilakukan selama tiga hari sejak purnama sidhi pertama di bulan April.
Sedangkan di negara-negara Buddhis beraliran Mahayana perayaan tahun baru umum dimulai sejak purnama sidhi pertama di bulan Januari.
Sedangkan penyelenggaraan perayaan TAHUN BARU BUDDHIS di setiap negara sangat tergantung pada kebudayaan dan tradisi setempat. Misalnya di Tiongkok, Korea dan Vietnam tahun baru Buddhis dirayakan pada akhir Januari ataupun awal Februari tergantung penanggalan bulan, sedangkan di Tibet biasanya dirayakan sebulan kemudian.
Perayaan Waisak yang dilakukan oleh umat Buddha Theravada berbeda dengan perayaan Waisak yang diselenggarakan oleh umat Buddha Mahayana.
Umat Buddha Theravada telah sepakat untuk memperingati Waisak pada purnama sidhi di bulan Vesakha atau sekitar bulan Mei / Juni.
Pada saat Waisak, umat Buddha Theravada memperingati tiga peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah hidup Sang Buddha Gotama. Ketiga peristiwa itu adalah kelahiran Sang Pangeran Siddharta, Sang Pangeran mencapai kesucian atau kebuddhaan di bawah Pohon Bodhi dan peristiwa yang ketiga adalah wafatnya Sang Buddha Gotama.
Sedangkan umat Buddha Mahayana memperingati ketiga peristiwa penting itu dalam tiga hari yang berbeda yaitu:
1. Kelahiran Pangeran Siddhartha pada penanggalan Imlek bulan 4 tanggal 8.
2. Pangeran Siddhartha mencapai kesucian menjadi seorang Buddha pada
penanggalan Imlek bulan 12 tanggal 8.
3. Sang Buddha wafat atau Parinibbana pada penanggalan Imlek bulan 2 tanggal 15.
Berbagai perbedaan penanggalan untuk merayakan Waisak ini hendaknya tidak membingungkan para umat Buddha dari kedua aliran besar. Sang Buddha telah bersabda bahwa lahir ataupun tidak seorang Buddha di dunia ini, Dhamma akan selalu sama yaitu kehidupan yang tidak kekal, dukkha dan tanpa inti atau tanpa aku. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa merayakan ketiga peristiwa dalam kehidupan Sang Buddha tersebut adalah kurang penting dibandingkan memiliki pengertian yang benar
akan Ajaran Sang Buddha dan usaha keras untuk melaksanakan Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, para umat Buddha dapat menentukan sendiri tradisi merayakan Waisak yang hendak diikutinya. Tidak ada yang salah pada perbedaan tersebut, karena hal ini merupakan hasil kesepakatan saja. Adanya berbagai perbedaan ini justru akan menambah kekayaan dalam mempelajari dan melaksanakan Buddha Dhamma.
Agar dapat menambah wawasan, maka berikut ini disertakan pula nama-nama bulan Buddhis dalam bahasa Pali dan Sanskerta termasuk persamaannya dengan bulan Masehi. Semoga hal ini dapat memberikan manfaat.

01.
Citta
(Sanskrit
=
Caitra)
---
Feb. / Mar.
atau
Mar. / Apr.
02.
Vesakha
(Sanskrit
=
Vaisakha)
---
Mar. / Apr.
atau
Apr. / Mei
03.
Jettha
(Sanskrit
=
Jyaistha)
---
Apr. / Mei
atau
Mei / Juni
04.
Asalha
(Sanskrit
=
Asadha)
---
Mei / Juni
atau
Juni / Juli
05.
Savana
(Sanskrit
=
Sravana)
---
Juni / Juli
atau
Juli / Agst.
06.
Pottapada
(Sanskrit
=
Bhadrapada)
---
Juli /Agst.
atau
Agst. / Sept.
07.
Assayuja
(Sanskrit
=
Asvina)
---
Agst. / Sept.
atau
Sept. / Okt.
08.
Kattika
(Sanskrit
=
Karttika)
---
Sept. / Okt.
atau
Okt. / Nov.
09.
Maggasira
(Sanskrit
=
Margasirsa)
---
Okt. / Nov.
atau
Nov. / Des.
10.
Phussa
(Sanskrit
=
Pausa)
---
Nov. / Des.
atau
Des. / Jan.
11.
Magha
(Sanskrit
=
Magha)
---
Des. / Jan.
atau
Jan. / Feb.
12.
Phagguna
(Sanskrit
=
Phalguna)
---
Jan. / Feb.
atau
Feb. / Mar.

Semoga penjelasan ini dapat memberikan kebahagiaan dan manfaat dalam menyusun skripsi yang sedang dipersiapkan.





تمت الرسالة بعون الله تعالى وتوفيقه فى شهر صفر 1425 هـ ، وقد كتبتها عاجلا في مدة يسيرة، والمرجوّ ممن إطلع فيها على هفوة صغيرة اوكبيرة، أن يصلحها. وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ، والحمد لله رب العالمين.

المفتقر إلى فيض المنان

 صفيّ الله بن جوهري  
مالانج – المعهد الاسلامى مفتاح الهدى

                  







Daftar Pustaka.

Achelis, Elisabeth., Calendars, Intermasa. 1986.
Al-Jailani, Umar, Zubair., Al-Khulasoh Al-Wafiyah.
Al-Jawi, Ma’shum, Mohammad., Badi’atul Mistal”.  Salim bin Said bin Nabhan, Surabaya.tt.
Almanac Nautika Tahun 2003, TNI AL Dinas Hidro-Oseanografi.Jakarta. 
Anonim., Ching Bing., Genta Rohani, Maret, 1988. 
Djambek, Sa’adoeddin., Hisab Awal Bulan. Tintamas, Jakarta 1976
Dogget L.E., Calendars In Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac edited By
            P.Kenneth Seidelman, US Naval Observatory Washington D.C., Univ. Science Book, 575-606, 1992.
Fraser, J.P., Time, the familiar strangger. Amhers. 1987.
Gayo, Iwan., Buku Pintar, Upaya Warga Negara. Cetakan ke-18.1994.
Herru Soetjiadi., Tang Cik., Berita Ummat, Januari, 1993.
Marayana, I Gede., Sistematika Kalender Caka Bali dan Kalender Nirayana, Makalah pada Seminar dan Workshop Nasional: “Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan Kalender Matahari di Indonesia”, di Observatorium Bosscha-Lembang-Bandung, tanggal 13 Oktober 2003.
Marayana, I Gede., Pengalantaka Eka Sungsang Ke Pahing, bagian belakang kalender Caka Bali 2003
Marayana, I Gede., Sistematika Kalender, 2003.
Meeus, J., Astronomical Alghorithms, Willmann – Bell, Inc. USA, 1991.
Raharto, Moedji., Sistem Penanggalan Syamsiyah / Masehi, penerbit ITB Bandung 2001.
Rawi, Gde, Bangbang, Ketut, I., Beberapa Hari Raya Ummat Hindu”, Makalah, Bali, 1997.
Rochim, Abdur. H., Penanggalan Jawa dan Suro, Makalah pada Seminar dan Workshop Nasional : “Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan Kalender Matahari di Indonesia”, di Observatorium Bosscha-Lembang-Bandung, tanggal 13 Oktober 2003.
Salam, Abd., Ilmu Falak, Aqaba, Sidoarjo.2001.
Satibi, H., Kalender Caka Bali, Makalah, Surabaya, 1997.
Seidelmann, p.k., Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, US Naval Observatory
            Washington D.C., Univ. Science Book, 575-608, 1992. 
Shofiyulloh., Beberapa Kalender Di Indonesia (beserta penentuan 13 Hari Libur Nasional), Makalah pada Seminar dan Workshop Nasional : “Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan Kalender Matahari di Indonesia”, di Observatorium Bosscha-Lembang-Bandung, tanggal 13 Oktober 2003.
Slamet D, Bs., Penanggalan konghucu., dalam media konfusiani edisi khusus, 2000, MAKIN Tangerang. 
Smart, W.M., Text Book on Spherical Astronomy, Sixth Edition, Cambridge Univ. Press, 1980.
Tanudidjaja, Ma’mur, Moh., Bumi dan Antariksa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995.
Tedy S. Twan Yang. Genta Rohani 07, 1987, MAKIN, Bandung.
The Astronomical Almanac for The Year 2004,  U.S. Government Printing Office, Washington D.C.   2002
Tjandra R, Mulyadi., Sekilas Lintas tentang Sam Sing., Media Konfusiani, Tahun ke-I, Nomer 2, Agustus, 1995.
Too, Lillian., Applied Pa- Kua And Lo Shu Feng Shui, Kuala lumpur Malaysia. 1993.
Winarso, Agus, Hendrik, dr., Mengenal Hari Raya Konfusiani”, Effhar, semarang, cetakan ketiga. 2003
APPENDIX

Data Saat Konjungsi Time Zone +8 (New Moon), Pada Tahun 2003,2004,2005 & 2006
2003
2004
2005
2006
3 Januari           4:23
22 Januari        5:05
10 Januari       19:03
29 Januari      22:16
1 Pebruari       18:49
20 Pebruari    17:18
9 Pebruari         5:28
28 Pebruari      8:32
3 Maret           10:36
21 Maret          6:42
10 Maret         16:11
29 Maret        18:16
2 April              3:19
19 April         21:21
9 April              3:32
28 April           3:45
1 Mei              20:16
19 Mei           12:52
8 Mei              15:46
27 Mei           13:27
31 Mei            12:20
18 Juni             4:27
7 Juni               4:55
26 Juni             0:06
30 Juni             2:40
17 Juli            19:24
6 Juli              19:03
25 Juli            12:32
29 Juli            14:54
16 Agustus      9:24
5 Agustus       10:05
24 Agustus       3:11
28 Agustus       1:27
14 September 22:29
4 September     1:46
22 September 19:46
26 September 11:10
14 Oktober     10:48
3 Oktober       17:28
22 Oktober     13:15
25 Oktober     20:51
12 November 22:27
2 November       8:25
21 November  6:19
24 November  6:59
12 Desember  9:29
1 Desember  22:01
20 Desember  22:02
23 Desember  17:44

31 Desember   11:13


Kalender-Kalender Keagamaan (Religious Calendars) Tahun 2005
Di hitung Oleh : Shofiyulloh,ST.
A. Agama Islam:
1. Hari Tarwiyah                = 19 Jan           7. Maulid Nabi Muhammad    = 21 Apr
2. Hari Arofah                    = 20 Jan           8. Isro’ Mi’roj                          = 1 Sept
3. Hari Raya Idul Adha     = 21 Jan           9. Malam Nisfu Sya’ban         =18/19 Sept
4. Hari Tasyrik                    = 22,23,24 Jan 10.Awal Romadhon                = 5 Okt
5. Tahun Baru Hijriyah       = 10 Feb          11. Malam Nuzulul Qur’an     = 20/21 Okt
6. Hari As-Syuro                = 19 Feb          12.Hari Raya Idul Fitri 1425 H= 3,4,5 Nop
B. Agama Katolik / Kristen:
1. Epiphany                        = 6  Jan            9. Low Sunday                       = 3  Apr
2. Minggu Septuagesima    = 23 Jan           10. Rogation Sunday              = 1  Mei
3. Minggu Quinquagesima = 6  Feb           11. Kenaikan Yesus Kristus    = 5  Mei
4. Rabo Abu                       = 9  Feb           12. Pantekosta                         = 15 Mei         
5. Minggu Quadragesima   = 13 Feb          13. Minggu Trinitas                 = 22 Mei         
6. Minggu Palem                = 20 Mar         14. Jamuan Suci                      = 26 Mei
7. Wafat Yesus Kristus      = 25 Mar         15. Minggu Advent                = 27 Nop
8. Paskah                            = 27 Mar         16. Hari Natal                         = 25 Des
C. Agama Hindu:
1. Hari Raya Galungan       = 9 Mar           5. Hari Saraswati                     = 23 Jul
2. Hari Raya Kuningan      = 19 Mar         6. Hari Raya Pagerwesi           = 27 Jul
3. Tawur Kesanga              = 8 Apr            7. Hari Raya Galungan           = 5 Okt
4. Hari Raya Nyepi 1927 S= 9 Apr            8. Hari Raya Kuningan           = 15 Okt

D. Agama Budha:
1. Hari Raya Waisak 2559 = 24 Mei
2. Kambutsue                     = 8 Apr
3. Asadha                           = 21 Juli

4. Kathina                           = 17 Okt 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar