BAB I
PENDAHULUAN
Sejak ribuan tahun yang silam,
kalender telah diciptakan oleh manusia, karena memang memerlukannya. Seperti
bangsa Mesir telah membuat kalender matahari sekitar tahun 4221 SM. Pada saat
itu; tahun matahari terdiri dari 365 hari terbagi kedalam 12 bulan dan
masing-masing bulan terdiri 30 hari ditambah dengan 5 hari pesta perayaan
tahunan. Bangsa Mesir berkepentingan untuk mempunyai kalender yang seirama
dengan siklus tropis matahari untuk mengetahui waktu musim meluapnya sungai
Nil, musim tanam dan musim panen. Ada
juga bangsa yang membuat kalender bulan; yang tujuannya untuk mengetahui kapan
terjadinya pasang surut dan untuk kepentingan ibadah mereka, karena bulan
merupakan benda langit yang mudah untuk diamati sehingga sangat cocok untuk penentuan
suatu ibadah.
Dan pada masa sekarang ini
dimana teknologi semakin canggih, ternyata kalender masih juga di gunakan;
karena tidak bisa dikesampingkan dengan kegiatan-kegiatan manusia itu sendiri,
baik dalam melaksanakan pekerjannya maupun dalam melaksanakan kewajibannya
sebagai umat beragama seperti berpuasa, haji dll. Oleh karena itu kita
memerlukan kalender untuk merencanakan segala kegiatan yang akan di laksanakan,
agar lebih mudah dalam perencanaan dan pengaturannya.
Menurut penelitian Fraser, ada sekitar 40 kalender yang beredar di dunia ini.
Sedangkan yang berlaku di Indonesia
untuk saat ini hanya sekitar 5 macam kalender yaitu : kalender Hijriyah,
Masehi, Caka Bali, Saka Jawa (Asapon / Aboge), dan kalender Cina. Kalender-kalender
tersebut mempunyai sistematika sendiri-sendiri, yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, terutama akan terlihat pada nama bulannya, umur-umur bulan, awal
tahun barunya dan sistem yang dipakai.
Pada buku ini akan di bahas
seluk beluk kalender Lunisolar yang berlaku di Indonesia yaitu kalender Cina,
saka Bali dan Budha, tetapi sebelumnya akan dibahas dulu aspek-aspek astronomi
dan non astronomi dalam kalender, yang erat hubungannnya dengan kalender itu sendiri.
1. Aspek Astronomi dalam Kalender
Ilmu astronomi, sangatlah
berperan dalam kalender. Hal ini bisa dilihat antara lain dalam menentukan
panjang tahunnya; yang menggunakan siklus tropis matahari dan ada yang
menggunakan siklus sinodis bulan.
Siklus tropis matahari adalah
siklus matahari melewati titik Vernal
Equinok dua kali berturut-turut. Perlu
diketahui: Dulu titik vernal
equinok di arah rasi Aries, namun akibat presesi sumbu planet bumi, sekarang
berada di arah rasi Pisces dan 700 tahun lagi akan mencapai rasi Aquarius.
Gerak presesi sumbu bumi ini mirip dengan gerak sumbu gasing (mainan
anak-anak). Ekuator bumi bergerak secara perlahan-lahan terhadap ekliptika.
Oleh karena itu, terjadi pergeseran titik potong ekuator langit dengan
ekliptika yaitu sebesar 50,2 detik busur per tahun ke arah barat.bila dilihat
dari arah kutub utara langit.
Hal ini merupakan kabar yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat yang memakai kalender matahari seperti
kalender Masehi, karena kalender tersebut suatu saat tidak bisa lagi membaca
keteraturan alam melalui kalender. Begitu juga akan menimbulkan permasalahan di
kemudian hari bagi masyarakat yang berkeinginan mempunyai tanggal yang tetap
untuk suatu perayaan yang bersandar pada kalender matahari dan kedudukan
matahari terhadap titik vernal
equinok, diantaranya perayaan Paskah yang diatur jatuh pada hari minggu
setelah terjadinya saat oposisi (Full Moon Ecclesiastical) pada tanggal 21 Maret atau setelahnya.
Untuk mengetahui panjang siklus
tropis matahari rata-rata (mendekati akurat) bisa dengan menggunakan persamaan
dibawah ini, yang didasarkan pada elemen orbital Laskar:
365d,2421896698 –
0,00000615359 T – 7,29 x 10-10 T 2 + 2,64 x 10-10
T 3
dimana T = (Julian Day – 2451545.0) / 36525
Sedangkan siklus sinodis bulan
adalah : siklus dua fasa bulan yang sama secara berurutan. Untuk mengetahui
panjang siklus sinodis bulan rata-rata (mendekati akurat) bisa dengan
menggunakan persamaan dibawah ini, yang didasarkan pada teori bulan Chapront Touze dan Chapront J
29d,5305888531 +
0,00000021621 T – 3,64 x 10-10 T 2
dimana T = (Julian Day – 2451545.0) / 36525.
Berdasarkan penggunaan kedua
aspek astronomi di dalam kalender tersebut, kalender-kalender yang ada di dunia
ini dapat dikelompokkan menjadi 3 macam :
1. Kalender Matahari (Solar
Calendar)
Kalender yang dalam menentukan
panjang satu tahunnya menggunakan siklus tropis matahari, yaitu siklus matahari
melewati titik Vernal
Equinok dua kali berturut-turut.
Rata-rata satu tahun tropis 365,242199 hari. Contoh kalender yang mengikuti
sistem ini adalah kalender Masehi, Diocletin, Ar-Rumy dll.
2. Kalender Bulan (Lunar
Calendar).
Kalender yang dalam menetukan
panjang satu tahunnya menggunakan siklus sinodik bulan, yaitu siklus dua fasa
bulan yang sama secara berurutan. Rata-rata siklus sinodik bulan 29,530589
hari. Umur kalendar Bulan (12 x siklus sinodik bulan)
adalah : 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik. Termasuk dalam kategori kalender ini
yaitu kalender Hijriyah dan Saka Jawa.
3. Kalender Matahari-Bulan (Lunisolar Calender).
Kalender yang merupakan gabungan
antara solar
calendar dan lunar
calendar, maksudnya pergantian bulan berdasarkan siklus sinodis bulan dan beberapa tahun sekali di sisipi tambahan bulan (Intercalary Month) supaya kalendar tersebut sama
kembali dengan panjang siklus tropis matahari. Contoh dari kalender lunisolar ini adalah kalender Yahudi, Cina dll.
Selain pembagian seperti diatas,
ada pembagian kalender berdasarkan mudah atau tidaknya perhitungan yang
digunakan. Berdasarkan pembagian ini; kalender diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
kalender Aritmatik dan Kalender Astronomik.
Kalender Aritmatik merupakan
kalender yang dapat dengan mudah dihitung karena didasarkan atas rumus dan
perhitungan aritmatik. Contoh dari kalendar ini adalah kalender Masehi.
Sedangkan kalender Astronomik
merupakan kalender yang didasarkan pada perhitungan astronomi, yang
perhitungannya jelas lebih sulit. Contoh kalender Astronomik adalah kalender
Hijriyah dan Cina.
Termasuk juga aspek astronomi
yang terdapat dalam kalender adalah siklus hari, yang didasarkan pada rotasi
bumi pada porosnya
2. Aspek non Astronomi dalam Kalender
Disamping aspek astronomi yang
berperan dalam kalender, ada juga aspek non astronomi yang mewarnainya, seperti
siklus hari dalam seminggu. Akan tetapi, dalam penamaan hari, mereka mengambil
dari benda-benda langit yang notabennnya termasuk benda-benda yang di pelajari
dalam ilmu astronomi. Hal ini sebagai bukti bagi kita bahwa pada awal peradaban
manusia, ketergantungan manusia terhadap benda-benda astronomis begitu kuat,
bahkan ada yang sampai mempertuhankan matahari atau bintang yang paling terang
(Sirius).
Nama hari beserta asal mulanya
dalam seminggu sebagai berikut :
Asal
|
Nama Hari
|
Inggris
|
|
Sun
|
Sunday
|
Sunday
|
Minggu
|
Moon
|
Monday
|
Monday
|
Senen
|
Mars
|
Thues
|
Tuesday
|
Selasa
|
Mercury
|
Wordan
|
Wednesday
|
Rabo
|
Jupiter
|
Thor
|
Thursday
|
Kamis
|
Venus
|
Freia
|
Friday
|
Jum’at
|
Saturn
|
Saturday
|
Saturday
|
Sabtu
|
BAB II
KALENDER CINA (IMLEK).
Kalender Imlek yang kita kenal sekarang ini, berasal dari
zaman dinasti He, tahun 2205 – 1766 SM. Jumlah harinya dalam satu bulan adalah
29 dan 30 hari. Kalender ini pada zaman tersebut di kenal dengan nama kalender
Helek, sedangkan sekarang terkenal dengan nama kalender Imlek (Cina). Pada saat
dinasti He, kalender Imlek termasuk
kategori kalender bulan. Baru semenjak dinasti Shang yaitu pada abad ke-14 SM, kalender Imlek termasuk kategori
kalender lunisolar
dengan di adakannya penyisipan bulan.
Pada zaman dahulu sudah menjadi tradisi, tiap dinasti
menggunakan sistem kalender yang berbeda. Perbedaan kalender ini terutama adalah
mengenai saat tahun barunya. Dinasti He misalnya, menetapkan tahun barunya pada
saat menjelang musim semi, yaitu 1 Cia Gwee yang sekarang kita pakai. Dinasti Ien
atau Shang menetapkan
tahun barunya pada akhir musim dingin, yaitu 1 Cap Jie Gwee yang sekarang ini. Dan dinasti Ciu
menetapkan tahun barunya pada pertengahan musim
dingin, yaitu saat Tang Ce atau Dongzhi
(sekitar 22 Desember)
Sedangkan sistem kalender Imlek yang dipakai sampai sekarang
oleh orang cina, khususnya ummat Konghucu adalah sistem kalender dinasti He,
sesuai dengan sabda Nabi Konghucu di dalam kitab Lun Gi XVI :1, yang isinya : Gan Yan bertanya,
bagaimana mengatur pemerintahan. Nabi Konghucu bersabda : “Pakailah penanggalan
(kalender) Dinasti He …..”. Sistem kalender
tersebut dicanangkan untuk di pergunakan kembali oleh Nabi Konghucu yang hidup
pada tahun 551 – 479 SM, sehingga tahun pertama dari kalender Imlek tersebut
dihitung mulai tahun kelahiran beliau yaitu tahun 551 SM, dan hal tersebut
berlangsung sampai sekarang.
Perlu diketahui, pada akhir abad ke-2 SM kalender Cina di
reformasi, dimana winter solstice harus
jatuh pada bulan ke-11. Kalender Cina yang telah di reformasi ini berlaku
sampai sekarang. Pada reformasi ini juga di kenalkan sistem penyisipan bulan
seperti yang berlaku pada saat sekarang yaitu dilakukan setiap 2 atau 3 tahun
sekali, hanya saja kecepatan matahari dan bulan di hitung secara rata-rata dan
hal ini berlangsung sampai tahun 1644 M. Baru setelah tahun itu, kalender Cina
memakai teori astronomi modern yang dibawa oleh para misioner kristen pada abad
ke-17, yang akhirnya konsep-konsep astronomi bangsa barat menjadi terkenal, dan
sampai sekarang pergantian awal bulan dalam kalender awal bulan berdasarkan
hari terjadinya saat konjungsi hakiki (Astronomical New Moon). Umur bulan bisa 29 – 30 hari. Sedangkan. bulan sisipan
dalam kalender cina terkenal dengan istilah lun.
Kalender Cina tidak mengenal adanya Epoch, ia merupakan kalender dengan siklus 60 tahunan dan sampai
sekarang tidak diketahui siklus mana yang merupakan awal siklus. Ke-60 tahun
tersebut mempunyai nama sendiri-sendiri sebagai berikut:
1. Jia-Zi 16. Ji-mao 31. Jia-wu 46. Ji-you
2. Yi-chou 17. Geng-chen 32. Yi
–wei 47. Geng-xu
3. Bing-yin 18. Xin-si 33.
Bing-shen 48.Xin-hai 4. Ding-mao
19. Ren-wu 34. Ding-you 49. Ren-zi
5. Wu-chen 20.
Gui-wei 35. Wu-xu 50. Gui-chou
6. Ji-si 21. Jia-shen 36. Ji-hai 51. Jia-yin
7. Geng-wu 22.
Yi-you 37. Geng-zi 52.
Yi-mao
8. Xin-wei 23. Bing-xu 38. Xin-chou 53. Bing-chen
9. Ren-shen 24. Ding-hai 39.
Ren-yin 54. Ding-si
10. Gui-you 25.
Wu-zi 40. Gui-mao 55.
Wu-wu
11. Jia-xu 26.
Ji-chou 41. Jia-chen 56.
Ji-wei
12. Yi-hai 27.
Geng-yin 42. Yi-si 57. Geng-shen
13. Bing-zi 28.
Xin-mao 43. Bing-wu 58.
Xin-you
14. Ding-chou 29.
Ren-chen 44. Ding-wei 59.
Ren-xu
15. Wu-yin 30.
Gui-si 45. Wu-shen 60.
Gui-hai
Nama-nama Ke 60 tahun tersebut di hasilkan dengan
menggabungkan (memasang-masangkan) salah satu dari 10 batang langit dan 12
cabang bumi. Setelah enam kali pengulangan batang langit dan lima kali pengulangan cabang bumi, maka akan
terciptalah sebuah siklus 60 tahunan, seperti tersebut diatas.
Kesepuluh batang langit tersebut yang merupakan nama arah
tempat di sekitar alam raya adalah : Jia (timur), Yi (tenggara), Bing
(selatan), Ding (barat laut), Wu (atas), Ji (bawah), Geng (barat), Xin (barat
daya), Ren (utara) dan Gui (timur laut). Sedangkan ke 12 cabang bumi tersebut
yang merupakan nama-nama bintang dalam bidang ilmu Astrologi, dimana oleh
orang-orang cina di hubungkan dengan nama-nama bintang dalam Shio
adalah :Zi (tikus), Chou (kerbau), Yin (harimau), Mau
(kelinci), Chen (naga), Si (ular), Wu (kuda), Wei (kambing), Shen (monyet), You
(ayam), Xu (anjing) dan hai (babi).
Siklus terakhir dari kalender cina di mulai pada tanggal 2
Februari 1984, yang berarti tahun baru kalender cina tanggal 2 Februari 1984
bernama Jia-zi.
Nama-nama tahun sebanyak 60
diatas merupakan nama resmi yang dipakai dalam kalender Cina, tapi perlu kita
ketahui bahwa ada penamaan tahun lainnya dan sering kita dengar di Indonesia
yaitu penamaan tahun dengan menggunakan nama binatang dalam Astrologi Cina
(Shio) yaitu: tikus, Kerbau, harimau, kelinci,
naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi.
Seperti pada tahun 2000 yang lalu nama tahunnya adalah Naga.
Sedangkan sekarang yaitu tahun 2004 M, dimana tahun Baru Cina jatuh pada
tanggal 22 Januari nama tahunnya adalah Monyet.
2.1. Beberapa Peraturan Dalam Kalender Cina
Berikut beberapa peraturan yang sering di gunakan dalam
penyusunan kalender Cina:
1. Hari pertama (Awal bulan) dalam
kalender cina adalah hari terjadinya saat konjungsi (New
Moon) , di mana saat konjungsi di hitung pada meridian
120o BT.
2. Pada tahun pendek (Ordinary
Year) mempunyai 12 bulan, sedangkan pada tahun panjang (Leap
Year) mempunyai 13 bulan.
3. Musim dingin (Winter
Solstice / Dong Zhi) yang terjadi sekitar tanggal 22 Desember harus
selalu jatuh pada bulan ke 11 kalender Cina yaitu bulan Cap It Gwee.
4. Bulan sisipan (Intercalary
Month) yang terjadi ketika bulan ke-11 dengan bulan ke-11
berikutnya dipisahkan dengan 13 New Moon adalah bulan yang tidak ada Zhongqi-nya.
Sedangkan perhitungan bulan : Tiap tahun terbagi atas 12
bulan, yang dinyatakan dengan urutan 1 sampai dengan 12, adapula cara pemberian
nama bulan menurut urutan cabang bumi, tetapi cara tersebut tidak lazim
digunakan. Nama-nama bulan dalam kalender cina berturut-turut adalah sebagai
berikut:
1.Yin :
bulan 1, Cia Gwee 7. Shen : bulan 7, Cit Gwee
2.Mou :
bulan 2, Jie Gwee 8. You : bulan 8, Pe Gwee
3.Chen
:bulan 3, Sa Gwee 9. Xu : bulan 9, Kauw Gwee
4. Si :
bulan 4, Si Gwee 10.
Hai : bulan 10, Cap
Gwee
5.Wu :
bulan 5, Go Gwee 11. Zi : bulan 11, Cap It Gwee
6.Wei :
bulan 6, Lak Gwee 12. Chou : bulan 12, Cap Jie
Untuk lebih memahami bulan ke berapa letak dari Intercalary
Month, maka harus kita pahami terlebih dahulu hal-hal
sebagai berikut:
Siklus tropis matahari yang menempuh jarak sekitar 360o,
dibagi menjadi 24 musim. Jadi 1 musim mempunyai rentang bujur sebesar 15o
dan dalam satu bulan berarti terdapat 2 musim. Ke-24 musim tersebut dibagi
menjadi 2 sebutan yaitu Jeiqi (J)
dan Zhongqi (Z), kemudian keduanya saling
dipasang-pasangkan sehingga menjadi 12 pasangan. Untuk lebih jelasnya, lihatlah
tabel dibawah ini.
SEBU TAN
|
NAMA IKLIM
|
BUJUR MATAHARI
|
SEKITAR TANGGAL*
|
DURASI
|
J - 1
|
Lichun
|
315
|
4 Pebruari
|
|
Z - 1
|
Yushui
|
330
|
19 Pebruari
|
29,8
|
J - 2
|
Jingzhe
|
345
|
6 Maret
|
|
Z - 2
|
Chunfen
|
0
|
21 Maret
|
30,2
|
J - 3
|
Quingming
|
15
|
5 April
|
|
Z - 3
|
Guyu
|
30
|
20 April
|
30,7
|
J – 4
|
Lixia
|
45
|
6 Mei
|
|
Z - 4
|
Xiaoman
|
60
|
21 Mei
|
31,2
|
J – 5
|
Mangzhong
|
75
|
6 Juni
|
|
Z – 5
|
Xiazhi
|
90
|
22 Juni
|
31,4
|
J – 6
|
Xiaoshu
|
105
|
7 Juli
|
|
Z – 6
|
Dashu
|
120
|
23 Juli
|
31,4
|
J – 7
|
Liqiu
|
135
|
8 Agustus
|
|
Z – 7
|
Chushu
|
150
|
23 Agustus
|
31,1
|
J – 8
|
Bailu
|
165
|
8 September
|
|
Z – 8
|
Qiufen
|
180
|
23 September
|
30,7
|
J – 9
|
Hanlu
|
195
|
8 Oktober
|
|
Z – 9
|
Shuangjiang
|
210
|
24 Oktober
|
30,1
|
J – 10
|
Lidong
|
225
|
8 November
|
|
Z – 10
|
Xiaoxue
|
240
|
22 November
|
29,7
|
J – 11
|
Daxue
|
255
|
7 Desember
|
|
Z – 11
|
Dhongzhi
|
270
|
22 Desember
|
29,5
|
J – 12
|
Xiaohan
|
285
|
6 Januari
|
|
Z - 12
|
Dahan
|
300
|
20 Januari
|
29,5
|
*
Untuk mengetahui tanggal sebenarnya, bisa dengan menggunakan data
Ephemeris atau Almanak Nautika, yaitu tanggal berapa bujur matahari 315
tercapai, tanggal berapa bujur matahari 330 tercapai dan seterusnya, tapi ingat
Time Zone yang digunakan adalah +8.
Nah, pada tahun yang terdapat penyisipan bulan (Intercalary
Year ), sebuah bulan yang tidak terdapat zhongqi (Z) merupakan bulan sisipan. Sedangkan nama dari bulan
tersebut mengikuti bulan sebelumnya, hanya saja di depan bulan tersebut di
tambahkan kata Lun.
Misalkan bulan sebelumnya bernama Si-Gwee, Maka nama bulan sisipannya adalah Lun
Si-Gwee. Jika suatu ketika pada Intercalary
Year ada 2 bulan yang sama-sama tidak ada zhongqi-nya, maka yang di jadikan sebagai bulan sisipan adalah bulan
pertama setelah musim dingin (Winter Solstice) yang
dalam bahasa Cina dinamakan Dhongzhi.
2.2.
Langkah-langkah Penyusunan Kalender Cina.
Untuk memperjelas keterangan diatas, berikut ini kami
tuliskan langkah-langkah serta contoh penyusunan kalender Cina tahun 2556 (2005 M) :
1.
Mengecek,
apakah tahun yang akan kita susun terdapat bulan sisipan. Caranya dengan
menentukan bulan ke-11 pada tahun sebelumnya dan tahun yang sedang Kita
hitung. NB: Data New
Moon atau saat konjungsi bisa didapatkan dari Almanak
Nautika atau Mawaqit, tapi ingat, gunakan Time Zone +8 jam (kota
Beijing )
Praktek
langkah pertama
12
Desember 2004 Bulan ke-11, yaitu tanggal 1 Cap It Gwee 2555.
1
Desember 2005 Bulan ke- 11, yaitu tanggal
1 Cap It Gwee 2556.
2. Kemudian hitung jumlah New
Moon yang terdapat setelah bulan ke-11 tahun sebelumnya;
sampai bulan ke-11 tahun yang Kita hitung, dengan catatan :
a. Jika jumlah New
Moon =12, maka pada tahun tersebut tidak terdapat bulan
sisipan. Dan New Moon ke-2 setelah bulan ke-11 pada tahun
sebelumnya adalah awal tahun baru Imlek. Untuk bulan-bulan berikutnya, tinggal Kita
urutkan. Sedangkan untuk mengetahui tahun berapa Imlek ?, caranya : tahun
masehi di tambah 551. Dari sini selesai penyusunan kalender Cina.
b. jika jumlah New
Moon = 13, maka pada tahun tersebut terdapat bulan
sisipan, sehingga Kita tentukan dulu letak dari bulan sisipan tersebut dengan
cara : melihat bulan yang tidak ada Zhongqi-nya (Z). Jika suatu bulan tanpa Z
sudah ketemu, maka itulah bulan sisipannya, setelah itu tinggal Kita urutkan
bulan-bulannya.
Praktek langkah kedua
Jumlah New Moon
setelah 12 Desember 2004 (bulan ke-11, tahun sebelumnya) sampai 1 Desember 2005
(bulan ke-11, tahun yang Kita hitung) = 12, yaitu 10 Januari 2005, 9 Pebruari
2005, 10 Maret 2005, 9 April 2005, 8 Mei 2005, 7 Juni 2005, 6 Juli 2005, 5
Agustus 2005, 4 September 2005, 3 Oktober 2005, 2 Nopember 2005 dan 1 Desemeber
2005. Sehingga pada tahun tersebut tidak terdapat bulan sisipan.
Jadi tanggal 10 Januari 2005 = awal bulan ke-12 (1 Cap
Jie Gwee 2555), tanggal 9 Pebruari 2005 =
awal bulan ke-1 (1 Cia Gwee 2556)
yang merupakan tahun baru Imlek, tanggal 10 Maret 2005 = awal bulan ke-2 (1 Jie
Gwee 2556), tanggal 9 April 2005 = awal bulan ke-3 (1 Sa
Gwee 2556) dan seterusnya.
Lebih jelasnya lagi, berikut
akan kami contohkan penyusunan kalender Cina yang di dalamnya terdapat bulan
sisipan, yaitu kalender cina tahun 2555 (2004 M).
1. 24 November 2003 Bulan ke-11, yaitu 1Cap
It Gwee 2554.
12 Desember 2004 Bulan ke- 11, yaitu 1Cap
It Gwee 2555.
2. Jumlah New
Moon setelah 24 Nov 2003 sampai 12 Desember 2004 = 13,
yaitu 23 Desember 2003, 22 Januari 2004, 20 Pebruari 2004, 21 Maret 2004, 19
April 2004, 19 Mei 2004, 18 Juni 2004, 17 Juli 2004, 16 Agustus 2004, 14
September 2004, 14 Oktober 2004, 12 November 2004 dan 12 Desember 2004.
Selanjutnya
menentukan letak bulan sisipan tersebut, caranya: perhatikan dibawah ini
Saat Konjungsi 24
November 2003 Bulan ke-11, Cap
It Gwee
J – 11 7
Desember 2003
Z – 11 22
Desember 2003 Winterr
Solstice
Saat Konjungsi 23
Desember 2003 Bulan 12 (Cap
Jie Gwee)
J – 12 6
Januari 2004
Z – 12 21
Januari 2004
Saat Konjungsi 22
Januari 2004 Bulan ke-1, Cia
Gwee
J – 1 4 Pebruari 2004
Z – 1 19
Pebruari 2004
Saat konjungsi 20 Pebruari 2004 Bulan ke-2, Jie Gwee
J – 2 5
Maret 2004
Z – 2 20
Maret 2004
Saat konjungsi 21 Maret 2004
Z tidak ada. Inilah bulan sisipannya, Lun Jie Gwee
J – 3 4 April 2004
Saat Konjungsi 19 April 2004 Bulan ke-3, Sa Gwee
Z – 3 20 April 2004
J – 4 6
Mei 2004
3.3.
Beberapa Hari Raya Agama Konghucu yang Terdapat Pada Kalender Cina:
Sebagian besar pengguna kalender
Cina adalah orang-orang yang beragama Konghucu, sehingga hari-hari perayaan
dalam kalender tersebut, berarti hari-hari perayaan ummat Konghucu, yang antara
lain :
1. Tahun Baru Imlek, jatuh setiap tanggal 1 Chia Gwee
2. Sembayang King Thi Kong
atau Sembayang Besar Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
jatuh setiap tanggal 8 Chia Gwee.
3. Cap
Go Meh atau saat Siang
Gwan, merupakan puncak sekaligus akhir
dari saat perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh setiap tanggal 15 Chia Gwee.
4. Hari Wafat Nabi Konghucu
atau Ci Sing Ki Sien, merupakan hari peringatan wafatnya Nabi Konghucu, beliau
wafatnya pada usia 72 tahun, yaitu pada tanggal 18 Jie Gwee 479 SM, sehingga Ci
Sing Ki Sien ini diperingati setiap tanggal 18 Jie Gwee.
5. Ching
Bing, merupakan hari suci ummat
Konghucu untuk berziarah atau menyadran ke makam leluhur, sehingga disebut juga
Hari Sadranan (Ziarah). Hari ini jatuh setiap tanggal 5 April, kecuali ketika
tahun kabisat, Hari Sadranan (Ching Bing)
jatuh pada tanggal 4 April.
6. Twan
Yang Ciat, merupakan upacara syukur untuk
hari yang penuh rahmat, selain itu juga merupakan saat memperingati tokoh suci
bernama Khut Gwan yang
setia, perilaku dan kepribadiannya sebagai seorang susilawan yang rela
berkorban demi rakyat dan negara. Hari
Raya ini di sebut juga dengan nama Peh Cun yang berarti beratus perahu atau Hari Raya Merengkuh Dayung. Dinamai demikian karena
pada hari itu sering diadakan perlombaan dengan banyak perahu. Twan
Yang Ciat ini
jatuh setiap tanggal 5 Go Gwee.
7. Tiong
Gwan atau Tiong
Yang, merupakan sembahyang arwah
leluhur, jatuh setiap tanggal 15 Jit Gwee.
8. King
Ho Ping atau Sembahyang Arwah
Umum, jatuh setiap tanggal 29 Jit Gwee.
9. Sembahyang Tiong
Ciu, di Indonesia terkenal dengan nama Tong Cu Pia, hal ini di sebabkan karena sesajen khusus pada saat ini
adalah kue Tong Cu Pia (kue
pertengahan musim gugur), kue ini bentuknya bundar gepeng, menyerupai bentuk
bulan. Upacara Sembahyang Tiong Ciu
ini jatuh tiap-tiap tanggal 15 Pe Gwee (bulan ke-8).
10.Hari Lahir Nabi Konghucu atau Ci Sing Tan, hari
ini merupakan hari yang sangat penting bagi ummat Konghucu. Nabi Konghucu
tepatnya lahir pada tanggal 27 bulan delapan (Pe Gwee) 551 SM, sehingga Ci
Sing Tan ini diperingati setiap tanggal 27 Pe Gwee.
11. Hari He Gwan atau
Sembahyang Besar Bagi Malaikat Bumi (Hok Tik Cing Sien), jatuh
setiap tanggal 15 Cap Gwee. Hari He Gwan adalah bagian terakhir dari Sam Gwan (Sam Gwan terdiri
atas Siang Gwan, Tiong Gwan dan He
Gwan) hari ini melambangkan bagian akhir dicurahkanNya
karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk tahun yang bersangkutan.
12. Tang
Cik atau Hari Genta Rohani,
jatuh setiap tanggal 22 Desember, tepatnya ketika bujur matahari berharga 270
drajat.
13. Hari Persaudaraan (Ji Si Siang Ang) atau Hari Kenaikan Malaikat Dapur (Co
Kun), di peringati setiap tanggal 24 Cap Jie Gwee.
Hari ini merupakan upacara mengantar malaikat dapur naik ke langit
dan Sembahyang juga dilaksanakan pada tanggal 4 Cia Gwee sebagai hari
penyambutan malaikat dapur turun dari langit.
14. Tie Sek atau
Sembahyang Tutup Tahun, jatuh setiap akhir bulan Chap Jie Gwee.
Selain itu sembahyang pada
tanggal 1 (Ce It) dan
15 (Cap Go) kalender Imlek, sembahyang
besar pada Hari Kemuliaan Tuhan, yakni malam menjelang Gwan
Tan, Hari peringatan para Sin Bing (Para Suci) juga merupakan hari-hari yang di peringatai oleh
ummat Konghucu.
Dari beberapa hari perayaan
diatas, yang termasuk Hari Libur Nasional di Indonesia hanyalah Tahun Baru
Imlek, sesuai dengan Keputusan Presiden (Gus Dur) Nomer 19 Tahun 2002, dan
diperkuat dengan Keputusan Menteri Agama
RI Nomer 331 Tahun 2002.
Perlu diketahui, bahwa di
beberapa negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara, sebagian ummat Budha dan
ummat Taoisme dalam
perayaan agamanya menggunakan pula kalender Imlek ini, sehingga kalender Imlek;
berfungsi juga sebagai pengikat tali persaudaraan antara pemeluk ketiga agama
tersebut.
3.4.Langkah-langkah penentuan Tahun Baru Imlek.
Langkah-langkah penentuan Tahun Baru
Imlek ini sengaja kami tuliskan bagi yang hanya ingin mengetahui hari libur
nasional yang berkaitan dengan kalender Imlek yaitu Tahun Baru Imlek saja,
Sebelumnya;
Kita perlu ketahui adanya peraturan tambahan yang berbunyi : Lun tidak pernah terjadi setelah bulan 11, 12 dan 1.
Walaupun
sebenarnya menurut L.E. Dogget (ilmuwan dari U.S. Naval Observatory) mengatakan bahwa hal tersebut
tidak selalu benar, tetapi dari perhitungan yang saya lakukan mulai tahun 1986
– 2031; memang tidak pernah lun
itu terjadi setelah bulan 11, 12 dan 1. Dan yang saya ketahui, kalender Imlek
yang beredar di Indonesia
memakai peraturan tersebut. Otomatis hal ini akan mempermudah kita untuk
mencari Tahun Baru Imlek. Tahun
Baru Cina jatuhnya pada tanggal terjadinya Ijtima’ yang ke-2 setelah Winter
Solistice (± 22 Desember).
Praktek Penentuan Tahun Baru Cina tahun 2006 M.
Saat Ijtima’ pertama setelah tanggal 22 Desember 2005
adalah 31 Desember 2005
Saat Ijtima’ kedua adalah 29 Januari 2006 M, maka pada
tanggal inilah jatuhnya Tahun Baru Cina. Sedangkan untuk mengetahui tahun
berapa Cina, caranya tahun Masehi + 551.
1. Cari dulu saat konjungsi ( New
Moon ) sebelum tanggal 22 Desember tahun sebelumnya dan
yang terdekat dengannya, maka pada hari terjadinya konjungsi tersebut merupakan
awal bulan ke-11 dari kalender cina.
2. Setelah itu cari 2 konjungsi
berikutnya, maka pada hari konjungsi yang terakhir inilah merupakan awal Tahun
Baru Cina. Dan untuk mengetahui tahun berapa pada kalender cina, kalender
masehi di tambah 551.
Praktik Perhitungan Penentuan Tahun Baru Imlek pada tahun 2004 M.
1. Saat konjungsi yang terdekat dan
terjadi sebelum tanggal 22 Desember 2003 adalah saat konjungsi yang terjadi pada
tanggal 24 November 2003
jam 06:59 ( Data dari
Almanak Nautika, time zone +8). Jadi pada tanggal 24 November 2003 tersebut
merupakan awal bulan ke-11 kalender
cina.
2. Dua konjungsi berikutnya terjadi
berturut-turut pada tanggal 23 Desember 2003 pukul 17:43 dan tanggal 22 Januari
2004 pukul 05:07. Pada tanggal 22 Januari 2004 itulah Tahun Baru Imlek yang bertepatan dengan 1 Cia Gwee 2555
Imlek ( 2004 M + 551 ).
Dibawah ini saya contohkan hasil perhitungan saya, supaya
bisa di jadikan “pencocokan hasil” ketika Anda mencoba menghitung Tahun Baru
Imlek dan letak dari Lun.
Tahun
Imlek
|
Tahun
Baru Imlek
|
Letak
Lun
|
2555
|
22 Januari 2004
|
Bulan ke-2
|
2556
|
9 Pebruari 2005
|
|
2557
|
29 Januari 2006
|
Bulan ke-7
|
2558
|
18 Pebruari 2007
|
|
2559
|
7 Pebruari 2008
|
|
2560
|
26 Januari 2009
|
Bulan ke-5
|
2561
|
14 Pebruari 2010
|
|
2562
|
3 Pebruari 2011
|
|
2563
|
23 Januri 2012
|
Bulan ke-4
|
2564
|
10 Pebruari 2013
|
|
2565
|
31 Januari 2014
|
Bulan ke-9
|
2566
|
19 Pebruari 2015
|
|
2567
|
8 Pebruari 2016
|
|
2568
|
28 Januari 2017
|
Bulan ke-6
|
2569
|
16 Pebruari 2018
|
|
2570
|
5 Pebruari 2019
|
|
2571
|
25 Januari 2020
|
Bulan ke-4
|
2572
|
12 Pebruari 2021
|
|
2573
|
1 Pebruari 2022
|
|
2574
|
22 Januari 2023
|
Bulan ke-2
|
2575
|
10 Pebruari 2024
|
|
2576
|
29 Januari 2025
|
Bulan ke-6
|
2577
|
17 Pebruari 2026
|
|
2578
|
6 Pebruari 2027
|
|
2579
|
26 Januari 2028
|
Bulan ke-5
|
2580
|
13 Pebruari 2029
|
|
2581
|
2 Pebruari 2030
|
|
BAB III
KALENDER
CAKA BALI
Pada tahun 78 M, Maharaja Kaneskha dari suku bangsa sakha di
daerah India
utara menciptakan kalender yang kemudian terkenal dengan kalender Saka.
Kalender ini berpedoman pada kalender Matahari. Dan pada tanggal 1 Maret 79 M Maharaja Kaneskha mengumumkan berlakunya
kalender Caka mulai pukul 00.00 tanggal 22 Maret 79 M. Pada tanggal tersebut
adalah awal peredaran matahari uttarayana dari garis katulistiwa.
Kalender Caka ini berkembang dan menyebar sampai ke Indonesia
khususnya di Bali hanya saja kalender ini
setelah sampai di Bali mengalami berbagai
perubahan dalam sistematikanya,sehingga terjadilah perbedaan. Karena perbedaan
itulah maka kalender Saka yang ada di Bali
lebih populer dengan nama kalender Caka Bali.
Kalau dilihat dari sejarahnya, kalender Caka Bali ini belum
bisa di pastikan siapa penciptanya dan tahun berapa mulai berlakunya. Namun
apabila di tinjau dari adanya penerbitan kalender Caka Bali, maka akan di temukan
perintisnya yaitu I Gusti Bagus Sugriwa dan I Ketut Bambang Gde Rawi. Kedua
orang inilah yang telah menyusun dan menerbitkan kalender Saka Bali yang dapat
kita warisi sampai sekarang.
4.1.Beberapa
Peraturan dalam kalender Saka Bali
Di dalam penentuan awal dan akhir tahun kalender Saka Bali
berpedoman dengan kalender matahari yaitu pada saat matahari berada tepat
berada di katulistiwa. Akhir tahunnya ada pada tilem (New
Moon) kesanga pada saat bulan mati yang terjadi antara
bulan Maret – April, dan merupakan tilem yang terdekat dengan tanggal 21 Maret.
Pada saat ini diadakan upacara Tawur Kesanga (Tawur Agung) dan besoknya dimulai
tahun baru yang dirayakan ummat Hindu yang terkenal dengan nama Hari Raya Nyepi (Penanggal 1 Sasih
Kedasa).
Sedangkan dalam menentukan umur bulan, kalender Caka Bali
berpedoman pada kalender bulan (Lunar Calendar) yaitu antara tilem dengan tilem berikutnya. Awal bulan
atau Sasih dimulai pada Penanggal 1 (tanggal 1), sehari setelah Tilem.
Pertengahan bulan adalah Penanggal 15, yang disebut dengan purnama. Sehari
setelah purnama dinamakan panglong 1, dan berakhir pada panglong 15 yaitu pada
saat bulan mati yang disebut tilem. Penanggal, disebut juga Suklapaksa
sedangkan Panglong disebut juga Kresnapaksa.
Nama-nama
sasih (bulan) pada kalender Caka Bali.
1.
Kesanga = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari
2.
Kedasa = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
3.
Jhista = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
4.
Sadha = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
5.
Kasa =
Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
6.
Karo =
Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
7.
Katiga = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
8.
Kapat = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
9.
Kalima = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
10.
Kaenem = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
11.
Kapitu = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
12.
Kawolu = Tanggal 1 – Tilem = 29 – 30 hari.
Umurnya =
354 – 355 hari
Apabila ada Malamasa / Nampih Sasih : Jumlah umurnya = 384 – 385 hari
Disamping berdasarkan kalender matahari dan bulan,. kalender
Saka Bali juga berdasarkan tahun wuku, yang umurnya adalah 420 hari. 1 wuku
sama dengan 1 minggu (7 hari). Wuku jumlahnya ada 30. Nama-nama dari wuku
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sinta 11.
Galungan / Dungulan 21. Matal
2. Landep 12.
Kuningan 22. Uye
3. ukir 13
Langkir 23
Menail
4. Kulantir 14.
Medangsia 24.
Prangbakat
5. Tolu 15.
Pujut 25.
Bala
6. Gumbreg 16.
Pahang 26.
Ugu
7. wariga 17.
Krulut 27.
Wayang
8. Warigadean 18.
Merakih 28.
Kulawu
9. Julungwangi 19.
Tambir 29.
Dukut
10.Sungsang 20.
Medangkungan 30.
Watugunung
Jadi
bisa di simpulkan bahwa kalender Caka Bali berpedoman dengan kalender matahari,
kalender bulan dan tahun wuku atau bisa dikatakan kalender lunisolar
ditambah tahun wuku.
Dari ketiga pedoman tersebut, kemudian
ahli kalender Caka Bali membuat rumusan
penentuan Purnama - Tilem yang dikenal dengan istilah Pengalantaka atau pengalihan Purnama – Tilem. Jadi Pengalantaka inilah
yang merupakan inti dari kalender Caka Bali, karena pada Pengalantaka telah
ditetapkan kapan terjadinya purnama-tilem. Pengalantaka menetapkan secara
terperinci dan pasti kapan tepatnya hari purnama atupun tilem, menurut weweran
dan Wuku.
Tetapi, sayangnya Pengalantaka tersebut masih menggunakan
saat tilem (konjungsi) urfi, bukan saat tilem hakiki (Astronomical
New Moon), yang otomatis terkadang
selisih 1 hari antara saat tilem urfi dan saat tilem hakiki. Sebenarnya
Kalender Caka Bali tersebut sudah waktunya untuk di reformasi seperti induk
dari Kalender Caka Bali yaitu Kalender Saka India yang telah direformasi pada
tahun 1957 dan sekarang sudah menggunakan Astronomi modern. Kalau tidak di
reformasi maka implikasinya pada upacara yang mereka lakukan. Misalkan pada
tahun 2001 yang lalu, upacara Tawur Kesanga dilakukan pada tanggal 24 Maret
2001; karena dari pengalantaka mereka jatuhnya tilem pada tanggal tersebut.
Padahal menurut ilmu Astronomi modern; saat tilem jatuh pada tanggal 25 Maret
2001. Sehingga mereka telah melakukan upacara Tawur Kesanga bukan pada saat
tilem dan pada saat itu, ada sebagian sinar bulan yang masih tampak karena
memang bukan saatnya Tilem.
Seorang pakar kalender Caka Bali yaitu I Gede Marayana
mengatakan bahwa keakuratan Pengalantaka bisa dilihat dari cocok atau tidaknya saat tilem / purnama dengan gerhana.
Nah … ! pada tanggal 5 Mei 2004 mendatang, akan terjadi gerhana bulan,
sedangkan menurut kalender Caka Bali (Pengalantaka Eka Sungsang ke Paing) saat
purnama jatuh pada tanggal 4 Mei 2004 yang berarti gerhana bulan menurut versi
mereka terjadi pada tanggal tersebut, yaitu tanggal 4 Mei 2004. Mari kita lihat
bersama-sama, mana yang benar, apakah gerhana bulan tersebut terjadi pada
tanggal 4 atau tanggal 5 Mei 2004.
4.2.
Pengalantaka
Sebenarnya Pengalantaka inilah yang
menjadi inti dari kalender Caka Bali. Di Bali terdapat berbagai jenis
pengalantaka diantaranya : Pengalantaka Eka Sungsang ke Umanis, Pengalantaka
Eka sungsang ke Pahing, Pengalantaka Eka Sungsang ke Pon, Pengalantaka Eka
Sungsang ke Wage, Pengalantaka Eka sungsang ke Kliwon dll.
Penetapan
hari-hari purnama – tilem di dalam pengalantaka, merupakan hasil dari
Pengunalatrian. Rumusan pengunalatrian dalam wariga di kenal dengan istilah
Sloka – Pengunalatrian. Perhitungan pengunalatrian tersebut adalah sebagai
berikut : Dalam satu putaran Pengalantaka, yang di sebut Nemgugelang
Pengalantaka, terdapat 64 Purnama dan 64 Tilem. Umur rata-rata tiap bulan
candra, dari Tilem ke Tilem adalah 30 hari. Sedangkan umur sebenarnya 1 bulan
candra : 29 hari, 12 jam, 44 menit, 3 detik. Selisih perbedaan umur inilah
dijadikan Pengunalatri, perhitungannya sebagai berikut :
Umur Nemugelang 64 bulan rata = 64 x 30
hari… = 1920
hari
Umur sebenarnya = 64 x ( 29h, 12j, 44mn, 3dt )
= (1889 h, 22 j, 59 mn, 192 dt) ≈ 1890
hari
Selisih =
30 hari
Selisih 30 hari inilah yang
dikonfirmasikan menjadi pengunalatrian, dalam satu kali Nemugelang Pengalantaka
yang umurnya 1890 hari, akan terdapat 30 kali pengunalatrian. Rumus
pengunalatrian menjadi 1890 hari : 30 hari = 63 hari.
Jadi
pengunalatrian itu ada 30, terjadi setiap 63 hari, atau setiap 9 wuku.
Dalam
satu kali Nemugelang Pengalantaka, terdapat 2 kali Sloka – Ngunalatri, satu
kali Sloka Ngunalatri berisi 15 pengunalatrian, jadi 2 kali Sloka – Ngunalatri
terdapat 30 pengunalatrian.
Di dalam Pengalantaka Eka Sungsang ke Pahing yang di pakai
sekarang; berdasarkan keputusan paruman
sulinggih tanggal 25 Juli 1998 di Besakih Bali, hari-hari ngunalatri
diletakkan setiap hari Selasa pada
wuku-wuku sebagai berikut :
1. Eka Sungsang (Sungsang) 6. Sad Bala (Bala)
2. Dwi Tambir (Tambur) 7. Sapta Kulantir (Kulantir)
3. Trikulau 8. Asta Langkir (Langkir)
4. Catur Wariga (Wariga) 9. Nawa Uye (Uye)
5. Panca Pahang (Pahang) 10.Dasa Sinta (Sinta).
Dari perkembangan keberadaan kalender Caka Bali, tercatat
penerapan pemakaian pengalantaka sebagai berikut : Pengalantaka Eka Sungsang ke
Kliwon dipakai hingga tahun 1970 dan mulai tanggal 27 Januari 1971 dipergunakan
Pengalantaka Eka Sungsang ke Pon. Kemudian berdasarkan keputusan paruman sulinggih tanggal 25 Juli
1998 di Besakih Bali : Pengalantaka yang berlaku mulai 1921 saka (2000 M)
sampai sekarang adalah Pengalantaka Eka Sungsang ke Pahing.
Mungkin akan timbul dalam pemikiran Kita, kenapa kok terjadi
pergantian pengalantaka?. Hal ini sebenarnya di akibatkan karena setiap
nemugelang pengalantaka, kelebihan 1 jam 48 detik. Perhitungannya sebagai
berikut :
Umur
Nemugelang Pengalantaka ………………………………… = 1890 hari.
Umur
sebenarnya 64 bulan Candr = 64 x (29 h,
12 j, 44 mn, 3 dt)
=
1856 h, 768 j, 2816 mn, 192 dt) = 1889 h, 22j, 59 mn.
Selisih
= 1 jam 48 detik
Jadi
setiap Nemugelang Pengalantaka kelebihan 1 jam 48 detik, sehingga dalam 23,684 nemugelang (±
100 tahun) akan maju satu hari dan pada saat ini pengalantaka tersebut harus di
ganti dengan Pengalantaka yang lainnya.
Walaupun secara perhitungan sudah dapat diperkirakan masa
berlakunya Pengalantaka yaitu sekitar 100 tahun, akan tetapi pergantian
Pengalantaka itu masih memerlukan berbagai pertimbangan yang bersifat tehnis
dan religius. Secara tehnis pergantian itu memang mudah di terapkan, sedangkan
secara religius memerlukan upacara-yadnya. Sebagaimana di ketahui, penetapan
Pengalantaka berkaitan dengan penetapan Purnama-Tilem, adanya Purnama-Tilem berkaitan
dengan Sasih, adanya Purnama-Tilem-Sasih itu terkait dengan upacara-yadnya,
yaitu suatu upacara yang berkaitan dengan agama Hindu. Sehingga penetapan
berlakunya Pengalantaka yang baru, tidak semata-mata di dasari dengan
perhitungan saja.
4.3.Pengerepeting
Sasih - Malamasa atau Nampih Sasih
Setiap kalender Lunisolar termasuk kalender Caka Bali, pada saat tertentu akan
mengalami tahun panjang, dimana pada tahun panjang ini umur tahunnya 13 bulan
(salah satu dari 13 bulan itu, nantinya disisipkan). Kalau pada tahun biasa
umur tahunnya ada 12 bulan atau 354/355 hari, akan tetapi pada tahun panjang,
umur tahunnya menjadi 13 bulan atau 384/385 hari. Hal ini pasti terjadi, karena
dari penggabungan antara umur kalender matahari 365 hari dengan umur kalender
bulan 355 hari, akan ditemukan selisih sebesar 10 hari per tahun. Dari selisih
kelebihan umur tiap tahun itulah, suatu saat akan berjumlah 30 hari atau 1
bulan.
Pemberian nama bulan sisipan ini, antara satu kalender
dengan kalender lainnya, tidak sama. Kalau di dalam kalender saka bali, bulan
sisipan (Intercalary Month),
terkenal dengan nama Malamasa, dalam
kalender cina seperti yang telah saya sebutkan diatas, bulan sisipan dinamakan Lun, kalender Yahudi dinamakan Adar I, kalender Buda dan
Nirayana dinamakan Namapih Sasih dan lain-lain. Begitu juga penempatan bulan
sisipan tersebut, juga berbeda. Kalender Caka Bali menempatkan bulan sisipannya
hanya pada 2 sasih yaitu sasih Jhista dan
Sadha, dimana jika ada pada sasih Jhista dinamakan MALA-JHISTA, sedangkan
jika ada pada sasih Sadha dinamakan MALA-SADHA. Sistem penempatan bulan sisipan
ini, mengacu pada suatu sumber wariga, yang tercantum dalam PUSTAKA WARIGA yang
berbunyi :
PEMURWANING
SASIH :
Mwah
kengetakena ikang mimitaning sasih, ring Pratipada ikang Suklapaksa,
Mwah madiyaning sasih ana ring purnama –
suklapaksa,
Mwah panelasaning sasih ana ring tilem –
Kresnapaksa pwaya
Maka pamurwaning sasih kehanan dening
suklapaksa lan kresnapaksa,
Luir danu lawan segara, esok lawan sore.
Mwah aja lipia : PENGEREPETING SASIH ngaran MALAMASA,
Ana ring JHISTA-SADHI. Panemugelangin Daksinayana, Iswayana,
Uttarayana, panglanglanging surya.
ARTI BEBAS
Untuk diingatkan, mulainya sasih, adalah
awalnya suklapaksa.
Dan pertengahan sasih, adalah purnama –
suklapaksa
Serta berakhirnya sasih adalah tilem –
kresnapaksa itu.
Keberadaan sasih yang terdiri dari
suklapaksa dan kresnapaksa,
Bagaikan danau dan samudra, pagi dan sore
Dan jangan lalai : PENGEREPETING SASIH dinamakan MALAMASA,
Iswayana (ke tengah), Uttarayana (ke
utara), peredaran matahari.
Dari
sumber sastra wariga yang tercantum diatas, apabila diperhatikan dan
dijabarkan, maka akan terdapat suatu rumusan sistematika sebagai berikut :
· Mulainya suatu sasih adalah
awalnya suklapaksa yaitu Penanggal 1 (apisan)
· Pertengahan suatu sasih adalah
purnama, termasuk Suklapaksa (Penanggal 15)
· Berakhirnya suatu sasih adalah
Tilem, termasuk Kresnapaksa (Pangelong 15)
Keberadaan Suklapaksa dan Kresnapaksa,
bagaikan danau dan lautan, pagi dan sore.
· Diperingatkan : “PENGEREPETING
SASIH dinamakan MALAMASA, ada pada sasih JHISTA dan sasih SADHA”.
Dari kajian secara matematis, dihasilkan suatu perhitungan
bahwa penggabungan kalender matahari dan kalender bulan dalam 19 tahun, akan
terdapat 7 kali bulan malamasa yang oleh pencipta kalender Caka Bali di
letakkan pada tahun : ke-3, ke-6, ke-8, ke-11, ke-14, ke-16 dan tahun ke-19
dengan mala berturut-turut : Jhista, Sadha,Jhista,Sadha, Jhista, Sadha dan Sadha.
Tetapi berdasarkan Maha Sabha VI Parisadha Hindu Dharma
Indonesia yang berlangsung pada tanggal 8 – 24 September 1991 di Jakarta,
antara lain menetapkan ; Bahwa kalender Caka Bali mulai tahun 1993 memakai
sistem Nampih Sasih Berkeseimbangan sedangkan nampih sasihnya diletakkan pada
tahun : ke-2, ke-4, ke-7, ke-10, ke-13, ke-15, ke-18 dengan nampih pada sasih
berturut-turut: Jhista, Katiga, Kasa, Jhista, Kadasa, Karo dan Sadha. Dengan
rumusan nampih sasih ini Tilem Kesanga akan terjadi antara tanggal 13 Maret-12
April.
Hanya saja sistim baru ini, sekarang mulai menuai kritikan,
di antaranya oleh ahli kalender Caka Bali yang bernama I Gede Marayana, beliau
berkata: sistim baru ini akan mengakibatkan Tilem Kesanga terkadang akan jatuh
pada pertengahan bulan April, sehingga akan jauh sekali dari prinsip dasar
kalender Caka Bali; yang pada awal mulanya menetapkan pergantian tahun baru
pada saat posisi matahari tepat di atas katulistiwa yaitu tanggal 21 Maret.
Sedangkan jika memakai sistim lama hal tersebut tidak akan terjadi.
Berikut hasil kajian pengamatan I Gede Marayana berdasarkan
rumusan Malamasa serta hasil perhitungan data Purnama-Tilem tahun 1901-2099:
1. Tilem Kesanga selalu jatuh pada
bulan Maret
Secara
geografis, wilayah Indonesia
berada pada daerah katulistiwa dan pada saat bulan Maret posisi matahari berada
di atas katulistiwa sehingga pada saat tersebut merupakan puncak dari
keseimbangan, seimbang dalam posisi Utara-Selatan dan seimbang antara panjang
waktu siang dan malam. Jadi apabila dikaitkan dengan upacara Tawur Kesanga yang
dilakukan pada saat Tilem Kesanga adalah sangat tepat, sebagai makna
keseimbangan-kestabilan.
2. Tilem Kepitu selalu berada pada
bulan Januari.
Perlu
diketahui, sehari sebelum Tilem Kepitu, umat Hindu mengadakan upacara Siwaratri.
Upacara ini di kenal dengan acara Sambang-Semadi yaitu meditasi semalam suntuk
dan hal ini sangat cocok sekali di lakukan pada waktu tersebut, di karenakan
secara geografis, matahari pada saat ini berada pada daerah garis balik selatan
23,3 LS, di mana pada saat tersebut merupakan puncak musim hujan, sehingga
cuaca pada malam harinya sangatlah gelap.
3. Malamasa sangat tepat menurut
Padewasaan.
Dalam
Kecap Wariga Dewasa, dinyatakan bahwa sasih Jhista dan Sadha di kategorikan
sebagai sasih sebel yaitu sasih yang tidak baik untuk segala Padewasaan. Segala
sesuatu kegiatan, membangun, berusaha, Nangun-yadnya, Dewa-yadnya, Resi-yadnya,
Pitra-yadnya, Manusa-yadnya, Bhuta-yadnya, tidak baik jika di laksanakan pada
sasih Jhista dan Sadha. Dan dengan penempatan sasih Mala pada sasih Jhista atau
Sadha sangatlah tepat, karena sasih-sasih lainnya dari sasih Kasa sampai Kedasa
tidak ada yang di tampih, sehinggan tidak membingungkan dalam penerapan
padewasaan menurut sasih, terutama penyelenggaraan upacara Odalan atau Musaba
antara sasih Kasa sampai Kedasa.
Dari beberapa hasil kajian tersebut, I
Gede Marayana lebih cenderung pada penerapan sistim lama yaitu Malamasa.
4.4.
Beberapa Hari Perayaan Ummat Hindu dalam kalender Caka bali
Pengguna kalender Caka Bali; kebanyakan
adalah ummat Hindu di Bali, sehingga kalender Caka Bali, identik dengan
kalender Hindu. Beberapa perayaan Ummat Hindu sebagai berikut :
1. Siwaratri,
malam pemujaan kehadapan Hyang Siwa, melakukan Brata-Yoga dan Semedi. Siwaratri
ini jatuh tiap-tiap satu hari sebelum tilem Kapitu
2. Hari Saraswati yakni
hari turunnya ilmu pengetahuan, pemuja Sang Hyang Saraswati, jatuh pada
tiap-tiap wuku Watugunung Sabtu Legi / Umanis
3. Tawur Kesanga :
merupakan upacara tutup tahun Caka, diperingati pada setiap tilem Kesanga
4. Hari Raya Nyepi :
Tahun Baru Caka, diperingati setiap penanggal 1 sasih Kadasa, pada saat ini
ummat Hindu mengadakan Catur-Brata penyepian dan meditasi.
5. Hari Raya Pagerwesi :
Pemujaan kehadapan Hyang Paramesti Guru, Hyang Pitara. Hari raya ini jatuh pada
tiap-tiap wuku Sinta Rabu Kliwon
6. Hari Raya Galungan : Menghaturkan persembahan sesajen kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi, Bhatar-bhatari dan Hyang Pitara, jatuh pada setiap wuku Dunggulan
(Galungan) Rabo Kliwon.
7. Hari Raya Kuningan :
Menghaturkan persembahan sesajen kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, Bhatar-bhatari
dan Hyang Pitara, jatuh pada tiap-tiap wuku Kuningan sabtu Kliwon.
Dari
beberapa perayaan yang ada ini, hanya Hari Raya Nyepi yang masuk daftar Hari
Libur Nasional.
4.5.Langkah-langkah
penyusunan kalender Caka Bali
Sampai saat
ini, penempatan bulan sisipan; memakai sistem baru, karena belum adanya
keputusan untuk kembali pada sistem lama. Oleh karena itu langkah-langkah
penyusunan kalender Caka Bali dibawah ini
memakai sistem baru yaitu Nampih Sasih, sedangkan Pengalantaka yang dipakai
adalah Pengalantaka Eka Sungsang Ke Paing.
Sebenarnya, jika kita menggunakan Pengalantaka Eka Sungsang
yang di buat oleh I Gede Marayana (Pengalantakanya terlampir di belakang), maka
penyusunan kalender Caka Bali sangatlah mudah, karena pada Pengalantaka
tersebut, ditulis juga tanggal terjadinya Tilem, sehingga langkah-langkah
penyusunannya sangat sederhana, yaitu sebagai berikut :
1. Hitung dulu, tanggal berapa Tahun Baru Caka Bali (Hari
Raya Nyepi) yang sedang Kita susun. Caranya: Tahun sebelumnya di bagi 19 untuk
mengetahui apakah tahun sebelumnya itu; terdapat Nampih Sasih, dengan catatan :
A. Jika sisa 2, 4, 7,
10, 13, 15 atau 18, maka pada tahun tersebut terdapat Nampih Sasih (jumlah
bulannya ada 13). Jadi Kita hitung jumlah tilem setelah tahun Baru sebelumnya
tersebut; sebanyak 13. Sehari setelah tilem yang terakhir (tilem ke-13)
merupakan tahun Baru Caka Bali berikutnya (Hari Raya Nyepi).
B. Apabila bersisa selain diatas, maka pada tahun tersebut
tidak terdapat Nampih Sasih (jumlah bulannya ada 12). Jadi Kita hitung jumlah
tilem sebanyak 12 kali, satu hari setelah tilem yang terakhir (ke-12) merupakan
tahun Baru Caka Bali berikutnya.
Praktek langkah pertama (Penyusunan Kalender Caka Bali tahun
1926 Caka
= 2004 M)
Tahun
sebelumnya adalah 1925 Caka. Jika di bagi 19, bersisa 6, maka pada tahun
tersebut tidak terdapat Nampih Sasih. Satu hari setelah Tilem ke-12 yang
dihitung setelah tahun baru Caka 1925 (2 April 2003 ) adalah 21 Maret 2004. Itulah hari Raya Nyepi
(Tahun Baru Caka 1926). NB: saat
Tilem, lihat Pengalantaka Eka Sungsang ke Paing; karangannya: I Gede Marayana.
Dan jika Kita hanya ingin mengetahui kapan jatuhnya Hari Raya Nyepi, maka cukup
langkah pertama ini yang dikerjakan
2.Langkah berikutnya, tahun Caka yang Kita hitung, di bagi
19, untuk mengetahui apakah pada tahun tersebut terjadi Nampih Sasih, dengan
catatan :
Sisa 2, maka terdapat Nampih Sasih, yang
diletakakan pada sasih Jhista
Sisa 4, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan
pada sasih katiga
Sisa 7, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan
pada sasih Kasa
Sisa
10, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Jhista
Sisa
13, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Kadasa
Sisa
15, terdapat Nampih Sasih, yang diletakakan pada sasih Karo
Sisa
18, Nampih pada sasih Sada. Jika sisa selainnya ini, maka tidak ada Nampih
Sasih
Praktek langkah kedua
1926
: 19 = sisa 7, berarti terdapat Nampih Sasih yang diletakkan pada Sasih Kasa.
3. Selanjutnya Kita urutkan tanggal
berapa awal bulan-bulan berikutnya dengan cara sehari setelah tanggal
terjadinya tilem merupakan tanggal 1 (penanggal 1), dimulai dari tahun Baru
Caka Bali yaitu penanggal 1 Kadasa.
Praktek
langkah ketiga
Penanggal
I Kadasa 1926 = 21
Maret 2004
Penanggal
1 Jhista 1926 = 20
April 2004.
Penanggal
1 Sadha 1926 = 19
Mei 2004.
Penanggal
1 Kasa 1926 = 18
Juni 2004.
Penanggal
1 Nampih Kasa 1926 = 17 Juli
2004. Dan seterusnya
4.6.Langkah-langkah
penentuan Hari Raya Nyepi (berdasarkan sistem baru)
Langkah-langkah ini sengaja kami tuliskan bagi orang-orang
yang hanya ingin mengetahui Hari Raya Nyepi saja dan tidak memiliki
Pengalantaka Eka Sungsang ke Paing. Dan saya sertakan contoh penentuan Hari
Raya Nyepi pada tahun 2003 M (1925 Caka). Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah hari pada
tanggal perkiraan hari nyepi (28 Maret ………M). Caranya:
One.
Tentukan
lebih dulu sampai dengan tanggal yang sudah di tentukan itu; sudah berapa
tahun, berapa bulan, dan berapa hari penanggalan masehi ini berlangsung.
Two.
Dari
angka tahun tersebut, hitunglah; sudah ada berapa siklus. Caranya; angka tahun
tersebut di bagi 4. Selanjutnya kalikan angka siklus tahun tersebut dengan 1461
untuk mendapatkan jumlah harinya.
Three.
Jika
terdapat kelebihan tahun yang tidak mencapai satu siklus, kalikan tiap satu
tahunnya dengan 365 untuk mendapatkan jumlah harinya.
Four.
Untuk
angka bulan, carilah jumlah harinya dengan menjumlahkan umur bulan-bulan
tersebut.
Five.
Apabila
jumlah hari yang dihasilkan dari langkah b, c dan d tersebut ditambahkan, dan
ditambah dengan jumlah hari sampai dengan tanggal yang sedang berjalan, akan
didapatkan jumlah hari Masehi rata-rata.
Six.
Untuk
mendapatkan jumlah hari yang sebenarnya (H), kurangilah jumlah hari tersebut
dengan koreksi Gregorius XIII sebanyak 13 hari, yakni pemotongan tanggal
sebanyak 10 hari pada bulan oktober 1582 dan pemotongan 3 hari dalam setiap 400
tahun sesudahnya.
Praktik langkah pertama (menentukan Hari Raya Nyepi 2005 M)
Tanggal
perkiraan Nyepi = 28 Maret 2005. Berarti penanggalan Masehi sampai dengan
tanggal tersebut sudah berlangsung selama : 2004 tahun + 2 bulan + 28 hari.
Jadi jumlah hari :
2004
tahun / 4 = 501 tahun
501
x 1461 = 731961 hari
1
bulan (Januari) = 31 hari
1 bulan (Februari) = 28 hari (2005 = tahun pendek, jika tahun
panjang= 29 hari)
28
hari (dari Maret) = 28 hari +
Jumlah
rata-rata = 732048 hari
Koreksi
Gregorius XIII= 13 hari –
Jumlah
sebenarnya (H) = 732035 hari
2. Langkah berikutnya : mencari
angka sisa (N) dari pembagian jumlah hari (H) dengan 945.
3. Mencari nilai I; caranya : Angka
sisa (N) di kurangi 351.
Catatan: Jika N lebih kecil dari 351, maka harus ditambah
945 .
4. Mencari 2 nilai Y yang paling
mendekati nilai I. Nilai Y tersebut adalah sebagai berikut: 0, 30, 60, 89, 119,
148, 178, 207, 237, 266, 296, 325, 355, 384, 414, 443, 473, 502, 532, 562, 591,
621, 650, 680, 709, 739, 768, 798, 827, 857, 886, 916, 945. Kemudan hitung
selisih antara I dan Y.
5. Setelah itu Kita bisa tentukan
hari raya Nyepi dengan ketentuan:
One.
Jika
nilai I = Y, maka tanggal Perkiraan =
Tanggal Hari Raya Nyepi.
Two.
Jika
nilai I > Y, maka M = selisih (I dan Y) – 1. Sedangkan Tanggal Hari Raya
Nyepi = tanggal perkiraan – M – 1.
Catatan : Jika berdasarkan Rumus Baru (Nampih Sasih), maka
Nyepi harus jatuh tanggal 14 Maret keatas. Tetapi jika berdasarkan Rumus Lama
(Malamasa), maka Nyepi harus jatuh tanggal 2 Maret keatas
Three.
Jika
nilai I < Y, maka M = selisih (I dan Y) + 1. Tanggal Hari Raya Nyepi =
tanggal perkiraan + M – 1.
Catatan : Jika berdasarkan Rumus Baru (Nampih Sasih), maka
Nyepi harus jatuh tanggal 13 April kebawah. Tetapi jika berdasarkan Rumus Lama
(Malamasa), maka Nyepi harus jatuh tanggal 31 Maret kebawah.
Untuk
mengetahui tahun keberapa Caka. Tahun Masehi dikurangi 78 = tahun Caka Bali.
Praktek langkah kedua sampai kelima :
2. H / 945 = 774,6402116. Sehingga N = 605 (asalnya
0,6402116 x 945).
3.
I = 254 (asalnya 605 – 351 ).
4. 2 nilai Y yang terdekat dengan
nilai I adalah
One.
266.
Selisih antara I dan Y = 12
Two.
237.
Selisih antara I dan Y = 17
5. a. I = 254, sedangkan Y= 266.
Jadi:
I < Y, sehingga M = 12 + 1 = 13. Tanggal Hari Nyepi = 28 Maret 2003 + 13 – 1
= 40 Maret 2003. Ingat umur bulan Maret 31 hari. Jadi 40 – 31 = 9 April 2003.
Ini memenuhi persyaratan Rumus Baru, karena jika I<Y,
Nyepi harus jatuh pada tanggal 13 April kebawah. Sedangkan menurut Rumus Lama,
tidak memenuhi; karena jika I<Y, Nyepi harus jatuh pada tanggal 31 Maret
kebawah. Jadi berdasarkan Rumus Baru (Nampih Sasih) tanggal Hari Raya
Nyepi 1927 S = 9 April
2005 .
b.
I = 254, sedangkan Y = 237
Jadi:
I > Y, sehingga M = 17 - 1 = 16. Tanggal Hari Nyepi = 28 Maret 2003 - 16 – 1
= 11 Maret 2003.
Ini memenuhi persyaratan Rumus Lama, karena jika I>Y,
Nyepi harus jatuh pada tanggal 2 Maret keatas. Sedangkan menurut Rumus Baru,
tidak memenuhi; karena jika I>Y, Nyepi harus jatuh pada tanggal 14 Maret
keatas. Jadi berdasarkan Rumus Lama (Malamasa) tanggal Hari Raya Nyepi 1927 S =
11 Maret 2005.
Dibawah ini saya
contohkan hasil perhitungan saya mengenai jatuhnya Hari Raya Nyepi, supaya bisa
dijadikan “pencocokan hasil” ketika Anda mencoba menghitungnya.
Tahun Saka
|
Hari
Raya Nyepi
|
1926
|
21 Maret 2004
|
1927
|
11 Maret 2005
|
1928
|
30 Maret 2006
|
1929
|
19 Maret 2007
|
1930
|
7 Maret 2008
|
1931
|
26 Maret 2009
|
1932
|
16 Maret 2010
|
1933
|
5 Maret 2011
|
1934
|
19 Maret 2012
|
1935
|
12 Maret 2013
|
3. Kalender Budha
Pada prinsipnya penanggalan Buddhis menggunakan perhitungan
berdasarkan peredaran bulan seperti yang dipergunakan pada penanggalan Imlek
dari Tiongkok. Perhitungan ini berbeda dengan penanggalan Masehi yang
mempergunakan dasar perhitungan peredaran matahari.
Meskipun sama-sama mempergunakan perhitungan berdasarkan
peredaran bulan, ada beberapa perbedaan waktu untuk memulai TAHUN BARU UMUM di
sebagian negara Buddhis. Negara-negara Buddhis Theravada seperti Thailand,
Myanmar, Sri Lanka, Kamboja dan Laos, perayaan tahun baru dilakukan selama tiga
hari sejak purnama sidhi pertama di bulan April.
Sedangkan di negara-negara Buddhis beraliran Mahayana
perayaan tahun baru umum dimulai sejak purnama sidhi pertama di bulan Januari.
Sedangkan penyelenggaraan perayaan TAHUN BARU BUDDHIS di
setiap negara sangat tergantung pada kebudayaan dan tradisi setempat. Misalnya di Tiongkok , Korea dan Vietnam tahun
baru Buddhis dirayakan pada akhir Januari ataupun awal Februari tergantung
penanggalan bulan, sedangkan di Tibet
biasanya dirayakan sebulan kemudian.
Perayaan Waisak yang dilakukan oleh umat Buddha Theravada
berbeda dengan perayaan Waisak yang diselenggarakan oleh umat Buddha Mahayana.
Umat Buddha Theravada telah sepakat untuk memperingati
Waisak pada purnama sidhi di bulan Vesakha atau sekitar bulan Mei / Juni.
Pada saat Waisak, umat Buddha Theravada memperingati tiga
peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah hidup Sang Buddha Gotama. Ketiga
peristiwa itu adalah kelahiran Sang Pangeran Siddharta, Sang Pangeran mencapai
kesucian atau kebuddhaan di bawah Pohon Bodhi dan peristiwa yang ketiga adalah
wafatnya Sang Buddha Gotama.
Sedangkan umat Buddha Mahayana memperingati ketiga
peristiwa penting itu dalam tiga hari yang berbeda yaitu:
1. Kelahiran Pangeran Siddhartha pada penanggalan Imlek
bulan 4 tanggal 8.
2. Pangeran Siddhartha mencapai kesucian menjadi seorang
Buddha pada
penanggalan Imlek bulan 12 tanggal 8.
3. Sang Buddha wafat atau Parinibbana pada penanggalan
Imlek bulan 2 tanggal 15.
Berbagai perbedaan penanggalan untuk merayakan Waisak ini
hendaknya tidak membingungkan para umat Buddha dari kedua aliran besar. Sang
Buddha telah bersabda bahwa lahir ataupun tidak seorang Buddha di dunia ini,
Dhamma akan selalu sama yaitu kehidupan yang tidak kekal, dukkha dan tanpa inti
atau tanpa aku. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa merayakan ketiga
peristiwa dalam kehidupan Sang Buddha tersebut adalah kurang penting
dibandingkan memiliki pengertian yang benar
akan Ajaran Sang Buddha dan usaha keras untuk melaksanakan
Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, para umat Buddha dapat menentukan sendiri
tradisi merayakan Waisak yang hendak diikutinya. Tidak ada yang salah pada
perbedaan tersebut, karena hal ini merupakan hasil kesepakatan saja. Adanya
berbagai perbedaan ini justru akan menambah kekayaan dalam mempelajari dan
melaksanakan Buddha Dhamma.
Agar dapat menambah wawasan, maka berikut ini disertakan
pula nama-nama bulan Buddhis dalam bahasa Pali dan Sanskerta termasuk
persamaannya dengan bulan Masehi. Semoga hal ini dapat memberikan manfaat.
01.
Citta
(Sanskrit
=
Caitra)
---
Feb. / Mar.
atau
Mar. / Apr.
02.
Vesakha
(Sanskrit
=
Vaisakha)
---
Mar. / Apr.
atau
Apr. / Mei
03.
Jettha
(Sanskrit
=
Jyaistha)
---
Apr. / Mei
atau
Mei / Juni
04.
Asalha
(Sanskrit
=
Asadha)
---
Mei / Juni
atau
Juni / Juli
05.
Savana
(Sanskrit
=
Sravana)
---
Juni / Juli
atau
Juli / Agst.
06.
Pottapada
(Sanskrit
=
Bhadrapada)
---
Juli /Agst.
atau
Agst. / Sept.
07.
Assayuja
(Sanskrit
=
Asvina)
---
Agst. / Sept.
atau
Sept. / Okt.
08.
Kattika
(Sanskrit
=
Karttika)
---
Sept. / Okt.
atau
Okt. / Nov.
09.
Maggasira
(Sanskrit
=
Margasirsa)
---
Okt. / Nov.
atau
Nov. / Des.
10.
Phussa
(Sanskrit
=
Pausa)
---
Nov. / Des.
atau
Des. / Jan.
11.
Magha
(Sanskrit
=
Magha)
---
Des. / Jan.
atau
Jan. / Feb.
12.
Phagguna
(Sanskrit
=
Phalguna)
---
Jan. / Feb.
atau
Feb. / Mar.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan kebahagiaan dan
manfaat dalam menyusun skripsi yang sedang dipersiapkan.
تمت الرسالة بعون الله تعالى وتوفيقه فى
شهر صفر 1425 هـ ، وقد كتبتها عاجلا في مدة يسيرة، والمرجوّ ممن إطلع فيها على
هفوة صغيرة اوكبيرة، أن يصلحها. وصلى
الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ، والحمد لله رب العالمين.
المفتقر
إلى فيض المنان
صفيّ الله بن جوهري

Daftar Pustaka.
Achelis, Elisabeth., Calendars, Intermasa. 1986.
Al-Jailani, Umar, Zubair., Al-Khulasoh
Al-Wafiyah.
Al-Jawi, Ma’shum, Mohammad., Badi’atul
Mistal”. Salim
bin Said bin Nabhan, Surabaya.tt.
Almanac
Nautika Tahun 2003, TNI AL Dinas
Hidro-Oseanografi.Jakarta.
Anonim., Ching Bing., Genta
Rohani, Maret, 1988.
Djambek, Sa’adoeddin., Hisab Awal Bulan. Tintamas, Jakarta
1976
Dogget L.E., Calendars In Explanatory
Supplement to the Astronomical Almanac
edited By
P.Kenneth
Seidelman, US Naval Observatory Washington
D.C. , Univ. Science Book,
575-606, 1992.
Fraser, J.P., Time, the familiar
strangger. Amhers. 1987.
Gayo, Iwan., Buku Pintar, Upaya Warga Negara. Cetakan ke-18.1994.
Herru Soetjiadi., Tang Cik., Berita Ummat, Januari, 1993.
Marayana, I Gede., Sistematika
Kalender Caka Bali dan Kalender Nirayana, Makalah
pada Seminar dan Workshop Nasional: “Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan
Kalender Matahari di Indonesia”, di Observatorium Bosscha-Lembang-Bandung,
tanggal 13 Oktober 2003.
Marayana, I Gede., Pengalantaka
Eka Sungsang Ke Pahing, bagian belakang kalender
Caka Bali 2003
Marayana, I Gede., Sistematika Kalender, 2003.
Meeus, J., Astronomical Alghorithms, Willmann – Bell, Inc. USA , 1991.
Raharto, Moedji., Sistem Penanggalan
Syamsiyah / Masehi, penerbit ITB Bandung 2001.
Rawi, Gde, Bangbang, Ketut, I. ,
Beberapa Hari Raya Ummat Hindu”,
Makalah, Bali , 1997.
Rochim, Abdur. H., Penanggalan
Jawa dan Suro, Makalah pada Seminar dan
Workshop Nasional : “Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan Kalender Matahari
di Indonesia”, di Observatorium Bosscha-Lembang-Bandung , tanggal 13 Oktober 2003.
Salam, Abd., Ilmu Falak, Aqaba, Sidoarjo.2001.
Satibi, H., Kalender Caka Bali ,
Makalah, Surabaya ,
1997.
Seidelmann, p.k., Explanatory Supplement
to the Astronomical Almanac, US Naval Observatory
Shofiyulloh., Beberapa
Kalender Di Indonesia (beserta penentuan 13 Hari Libur Nasional), Makalah pada Seminar dan Workshop Nasional : “Aspek
Astronomi dalam Kalender Bulan dan Kalender Matahari di Indonesia”, di
Observatorium Bosscha-Lembang-Bandung ,
tanggal 13 Oktober 2003.
Slamet D, Bs., Penanggalan
konghucu., dalam media konfusiani edisi
khusus, 2000, MAKIN Tangerang.
Smart, W.M., Text Book on Spherical
Astronomy, Sixth Edition, Cambridge Univ.
Press, 1980.
Tanudidjaja, Ma’mur, Moh., Bumi
dan Antariksa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1995.
Tedy S. Twan Yang.
Genta Rohani 07, 1987, MAKIN, Bandung .
The Astronomical Almanac for The Year 2004, U.S. Government
Printing Office, Washington
D.C. 2002
Tjandra R, Mulyadi., Sekilas
Lintas tentang Sam Sing., Media Konfusiani, Tahun
ke-I, Nomer 2, Agustus, 1995.
Too, Lillian., Applied Pa- Kua And Lo
Shu Feng Shui, Kuala lumpur Malaysia . 1993.
Winarso, Agus, Hendrik, dr., Mengenal
Hari Raya Konfusiani”, Effhar, semarang , cetakan ketiga. 2003
APPENDIX
Data Saat Konjungsi Time
Zone +8 (New Moon),
Pada Tahun 2003,2004,2005 & 2006
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
3 Januari
|
22 Januari
|
10 Januari
|
29 Januari
|
1 Pebruari
|
20 Pebruari
|
9 Pebruari
|
28 Pebruari
|
3 Maret
|
21 Maret
|
10 Maret
|
29 Maret
|
2 April
|
19 April
|
9 April
|
28 April
|
1 Mei
|
19 Mei
|
8 Mei
|
27 Mei
|
31 Mei
|
18 Juni
|
7 Juni
|
26 Juni 0:06
|
30 Juni
|
17 Juli
|
6 Juli
|
25 Juli
|
29 Juli
|
16 Agustus
|
5 Agustus
|
24 Agustus
|
28 Agustus
|
14 September
|
4 September
|
22 September
|
26 September
|
14 Oktober
|
3 Oktober
|
22 Oktober
|
25 Oktober
|
12 November
|
2 November
|
21 November
|
24 November
|
12 Desember 9:29
|
1 Desember 22:01
|
20 Desember 22:02
|
23 Desember 17:44
|
|
31 Desember
|
|
Kalender-Kalender Keagamaan (Religious Calendars) Tahun 2005
Di hitung Oleh : Shofiyulloh,ST.
A. Agama
Islam:
1. Hari Tarwiyah =
19 Jan 7. Maulid Nabi Muhammad = 21 Apr
2. Hari Arofah =
20 Jan 8. Isro’ Mi’roj = 1 Sept
3. Hari Raya Idul Adha =
21 Jan 9. Malam Nisfu Sya’ban =18/19 Sept
4. Hari Tasyrik =
22,23,24 Jan 10.Awal Romadhon = 5 Okt
5. Tahun Baru Hijriyah =
10 Feb 11. Malam Nuzulul Qur’an = 20/21 Okt
6. Hari As-Syuro =
19 Feb 12.Hari Raya Idul Fitri
1425 H= 3,4,5 Nop
B. Agama
Katolik / Kristen:
1. Epiphany =
6 Jan 9.
Low Sunday = 3 Apr
2. Minggu Septuagesima =
23 Jan 10. Rogation Sunday = 1 Mei
3. Minggu Quinquagesima = 6
Feb 11. Kenaikan Yesus
Kristus = 5 Mei
4. Rabo Abu =
9 Feb 12.
Pantekosta = 15
Mei
5. Minggu Quadragesima =
13 Feb 13. Minggu Trinitas = 22 Mei
6. Minggu Palem =
20 Mar 14. Jamuan Suci = 26 Mei
7. Wafat Yesus Kristus =
25 Mar 15. Minggu Advent = 27 Nop
8. Paskah =
27 Mar 16. Hari Natal = 25 Des
C. Agama
Hindu:
1. Hari Raya Galungan =
9 Mar 5. Hari Saraswati = 23 Jul
2. Hari Raya Kuningan =
19 Mar 6. Hari Raya Pagerwesi = 27 Jul
3. Tawur Kesanga =
8 Apr 7. Hari Raya Galungan = 5 Okt
4. Hari Raya Nyepi 1927 S= 9 Apr 8. Hari Raya Kuningan =
15 Okt
D. Agama
Budha:
1. Hari Raya Waisak 2559 =
24 Mei
2. Kambutsue =
8 Apr
3. Asadha =
21 Juli
4. Kathina =
17 Okt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar