Rabu, 04 Juni 2014

Gerhana Bulan ( Shofiyulloh,ST )

 بسم الله الرحمن الرحيم
GERHANA BULAN (خسوف)·

Oleh :  Shofiyulloh,ST ··
·  Makalah untuk “Kajian Ilmiah Falakiyah” para ahli hisab PWNU Jawa Timur yang   dilaksanakan tanggal 29 - 31 Agustus 2003  di P.P. As-Sunniyyah, Kencong  Jember.
·· Bendahara Lajnah Falakiyah NU Jawa Timur, Alamat Rumah : Pondok Pesantren Miftahul Huda, Mojosari, Kepanjen – Malang. Telp. (0341) 878195, 396755.

A.    Pendahuluan.
Kata eclipse (gerhana) berasal dari kata bahasa yunani Ekleipsis,  yang berarti peninggalan, yang menunjukkan betapa orang-orang zaman dahulu takut terhadap fenomena ini. Sewaktu matahari ataupun bulan lenyap dari pemandangan, hal ini tampak benda langit itu sungguh-sungguh meninggalkan ummat manusia. Gerhana, seperti komet, disangka merupakan tanda-tanda kurang baik atau bencana.
Kita sekarang mengetahui bahwa fenomena itu dapat dijelaskan dengan sempurna secara logis sebagai berikut : Semua benda langit yang berada di sekitar Matahari dan di terangi olehnya, masing-masing mempunyai bayangan yang menjulur ke dalam ruang angkasa, jauh dari matahari. Fenomena gerhana secara umum adalah suatu peristiwa jatuhnya bayangan benda langit ke benda langit lainnya, yang kadangkala benda langit tersebut menutupi seluruh piringan matahari, sehingga benda langit yang  kejatuhan bayangan benda langit lainnya, tidak bisa  menerima sinar matahari sama sekali.
Fenomena gerhana ini sudah lama diamati oleh manusia, dan mereka menamakan fenomena ini tergantung dari benda langit yang tertutupi. Dimana jika bayangan bulan jatuh pada permukaan bumi sehingga matahari tertutupi oleh bulan, mereka menamakan kejadian ini dengan Gerhana Matahari seperti yang akan terjadi pada tanggal 26 Januari 2009. Jika bayangan bumi jatuh pada bulan sehingga bulan tertutupi (bumi menghalangi cahaya matahari ke arah bulan), mereka menamakan kejadian ini dengan Gerhana Bulan seperti yang akan terjadi pada tanggal 5 Mei 2004. Dan jika bayangan sebuah planet jatuh di bumi dinamakan Transit seperti transit planet Venus yang akan terjadi pada tanggal 8 Juni 2004, hanya saja bayangan venus tidak mencapai permukaan bumi.

B. Geometri Gerhana Bulan
            Prinsip dasar terjadinya gerhana bulan yaitu ketika matahari, bumi dan bulan berada dalam satu garis yaitu saat bulan beroposisi atau saat bulan purnama, sehingga pada saat tersebut bulan akan melewati bayangan bumi. Lihat gambar 1 dibawah ini :
Oval: MatahariGambar 1.
 


                                                  Bulan
 


Bayangan Bumi                                              Cahaya Matahari   

Bayangan yang di bentuk oleh bumi mempunyai 2 bagian, yaitu bagian yang paling luar yang disebut dengan bayangan Penumbra atau bayangan semu (bayangan ini tidak terlalu gelap) dan bagian dalam yang disebut bayangan Umbra atau bayangan inti. Oleh karena bentuk lingkaran matahari lebih besar dari pada lingkaran bumi sehingga bayangan umbra bumi berbentuk kerucut sedangkan bentuk dari bayangan penumbra bumi berbentuk kerucut terpancung dengan puncaknya di bumi yang makin jauh bayangan ini semakin membesar sampai menghilang di ruang angkasa   Lihat gambar 2 :


Oval: MatahariGambar 2
                                      Umbra
               Penumbra
 





 Pada bayangan penumbra hanya sebagian piringan matahari yang ditutupi oleh bumi, sedangkan pada bayangan umbra seluruh piringan matahari tertutup oleh bumi, sehingga ketika bulan melewati umbra, bulan akan terlihat gelap, karena cahaya matahari yang masuk ke bulan dihalang-halangi oleh bumi. Fenomena ini dikenal dengan nama gerhana bulan total (الخسوف الكلي). Perlu Anda ketahui pada saat gerhana bulan total ini, meski bulan berada dalam umbra bumi, bulan tidak sepenuhnya gelap total karena sebagian cahaya masih bisa sampai kepermukaan bulan oleh refraksi atmosfir bumi.
            Gerhana bulan ada dua macam, yaitu gerhan penumbra (semu) dan gerhana umbra. Untuk gerhana penumbra, bulan hanya melewati bayangan penumbra bumi dan hal ini hanya bisa dilihat apabila lebih dari setengah (0,5) piringan bulan masuk pada bayangan penumbra bumi, bahkan ada Astronom yang mengatakan bahwa gerhana penumbra hanya akan bisa dilihat apabila magnitudenya minimal 0,7. Sedangkan untuk gerhana umbra terjadi ketika bulan melewati bayangan umbra bumi, dimana jika seluruh piringan bulan melewati bayangan umbra bumi disebut gerhana bulan total dan jika bulan hanya melewati sebagian dari bayangan umbra bumi disebut gerhana bulan sebagian.
            Perlu Anda ketahui bahwa orbit bulan dalam mengelilingi bumi berbentuk elips, sehingga jarak bulan – bumi dan semi diameter bulan yang terlihat akan bervariasi. Pada saat bulan berada di titik terdekatnya dengan bumi (titik Perigee) bulan memiliki jarak sebesar 356.4000 km dan semi diameter 16’ 46”. Dan pada saat bulan berada pada titik terjauh dari bumi (titik Apogee) bulan memiliki jarak 406 700 km dan semi diameter sebesar 14’ 42”. Variasi jarak dan ukuran bulan ini mencapai 12 %.
            Selanjutnya geometri gerhana bulan lebih sulit lagi, karena pada  kenyataannya orbit bumi  dalam mengelilingi matahari bentuknya juga elips, sehingga ukuran semi diameter matahari yang terlihat  bervariasi juga mulai dari 15’ 44” yaitu pada saat bumi berada di jarak terjauhnya dengan matahari (titik Aphelion) sampai ukuran 16’ 16” yaitu pada saat bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (titik Perihelion). Jadi ukuran matahari bervariasi sekitar 3 %. Walaupun variasi ukuran semidiameter matahari kecil, tetapi semidiameter matahari berpengaruh dalam menghitung semi diameter bayangan bumi.
            Dari data perhitungan yang teliti, variasi nilai semi diameter bumi  sebagai berikut  pada saat bulan berada di perigee, besarnya dari 46’ 12” (aphelion) sampai 46’ 45” (perihelion). Sedangkan pada saat bula berada di apogee, besarnya dari 38’ 27” (aphelion) sampai 39’ 00” (perihelion).

C.    Frekuensi dan Periodisitas gerhana
Setelah Anda mengetahui bahwa gerhana bulan itu terjadi saat bulan beroposisi atau saat bulan purnama, mungkin Anda akan langsung bertanya kenapa gerhana bulan tidak terjadi setiap bulan purnama ?.
Perlu Anda ketahui bahwa interval waktu dari fase bulan purnama kembali ke bulan purnama lagi adalah 29,5 hari (satu bulan sinodis). Jika orbit bulan mengelilingi bumi sama dengan orbit bumi mengelilingi matahari, maka pertanyaan Anda itu akan terjadi, maksudnya gerhana bulan akan terjadi setiap bulan purnama. Akan tetapi orbit bulan tidak sebidang dengan orbit bumi, tetapi memotong orbit bumi dan membentuk sudut sebesar 5°. Lihat gambar 3.   Jadi gerhana bulan hanya akan terjadi jika bulan berada di dekatnya titik pertemuan orbit bulan dan bumi yang dinamakan titik simpul (عقدة) atau Node.
Gambar 3.
Oval: Matahari
 


                                                                        Bumi                       Bulan
                              Orbit Bumi                                                              
 


                                                                                                      5°

Jumlahnya titik simpul ada dua:
1.      Titik simpul naik (Ascending Node), titik ini dilalui oleh bulan ketika bergerak dari selatan ekliptika menuju utara ekliptika.
2.      Titik simpul turun (Descending Node), titik yang dilalui bulan ketika bergerak dari utara ekliptika menuju selatan ekliptika.
Jika suatu ketika terjadi bulan purnama, sedangkan pusat bayangan bumi terletak pada 10,9° dari titik simpul, maka gerhana bulan mungkin terjadi, akan tetapi gerhana bulan total hanya akan terjadi jika pusat bayangan bumi terletak 5,2° dari titik simpul. Daerah 10,9° ke timur dan ke barat dari titik simpul dinamakan zona gerhana.
Oleh karena kecepatan perjalanan matahari (dan bayangan bumi) pada ekliptika per harinya menempuh jarak sekitar 1°, sehingga membutuhkan sekitar 22 hari untuk melewati zona gerhana pada tiap-tiap titik simpul, sedangkan saat bulan purnama terjadi setiap 29,5 hari (rata-rata ). Jadi sangat mungkin sekali matahari akan melewati zona gerhana sebelum bulan purnama terjadi, yang otomatis tidak akan terjadi gerhana bulan.
Periode selama matahari dekat dengan titik simpul dinamakan musim gerhana, dimana setiap tahunnya ada 2 musim gerhana, hanya saja musim gerhana tidak tepat terpisah 6 bulan (182,5 hari), karena titik simpul itu sendiri bergeser secara perlahan-lahan dengan laju 19° per tahun kearah barat, akibatnya musim gerhana terjadi dalam interval yang lebih pendek dari 6 bulan yaitu hanya 173,3 hari. 2 musim gerhana menyusun sebuah tahun gerhana yang lamanya 346,6 hari. Jadi lebih pendek 18,6 hari dari pada satu tahunnya kalender masehi.
Sebenarnya gerhana bulan jarang terjadi jika dibandingkan dengan gerhana matahari. Umpama terjadi 8 gerhana, maka yang 5 adalah gerhana matahari dan yang 3 adalah gerhana bulan. Hanya saja orang-orang banyak beranggapan bahwa gerhana bulan lebih sering terjadi daripada gerhana matahari. Hal ini disebabkan karena gerhana bulan bisa dilihat hampir dari 2/3 permukaan bumi yang mengalami malam hari, sedangkan gerhana matahari hanya bisa dilihat dari daerah yang tidak terlalu luas di permukaan bumi yang mengalami siang hari.
Pada satu tahun kalender, sedikitnya ada 2 gerhana matahari dan paling banyak ada 5 gerhana matahari. Sebaliknya, di dalam satu tahun kalender tidak akan ada gerhana bulan lebih dari 3 kali dan mungkin saja tidak akan terjadi gerhana bulan sama sekali. Dan jika gerhana bulan dan gerhana matahari digabungkan dalam satu tahun kalender,  maka akan terdapat maksimum 7 gerhana, akan tetapi penggabungan gerhana tersebut hanya akan terjadi dari 5 gerhana matahari dan 2 gerhana bulan, atau 4 gerhana matahari dan 3 gerhana bulan. Hanya saja dalam kasus ini semua gerhana matahari tersebut adalah gerhana matahari sebagian.


SAROS
          Semenjak zaman Babilonia, catatan observasi gerhana sudah rutin dilakukan. Dari pengamatan mereka diketahui bahwa gerhana yang mirip akan terulang tiap kira-kira 18 tahun 11 hari. Periode ini di kenal dengan istilah Saros. Gerhana-gerhana yang dipisahkan oleh satu periode saros, memiliki karakteristik yang sangat mirip dan dikelompokkan dalam satu keluarga yang dinamakan seri saros.
Untuk memahami periode saros Anda harus tahu panjang interval-interval berikut ini:
1.        Bulan Sinodis, yaitu interval waktu dari fase bulan baru kembali ke bulan baru. Panjang bulan sinodis adalah 29,53059 hari = 29 hari 12 jam 44 menit
2.        Tahun Gerhana, yaitu interval waktu yang dibutuhkan bulan untuk bergerak dari titik simpul kembali ke titik simpul tersebut. Panjang tahun gerhana adalah 346,6 hari = 346 hari 14 jam 24 menit.
3.        Bulan Anomalistis, yaitu interval waktu yang dibutuhkan bulan untuk bergerak dari perigee kembali ke perigee lagi. Panjang bulan anomalistis adalah 27,55455 hari = 27 hari 13 jam 19 menit.
Satu Periode saros (18 tahun 11 hari lebih 1/3 hari) adalah 223 kali bulan sinodis. Kenapa gerhana yang dipisahkan oleh 223 bulan sinodis mempunyai karakteristik yang sama ?. 
Gerhana yang dipisahkan oleh 223 bulan sinodis memiliki karakteristik yang sama karena 223 bulan sinodis (6585,321 hari) itu kurang lebih sama dengan 19 tahun gerhana (6585,78 hari), keduanya hanya terpaut sekitar 11 jam. Artinya pada selang satu periode saros, bulan akan kembali pada fase yang sama dan pada titik simpul yang sama juga.
            Sementara itu, 223 bulan sinodis itu juga kurang lebih sama dengan 239 bulan anomalistis ( 6585,537 hari), keduanya hanya terpaut kurang dari 6 jam. Hal ini membuat selang satu periode saros selain mengembalikan bulan pada fase yang sama dan pada titik simpul yang sama, juga akan mengembalikan bulan pada jarak yang kurang lebih sama dari bumi. Oleh karena itu, gerhana yang dipisahkan oleh periode saros akan memiliki karakteristik yang mirip.
            Akibat panjang periode saros yang panjang harinya memiliki pecahan sebesar 1/3 hari (8 jam), maka saat gerhana berikutnya yang terpisahkan oleh satu periode saros, bumi telah berputar kira-kira 1/3 hari. Karena itu, lintasan gerhana yang dipisahkan oleh satu periode saros akan bergesar 120° ke arah barat. Dan setiap 3 periode saros (54 tahun 34 hari), gerhana bisa diamati pada wilayah geografi yang sama.
            Seperti yang disebutkan diatas, gerhana-gerhana yang dipisahkan oleh periode saros dikelompokkan menjadi sebuah seri saros. Sebuah seri saros tidak akan bertahan selamanya. Seri saros lahir dan mati, dan beranggotakan sejumlah tertentu gerhana. Seri saros ini tidak akan bertahan lama karena satu periode saros lebih pendek ½ hari dari 19 tahun gerhana. Akibatnya, setelah satu periode saros, titik simpul akan bergeser 0,5° ke arah timur. Oleh karena itu setelah lewat sejumlah periode saros tertentu, jarak titik simpul sudah sedemikian jauh dari matahari / bulan sehingga tidak memungkinkan lagi terjadi gerhana. Pada saat itu terjadi, seri saros yang bersangkutan akan mati, dan seri saros baru akan lahir.

Seri Saros Gerhana Bulan
            Sebuah seri saros gerhana bulan akan di mulai (lahir) ketika terjadi bulan purnama sedangkan jarak bulan sebesar 16,5° di sebelah timur titik simpul.
Ketika sebuah seri saros gerhana bulan lahir, maka :
1.      Gerhana pertama yang akan terjadi adalah gerhana penumbra (semu), yang akan di ikuti gerhana penumbra lainnya yang jumlahnya antara 7 – 15 gerhana penumbra, dimana magnitude gerhana penumbra dengan gerhana penumbra berikutnya semakin besar (perubahannya sedikit demi sedikit), dikarenakan satu periode saros lebih pendek setengah hari dari 19 tahun gerhana yang berakibat setelah satu periode saros, titik simpul akan bergeser ke arah timur sebesar 0,5° yang secara otomatis akan memperbesar magnitude gerhana penumbral berikutnya sampai bulan mendekati umbra bumi.
2.      Berikutnya  akan terjadi 10 – 20 gerhana bulan sebagian dimana magnitudenya akan semakin membesar, yang pada akhirnya hampir seluruh piringan bulan masuk pada bayangan umbra bumi.
3.      Berikutnya lagi akan terjadi 12 – 30 gerhana total, termasuk 3 atau 4 merupakan gerhana bulan sentral yang diikuti dengan bertambahnya jarak bulan lebih ke arah barat dari pusat bayangan bumi.
4.      Selanjutnya akan di ikuti oleh 10 – 20 gerhana bulan sebagian, dimana gerhana yang satu dengan yang lainnya magnitudenya semakin mengecil.
5.      Akhirnya seri saros akan berakhir sekitar 16,5° di sebelah barat titik simpul setelah terjadi 7 – 15 gerhana penumbra.
Satu seri saros gerhana bulan dari lahir sampai matinya memakan waktu sekitar 13 – 14 abad. Dimana setiap seri saros ini beranggotakan 70 – 85 buah gerhana bulan dengan 45 – 55 diantaranya adalah gerhana umbral.
            Periode gerhana bulan selain saros, walaupun tidak terlalu terkenal antara lain:  Tritos yang mempunyai periode 135 lunasi (11 tahun kurang 1 bulan), Meton’s Cycle yang periodenya 235 lunasi (19 tahun) dan Inex yang periodenya 358 lunasi (29 tahun kurang 20 hari). 

D.    Langkah-langkah  Menghitung Gerhana Bulan Dengan Data Ephemeris
Sebelum kita melangkah pada cara menghitung gerhana bulan, sebaiknya Anda mengetahui dulu “hukum gerak” karena hubungannya erat sekali dengan perhitungan gerhana.
Gerak ada 3 macam yaitu : gerak lurus, gerak parabola dan gerak melingkar. Gerakan bulan dan bumi termasuk gerak melingkar sesuai dengan lintasannya yang berbentuk lingkaran, Pada gerak melingkar berlakulah hukum (rumus) S = V x t , atau t = S / V. Dimana t merupakan waktu (jam), S adalah jarak (derajat) dan V adalah kecepatan sudut (derajat / jam). Rumus ini akan sering Anda jumpai dalam perhitungan gerhana bulan seperti untuk menentukan saat oposisi.     
Untuk menghitung gerhana bulan, diperlukan data-data matahari antara lain Ecliptic Longitude (ELM), True Geosentric Distance (TGD) dan Semi Diameter (SDM) dan diperlukan juga data-data bulan antara lain Apparent Longitude (ALB), Apparent Latitude (LB), Horizontal Parallax (PB) dan Fraction Illumination (FIB). Data-data ini bisa Anda dapatkan antara lain dari data Ephemeris hisab rukyat..  Berikut ini akan saya sampaikan langkah-langkah praktis menghitung gerhana bulan beserta praktik perhitungan gerhana bulan yang terjadi 5 Mei 2004 :
1.      Menentukan kemungkinan terjadinya gerhana bulan.
       Seperti yang telah saya jelaskan diatas, bahwa gerhana bulan hanya bisa terjadi ketika bulan beroposisi (bulan purnama) yaitu ketika nilai Fraction Illumination bulan (FIB) mencapai nilai terbesar dan pada saat tersebut bulan berada di sekitar titik simpul. Oleh karena itu cara untuk menentukan kemungkinan terjadinya  gerhana bulan adalah dengan jalan mencari  nilai FIB yang terbesar dulu. Kemudian Anda lihat nilai mutlak dari Apparent Latitude atau lintang bulan dikolom Apparent Latitude pada jam FIB terbesar tersebut, dengan ketentuan :
a.    Jika yang ingin Anda cari terjadinya gerhana bulan penumbral (gerhana semu),   maka nilai lintang bulan harus lebih kecil dari  1° 36’ 38”.
b.    Dan jika yang ingin Anda cari terjadinya gerhana bulan umbral (gerhana bulan yang bisa dilihat dengan jelas dari bumi), maka nilai lintang bulan harus lebih kecil dari  1° 3’ 46”
Praktik :
Nilai FIB terbesar terdapat pada tanggal 4 Mei 2004 tepatnya pada jam 21 TT, nilainya 0,99999 sedangkan nilai lintang bulannya (Apparent Latitude) 0° 20’ 38” berarti lebih kecil dari nilai minimal terjadinya gerhana bulan yang sebesar 1° 3’ 46”. Jadi pada tanggal 4 Mei 2004  mungkin terjadi gerhana bulan
2.      Menentukan saat bulan beroposisi (إستقبال).
Setelah Anda mengetahui kemungkinan terjadinya gerhana bulan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan saat bulan beroposisi. Disini Anda terapkan hukum gerak melingkar t = S / V, jadi langkah-langkahnya :
a. Mencari S (jarak, selisih ELM - 180° dan ALB) pada jam FIB terbesar.
Caranya : cari nilai ELM pada jam FIB terbesar, lalu nilai ELM dikurangi 180° (jika hasilnya min, tambahkan 360) dan cari nilai ALB juga, lalu kurangkan dengan  ALB.
Praktik Perhitungan:
ELM jam 21 TT =  44° 43’ 27” - 180° = -135° 16’ 23” + 360°
= 224° 43’ 27”
ALB jam 21 TT =  224° 57’ 24”.-
ELM–ALB (S) = - 0° 13’ 57” (tanda – menandakan bulan telah melewati titik terjadinya oposisi, jadi hasil t untuk mengurangi jam FIB terbesar).
b.      Mencari V (Kecepatan bulan relatif terhadap matahari) pada jam FIB terbesar.
Caranya : 
b.1. Mencari kecepatan matahari perjam (سبق الشمس), dengan jalan :
Mencari nilai ELM pada jam FIB terbesar dan nilai ELM di bawahnya. Selisih dari kedua nilai ELM tersebut merupakan kecepatan matahari perjam.
Praktik Perhitungan :
ELM jam 21 TT      = 44°43’ 27”
ELM jam 22 TT      = 44° 45’ 52” -
Selisih                     =  0°  2’  25” (kecepatan matahari per jam)
b.2. Mencari kecepatan bulan perjam (سبق القمر) dengan jalan :
Mencari nilai ALB pada jam FIB terbesar dan nilai ALB di bawahnya. Selisih dari kedua nilai ALB tersebut merupakan kecepatan bulan perjam
Praktik Perhitungan :
ALB jam 21 TT      = 224° 57’ 24”
ALB jam 22 TT      = 225° 34’ 35” -
Selisih                     =    0° 37’ 11” (kecepatan bulan per jam).
b.3. Kecepatan bulan per jam dikurangi kecepatan matahari per jam adalah V (kecepatan bulan relatif terhadap matahari atau السبق المعدل).
       Praktik Perhitungan :
V = 0° 37’ 11” - 0° 2’ 25”
   = 0° 34’ 46”. (kecepatan bulan relatif terhadap matahari)
 c. Menentukan saat oposisi dengan rumus sebagai berikut:
Saat oposisi (t)  = S   + jam pada saat nilai FIB terbesar.
                          V
Catatan : Hasil waktu dalam satuan Terrestrial Time (TT) bukan UT atau GMT.
Penting : perlu Anda ketahui bahwa perhitungan data-data matahari dan bulan di dasarkan pada pusat massa matahari dan bulan, sedangkan kejadian gerhana yang kita lihat didasarkan pada titik pusat matahari dan bulan yang terlihat, yang kenyataannya ternyata antara titik pusat  bulan yang terlihat dengan titik pusat massa bulan tidaklah sama, sehingga data-data bulan terutama bujur bulan dan lintang bulan perlu dikoreksi. Menurut penyelidikan hal ini disebabkan oleh librasi bulan (lihat : Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, hal.424), dimana untuk bujur bulan pada data Ephemeris koreksi yang perlu dilakukan adalah sebesar –0° 1’ yang kalau kita jadikan dalam satuan waktu (dibagi kecepatan rata-rata bulan) = 1 menit 49,09 detik. Jadi setelah ketemu saat oposisi, maka Anda kurangi waktu oposisi tersebut dengan 1 menit 49,09 detik (untuk saat ijtima’ tidak perlu dikoreksi) .
Praktik Perhitungan :
Data : S = -0° 13’ 57”    V = 0° 34’ 46”
Lalu masukkan pada rumus : Saat oposisi (t)    =  -0° 13’ 57”    + 21 jam
                                                                                     0° 34’ 46”
                                                                               = 20° 35’ 55,51” TT                 
Kemudian dikurangi 1’ 49,09”, sehingga saat oposisi jam  20° 34’ 6,42” TT.
3.      Menentukan nilai lintang  bulan (LB) pada saat oposisi.
       Langkah ini perlu anda lakukan, karena untuk mengecek ulang, apakah gerhana bulan masih mungkin terjadi atau tidak ?. Caranya : Anda ambil nilai lintang bulan pada saat oposisi. Data tersebut dimuat pada data bulan, kolom Apparent Latitude untuk setiap jam mulai pukul 0 – 24 TT.
Jika saat oposisi terjadinya tidak persis pada jam-jam tersebut, maka lebih dahulu dilakukan perhitungan interpolasi atau penyisipan (coba Anda lihat lagi caranya interpolasi pada bab IV, sub bab langkah-langkah perhitungan awal bulan hijriyah).
Setelah nilai lintang bulan (LB) ketemu. Anda lihat peraturan dibawah ini : 
LB lebih besar 1° 36’ 38” tidak akan terjadi gerhana bulan semu.
LB terletak antara 1° 26’ 19” - 1° 36’ 38” mungkin terjadi gerhana bulan semu.
LB terletak antara  1° 3’ 46” - 1° 26’ 19” pasti terjadi gerhana bulan semu dan tidak mungkin terjadi gerhana bulan (umbra)
LB terletak antara 0° 53’ 26” - 1° 3’ 46” pasti terjadi gerhana bulan semu dan mungkin terjadi gerhana bulan.
LB lebih kecil dari 0° 53’ 26” pasti terjadi gerhana bulan.
Catatan : nilai LB diambil nilai mutlaknya (tanda min di buang).  
       Setelah nilai lintang bulan sudah memenuhi peraturan diatas, maka Anda tentukan juga nilai Semi Diameter Matahari (SDM), True Geosentric Distance (TGD) dan Horizontal Parallax Bulan (PB) dengan cara dan untuk saat yang sama, yaitu saat oposisi.
Praktik Perhitungan
Jam             LB                   SDM               TGD                PB
20               0° -17’ 12”      15’ 51,49”       1,0085549       1° 00’ 40”       
21               0° -20’ 38”      15’ 51,48”       1,0085651       1° 00’ 41”
20.32.49,42   0° -19’ 9,1”     15’ 51,48”       1,008560698   1° 00’ 40,57”
Karena nilai mutlak LB (0° 19’ 9,1”) lebih kecil dari 0° 53’ 26” maka pasti terjadi gerhana bulan
4.      Menghitung nilai Semi Diameter Bulan (SDB)
Nilai semidiameter bulan yang ada pada data Ephemeris dengan memperhitungkan efek irradiasi yaitu suatu efek pembesaran semidiameter bulan yang disebabkan oleh background (latar belakang) bulan yang gelap sehingga kelihatan agak besar. Sedangkan untuk keperluan perhitungan gerhana, irradiasi ini harus diabaikan. Rumus mencari semidiameter bulan tanpa irradiasi adalah :
Sin SDB = 0,2725076 x sin PB



Dimana 0,2725076 merupakan nilai perbandingan antara jari-jari bulan dengan jari-jari equator bumi, sedangkan PB adalah horizontal paralak bulan 
Praktik Perhitungan :
Data PB = 1° 00’ 40,57”
Lalu masukkan pada rumus : sin SDB = 0,2725076 x sin 1° 00’ 40,57”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P dan 5000 P :
Shift sin (0,2725076 x sin 1° 00’ 40,57”) exe shift ° ’ ” 0° 16’ 32,04”
5. Menghitung nilai parallax matahari (PM).
Maksudnya nilai parallax matahari pada saat oposisi. Data yang diperlukan untuk menghitung nilai parallax matahari adalah nilai jarak matahari-bumi (TGD) pada saat oposisi dan angka 8,794” yang merupakan ketetapan (angka ini sebenarnya merupakan nilai rata-rata paralak matahari) Rumusnya :
PM = 8,794”  / TGD.
Sebenarnya nilai parallax matahari ini kecil sekali, karena jarak matahari dan bumi sangatlah jauh yaitu sekitar 150 juta km, tetapi walaupun nilainya kecil, hal ini tidak boleh diabaikan, supaya mendapatkan hasil perhitungan yang seakurat mungkin.
Praktik Perhitungan
Data TGD = 1,008560698
Lalu masukkan pada rumus : PM = 8,794” / 1,008560698
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P dan 5000 P :
0° 0’ 8,794” / 1,008560698 exe shift ° ’ ” 0° 0’ 8,72”
6.      Menghitung besarnya semidiameter bayangan semu bumi (BSB) dan semidiameter bayangan inti bumi (BIB) yang dilewati bulan yang dalam bahasa arabnya dinamakan نصف قطر ظل الأرض
Besarnya semidiameter bayangan bumi tergantung dari besarnya nilai parallax matahari (PM), horizontal parallax bulan (PB) dan semidameter matahari (SDM). Hanya saja karena bentuk bumi yang hampir bulat, hal ini menyebabkan ujung bayangan bumi agak tumpul atau tidak lancip. Jadi nilai PB harus kita perkecil. Untuk memperkecil PB; kita harus mengganti jari-jari bumi dengan yang lebih kecil yang sama saja nilainya jika kita mereduksi nilai PB pada lintang 45°, sehingga nilai horizontal paralak bulan setelah dikoreksi (PBK) = 0,998340 x PB.
Praktik perhitungan :
Data PB = 1° 00’ 40,57”
Masukkan pada rumus : PBK = 0,998340 x 1° 00’ 40,57” = 1° 00’ 34,53”
Untuk menghitung berapa besarnya semidiameter bayangan semu bumi dengan rumus :
BSB = PM + PBK + SDM
Sedangkan untuk menghitung besarnya semidiameter bayangan inti bumi dengan rumus :
BIB = PM + HPB – SDM.
Perlu Anda ketahui bahwa permukaan bumi kita ini diselubungi lapisan udara yang terdiri atas debu-debu terutama debu vulkanik dan bermacam-macam gas, yang dinamakan atmosfer. Sehingga secara teoritis, lapisan udara yang dekat dengan permukaan bumi yang terdiri dari debu dan gas akan memperbesar nilai dari semidiameter bayangan semu bumi dan bayangan inti bumi. Para astronom  berbeda pendapat mengenai pembesaran bayangan bumi, dimana menurut Lahire 2,24 %, Danjon 1,18 % sedangkan menurut kebanyakan astronom sebesar 2 %. 
Menurut apa yang ditulis oleh Sky & Telescope Magazine ternyata pembesaran bayangan bumi tidaklah konstan, tapi bervariasi mulai dari 1,69 % sampai 2,24 %. Menurut hemat saya variasi ini dikarenakan keadaan alam terutama berkaitan dengan gunung berapi yang selalu menyemburkan debu-debu vulkanik, apalagi ketika gunung tersebut meletus. Karena itu seberapa akurat perhitungan yang kita lakukan, maka hal itu masih tergantung pada keadaan alam pada saat terjadinya gerhana tersebut.
Besarnya pembesaran semidiameter bayangan bumi yang saya pegang saat ini adalah sebesar 2 %, karena hal ini juga dipakai oleh Astronomical Almanac yang saat ini selalu menghasilkan prediksi gerhana yang paling akurat. Dengan koreksi ini maka masing-masing dari rumus di atas menjadi :
            BSB = 1,02 x (PM + PBK + SDM).
            BIB =  1,02 x (PM + PBK - SDM).
Rumus inilah yang harus Anda pakai dalam menghitung besarnya semidiameter bayangan bumi.
Praktik Perhitungan :
Data PBK = 1° 00’ 34,53”             PM = 0° 0’ 8,72”         SDM = 0° 15’ 51,48”
Lalu masukkan pada rumus: BSB = 1,02 x (1° 00’ 34,53” + 0° 0’ 8,72” + 0° 15’51,48”) = 1° 18’ 6,62”
BIB = 1,02 x (1° 00’ 34,53” + 0° 0’ 8,72” - 0° 15’51,48”) = 0° 45’ 45,61”
Setelah Anda mengetahui nilai BSB dan BIB, maka Anda dapat menentukan macam gerhana bulan (haiatul khusuf) yang terjadi dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dibawah ini :
a.    Jika nilai lintang bulan lebih besar dari jumlah semidiameter bayangan semu bumi dan semidiameter bulan, maka tidak akan terjadi gerhana bulan semu.
b.    Jika nilai semidiameter bayangan semu bumi lebih besar dari jumlah nilai lintang bulan dan semidiameter bulan, akan tetapi nilai lintang bulan lebih besar dari jumlah semidiameter bayangan inti bumi dan semidiameter bulan, maka terjadilah gerhana bulan semu total (penumbral lunar eclipse)
c.    Jika nilai lintang bulan lebih kecil dari jumlah semidiameter bayangan semu bumi dan semidiameter bulan, dan semidiameter bayangan semu bumi lebih kecil dari jumlah lintang bulan dan semidiameter bulan, dan juga nilai lintang bulan lebih besar dari jumlah semidiameter bayangan inti bumi dan semidiameter bulan. Maka terjadilah gerhana bulan semu sebagian.
d.   Jika nilai lintang bulan lebih besar dari jumlah semidiameter bayangan inti bumi dan semidiameter bulan, maka tidak akan terjadi gerhana bulan (umbra).
e.    Jika semidiameter bayangan inti bumi lebih besar dari jumlah lintang bulan dan semidiameter bulan, maka terjadilah gerhana bulan total (total lunar eclipse).
f.     Jika nilai lintang bulan lebih kecil dari jumlah semidiameter bayangan inti bumi dan semidiameter bulan, dan semidiameter bayangan inti bumi lebih kecil dari jumlah lintang bulan dan semidiameter bulan, maka terjadilah gerhana bulan sebagian (partial lunar  eclipse).
Praktik :
Ternyata semidiameter bayangan inti bumi (0° 45’ 45,61”) lebih besar dari jumlah lintang bulan dan semidiameter bulan (0° 19’ 9,1” + 0° 16’ 32,04” = 0° 35’ 41,14”) sehingga akan  terjadi gerhana bulan total
7.      Langkah selanjutnya menentukan Zamanul Khusuf, yang dimulai dengan mengoreksi nilai lintang bulan  dan kecepatan bulan relatif terhadap matahari (V)  pada saat oposisi dengan jalan sebagai berikut :
a.    Menghitung jarak bulan dari titik simpul (H) pada saat oposisi, yang dalam bahasa arabnya dinamakan حصة العرض.
Data yang diperlukan untuk menghitung jarak bulan dari titik simpul adalah lintang bulan (LB) dan Lintang bulan maksimum rata-rata yang besarnya 5° Rumusnya :
Sin H = sin LB / sin 5°
Nilai H diambil harga mutlaknya, maksudnya Anda abaikan tanda minnya.

Praktik Perhitungan :
Data LB = 0°-19’ 9,1”
Lalu masukkan pada rumus : sin H = sin 0° -19’ 9,1” / sin 5
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P dan 5000 P :
Shift sin ( sin 0° -19’ 9,1” / sin 5) exe shift ° ’ ” -3° 39’ 53,37” (min dibuang)
b.    Mencari lintang bulan maksimum koreksi atau (LBM).
Maksudnya nilai lintang bulan maksimum pada saat oposisi dengan memperhitungkan efek librasi bulan yang menyebabkan pengecilan nilai lintang tersebut. Data yang diperlukan adalah lintang bulan (LB) dan jarak bulan dari titik simpul (H). Rumusnya :
Tan LBM = tan LB / sin H
Nilai LBM diambil harga mutlaknya.
Praktik Perhitungan :
Data LB = 0° -19’ 9,1”              H = 3° 39’ 53,37”
Masukkan pada rumus : tan LBM = tan 0° -19’ 9,1” / sin 3° 39’ 53,37”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P, 5000 P :
Shift tan (tan 0° -19’ 9,1” / sin 3° 39’ 53,37”) exe shift ° ’ ” -4° 58’ 52,13”
c.    Mencari nilai lintang bulan koreksi (LBK).
Maksudnya nilai lintang bulan yang tampak pada saat oposisi, dikarenakan nilai lintang bulan saat oposisi  perlu dikoreksi yang menurut penyelidikan disebabkan oleh librasi bulan. Data yang diperlukan untuk menghitung LBK adalah jarak bulan dari titik simpul (H) dan lintang bulan maksimum koreksi  (LBM). Rumusnya
Sin LBK = sin H x sin LBM.
LBK diambil harga mutlaknya.
Praktik Perhitungan :
Data H =3° 39’ 53,37”              LBM = 4° 58’ 52,13”
Masukkan pada rumus : sin LBK = sin 3° 39’ 53,37”  x sin 4° 58’ 52,13”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P, 5000 P :
Shift sin ( sin 3° 39’ 53,37” x sin 4° 58’ 52,13”) exe shift ° ’ ” 0° 19’ 4,78”
d.   Mencari koreksi kecepatan bulan relatif terhadap matahari (VK).
Kecepatan ini perlu sekali Anda cari, karena sangat berkaitan dengan saat-saat gerhana bulan. Jika Anda menggunakan kecepatan V, maka hasil perhitungan Anda tidak akan akurat, karena V belum dikoreksi. Data yang dibutuhkan untuk menghitung VK adalah lintang bulan koreksi (LBK), kecepatan bulan relatif terhadap matahari (V) dan lintang bulan maksimum koreksi (LBM). Rumusnya:
VK = cos LBK x V / cos LBM.
Praktik Perhitungan :
Data LBK = 0° 19’ 4,78”          V = 0° 34’ 46”            LBM = 4° 58’ 52,13”
Masukkan pada rumus : VK = cos 0° 19’ 9,1” x 0° 34’ 46” / cos 4° 58’ 52,13”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P, 5000 P :
(cos 0° 19’ 9,1” x 0° 34’ 46” / cos 4° 58’ 52,13”) exe shift ° ’ ” 0° 34’ 53,88”
8.    Mengukur jarak titik pusat bayangan bumi sampai titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan semu bumi ( A).
Data yang diperlukan untuk menghitung A adalah semidiameter bayangan semu bumi (BSB) dan semidiameter bulan (SDB). Caranya :
A = BSB + SDB
Praktik Perhitungan :
Data : BSB = 1° 18’ 6,62”             SDB = 0° 16’ 32,04”
Masukkan pada rumus : A = 1° 18’ 6,62” + 0° 16’ 32,04” = 1° 34’ 38,66”
9.    Mengukur jarak titik pusat bayangan bumi sampai titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi (B).
Data yang diperlukan adalah semidiameter bayangan inti bumi (BIB) dan semidiameter bulan (SDB). Caranya :
B = BIB + SDB.
Praktik Perhitungan :
Data : BIB = 0° 45’ 45,61”            SDB = 0° 16’ 32,04”
Masukkan pada rumus : B = 0° 45’ 45,61” + 0° 16’ 32,04” = 1° 2’ 17,65”
10.Mengukur jarak titik pusat bayangan bumi sampai titik pusat bulan ketika seluruh piringan bulan mulai masuk pada bayangan inti bumi (C).
Data yang diperlukan adalah semidiameter bayangan inti bumi (BIB) dan semidiameter bulan (SDB). Caranya :
C = BIB – SDB.
Praktik Perhitungan :
Data : BIB = 0° 45’ 45,61”            SDB = 0° 16’ 32,04”
Masukkan pada rumus :  C = 0° 45’ 45,61” - 0° 16’ 32,04” = 0° 29’ 13,57”
11.Mengukur jarak titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan bumi sampai titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan semu bumi ( JS).
Data yang diperlukan untuk menghitung JS adalah A dan LBK (nilai lintang bulan setelah dikoreksi). Caranya :
Cos JS = cos A / cos LBK
Praktik Perhitungan :
Data : A = 1° 34’ 38,66”    LBK = 0° 19’ 4,78”
Masukkan pada rumus : cos JS = cos 1° 34’ 38,66” / cos 0° 19’ 4,78”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P, 5000 P :
Shift cos ( cos 1° 34’ 38,66” / cos 0° 19’ 4,78”) exe shift ° ’ ” 1° 32’ 42,1”
12.Mengukur jarak titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan bumi sampai titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi (JI). Dalam bahasa arabnya JI dinamakan حصة الخسوف
Data yang diperlukan adalah B dan LBK. Caranya :
Cos JI = cos B / cos LBK.
Praktik Perhitungan :
Data B = 1° 2’ 17,65”        LBK = 0° 19’ 4,78”
Masukkan pada rumus : cos JI = cos 1° 2’ 17,65” / cos 0° 19’ 4,78”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P, 5000 P :
Shift cos ( cos 1° 2’ 17,65” / cos 0° 19’ 4,78”) exe shift ° ’ ” 0° 59’ 18,04”
13.Mengukur jarak titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan bumi sampai titik pusat bulan ketika seluruh piringan bulan mulai masuk pada bayangan inti bumi (JG). Dalam bahasa arabnya JG dinamakan حصة المكث
Data yang diperlukan adalah C dan LBK. Caranya :
Cos JG = cos C / cos LBK
Catatan : jika gerhana yang terjadi penumbra, maka tidak usah di cari nilai JI dan JG. Dan jika gerhana yang terjadi umbra sebagian (gerhana parsial), maka tidak usah di cari nilai JG.
Praktik Perhitungan :
Data C = 0° 29’ 13,57”      LBK = 0° 19’ 4,78”
Masukkan pada rumus : cos JG = cos 0° 29’ 13,57” / cos 0° 19’ 4,78”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P, 5000 P :
Shift cos ( cos 0° 29’ 13,57” / cos 0° 19’ 4,78”) exe shift ° ’ ” 0° 22’ 8,35”
14.Mencari waktu yang dibutuhkan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika piringan bulan bersentuhan dengan bayangan semu bumi sampai ketika titik pusat bulan segaris dengan bayangan inti bumi (T1).
Data yang diperlukan adalah JS dan VK (kecepatan bulan relatif terhadap matahari setelah dikoreksi). Caranya dengan menggunakan hukum gerak melingkar.
T1 = JS / VK.
Praktik Perhitungan :
Data : JS = 1° 32’ 42,1”     VK = 0° 34’ 53,88”
Masukkan pada rumus : T1 = 1° 32’ 42,1” / 0° 34’ 53,88” = 2° 39’ 22,9”
15.Mencari waktu yang dibutuhkan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika piringan bulan bersentuhan dengan bayangan inti bumi sampai ketika titik pusat bulan segaris dengan bayangan inti bumi yang dalam bahasa arabnya : ساعة الخسوف (T2).
Data yang diperlukan adalah JI dan VK. Caranya :
T2 = JI / VK.
Praktik Perhitungan :
Data : JI = 0° 59’ 18,04”    VK = 0° 34’ 53,88”
Masukkan pada rumus : T2 = 0° 59’ 18,04” / 0° 34’ 53,88” = 1° 41’ 57,32”
16.Mencari waktu yang dibutuhkan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika seluruh piringan bulan masuk pada bayangan inti bumi sampai ketika titik pusat bulan segaris dengan bayangan inti bumi yang dalam bahasa arabnya :  ساعة المكث(T3).
Data yang diperlukan adalah JG dan VK. Caranya :
T3 = JG / VK
Praktik Perhitungan :
Data : JG = 0° 22’ 8,35”    VK = 0° 34’ 53,88”
Masukkan pada rumus : T1 = 0° 22’ 8,35” / 0° 34’ 53,88” = 0° 38’ 3,82”.
17.Mencari nilai koreksi saat oposisi ( tk ).
Saat istiqbal tidak selalu merupakan pertengahan gerhana, apalagi ketika bulan agak jauh dari titik simpul. Caranya mengoreksi saat oposisi sebagai berikut :
a.    Mencari nialai SF. Caranya :
Cos SF = cos LB / cos LBK
Dimana LB = lintang bulan, sedangkan LBK = lintang bulan setelah dikoreksi
Praktik Perhitungan :
Data : LB = 0° 19’ 9,1”   VK = 0° 19’ 4,57”
Masukkan pada rumus : cos SF = cos 0° 19’ 9,1” / cos 0° 19’ 4,57”
Cara pencet kalkulator Casio fx 4000 P, 4500 P, 5000 P :
Shift cos ( cos 0° 19’ 9,1” / cos 0° 19’ 4,78”) exe shift ° ’ ” 0° 1’ 39,55”
b. Mencari nilai koreksi ( tk ). Caranya :
tk= SF / VK
Dimana VK merupakan kecepatan bulan relatif terhadap matahari setelah   dikoreksi.
Praktik Perhitungan :
Data : SF = 0° 1’ 39,55” VK = 0° 34’ 53,88”
Masukkan pada rumus :  tk =  0° 1’ 39,55” /  0° 34’ 53,88” = 0°2’ 51,15”
Catatan : Untuk gerhana bulan sebagian atau gerhana semu, koreksi yang harus  Anda pakai adalah sin KL / cos H / sin VK x sin LB / sin VK , dimana KL adalah kecepatan lintang bulan per jam. Perubahan rumus koreksi dilakukan karena, nilai tk pada gerhana sebagian / semu cukup besar, oleh karena itu kita jangan mengabaikan kecepatan gerak lintang bulan per jam seperti pada rumus koreksi yang pertama (mengabaikan kecepatan lintang bulan per jam).
18.Mencari saat pertengahan gerhana (T0) dan merubahnya ke satuan WIB Saat pertengahan gerhana (ساعة وسط الخسوف) terjadi ketika  jarak titik pusat bayangan bumi merupakan yang paling dekat dengan titik pusat bulan, sehingga jika pada saat terjadi gerhana parsial maka akan kita lihat “pada saat pertengahan




gerhana” merupakan saat lebar gerhana maksimal. Untuk mendapatkan saat pertengahan gerhana maka saat oposisi perlu dikoreksi dengan tk. Caranya :
-          Jika nilai LB pada kolom Apparent Latitude (setelah jam FIB terbesar) semakin mengecil maka saat oposisi ditambah tk (nilai koreksi).
-          Jika nilai lintang bulan (LB) pada kolom Apparent Latitude semakin membesar maka saat oposisi dikurangi tk
Setelah itu waktu pertengahan gerhana yang satuan waktunya adalah terrestrial time (TT), Anda ubah menjadi satuan WIB dengan jalan :
Pertengahan gerhana WIB = TT - DT + FK4 + 7 jam
Dimana DT merupakan selisih antara waktu terrestrial time dengan waktu universal time. Data yang akurat mengenai DT hanya bisa diperoleh dari observasi. Untuk nilai pendekatan DT Anda bisa melakukan extrapolasi terhadap nilai-nilai DT berdasarkan observasi pada tahun-tahun sebelumnya (nilai-nilai DT pada tahun sebelum 2003, terlampir).
Untuk tahun-tahun yang jauh sekali dari tahun 2000 ,nilai pendekatan DT (menit) dapat Anda peroleh dengan menggunakan rumus Morisson dan Stephenson :
DT = 102,3 + 123,5 T + 32,5 T 2 , dimana T = abad, dimulai dari epoch 2000 Sedangkan FK4 adalah waktu koreksi(dari Jerman), sebenarnya mulai tahun 1988 sudah keluar FK5 (terbaru), hanya saja saya tidak punya data FK5 tersebut.
Praktik Perhitungan :
Data : Saat Oposisi (t) = 20° 34’ 6,42”      Nilai Koreksi (tk) = 0° 2’ 51,15”
Nilai DT untuk tahun 2004 diperkirakan = 0° 1’ 7” (67 detik).
Nilai FK4 = - 1,34 detik.
Nilai LB pada jam FIB terbesar yaitu jam 21 TT = 0° 20’ 38”, sedangkan nilai LB setelah jam FIB terbesar yaitu jam 22 TT = 0° 24’ 04”. Jadi nilai lintang bulan (LB) pada kolom Apparent Latitude semakin membesar, oleh karena itu saat oposisi dikurangi tk. Caranya :
Masukkan pada rumus : Saat pertengahan gerhana (T0) = 20° 34’ 6,42” - 0° 2’ 51,15” = 20° 31’ 15,27” TT.
Setelah itu kita jadikan satuan waktu TT ke WIB. Caranya :
Pertengahan gerhana WIB = TT - DT + FK4 + 7 jam
                             = 20° 31’ 15,27” - 0° 1’ 7” + (-1,34”) + 7 = 27° 30’ 6,93” WIB.
Karena sehari semalam hanya ada 24 jam maka 27 diatas harus dikurangi 24 jam dan tanggalnya ditambah satu hari (24 jam = sehari semalam). Jadi saat pertengahan gerhana bulan (T0) = 3:30:6,93 WIB  tanggal 5 Mei 2004.
19.Menghitung kontak awal sampai akhir gerhana bulan
Dimana untuk :
Awal gerhana bulan semu  = T0 – T1 (sinar bulan mulai suram)
Awal Gerhana (Umbral)     = T0 – T2 (piringan bulan mulai hangus)
Awal Total                         = T0 – T3 (gelap seluruhnya)
Akhir Total                         = T0 + T3 (mulai bersinar)
Akhir Gerhana                    = T0 + T2 (bersinar seluruhnya, agak suram)
Akhir Gerhana semu          = T0 + T1 (bersinar terang benderang)
Praktik Perhitungan :
Data : T0 = 3° 30’ 8,27”     T1 = 2° 39’ 22,9”        T2 = 1° 41’ 57,32”     
   T3 = 0° 38’ 3,82”. Kemudian masukkan pada rumus :
Awal gerhana bulan semu  = T0 – T1 = 3° 30’ 6,93” - 2° 39’ 22,9”
                                                            = 0° 50’ 44,03” WIB
Awal Gerhana (Umbral)     = T0 – T2 = 3° 30’ 6,93” - 1° 41’ 57,32”
                                                            = 1° 48’ 9,61” WIB 


Awal Total                         = T0 – T3 = 3° 30’ 6,93” - 0° 38’ 3,82”
                                                            = 2° 52’ 3,11” WIB
Akhir Total                         = T0 + T3 = 3° 30’ 6,93” + 0° 38’ 3,82”
                                                            = 4° 8’ 10,75” WIB
Akhir Gerhana                    = T0 + T2 = 3° 30’ 6,93” + 1° 41’ 57,32”
                                                            = 5° 12’ 4,25” WIB
Akhir Gerhana semu          = T0 + T1 = 3° 30’ 6,93” + 2° 39’ 22,9”
                                                            = 6° 9’ 29,83” WIB
20.Mencari Lebar gerhana bulan sebagian (L) yang dalam bahasa arabnya dinamakan اصبابع الخسوف . Rumusnya :
  L = (BIB + SDB) – LBK  x 100 %
                   2 x SDB
Dimana BIB = semi diameter bayangan bumi, SDB = semi diameter bulan dan LBK = lintang bulan setelah di koreksi. Untuk lebar gerhana semu, BIB Anda ganti dengan BSB (semi diameter bayangan semu).
catatan : Nilai lintang bulan diambil nilai mutlaknya (mengabaikan tanda min) dan hasilnya (L) dinyatakan dengan persen, dimana besarnya L untuk gerhana bulan total nilainya sama dengan atau lebih besar dari 100 %.
Praktik Perhitungan :
Karena gerhana bulan tanggal 5 Mei 2004 ini merupakan gerhana total maka Anda tidak perlu mencari lebar gerhana (L). 
21.Menentukan seri saros
Seri saros terakhir yang lahir adalah seri saros 149, dimana gerhana pertama yang terjadi 13 Juni 1984 (lihat lampiran). Aturan  menentukan seri saros :
1. Jika ada gerhana semu terjadi dan jarak bulan 16,5° disebelah timur titik simpul maka akan lahir lagi seri saros yang baru yaitu seri saros 150 (diperkirakan 25-5-2013)dan akan mati ketika bulan berada di 16,5° disebelah barat titik simpul. Mengenai berapa jumlah anggota seri saros tersebut, tinggal Anda menghitung jumlah gerhana yang terjadi mulai dari lahirnya seri saros sampai matinya.
2. Jika terjadi gerhana sebagian atau total maka itu pasti anggota seri saros tertentu dan untuk mencari gerhana itu termasuk seri saros berapa, caranya : Jika terjadi sebuah gerhana yang termasuk seri saros tertentu misalkan X diikuti gerhana lainnya setelah :
a.    1 lunasi (1 bulan) maka gerhana tersebut termasuk seri saros X + 38.
b.    5 lunasi (5 bulan) maka gerhana tersebut termasuk seri saros X – 33
c.    6 lunasi (6 bulan) maka gerhana tersebut termasuk seri saros X + 5
3. Untuk mengetahui anggota nomer berapa gerhana tersebut dari sebuah seri saros, caranya : tahun terjadinya gerhana tersebut dikurangi gerhana pertama yang terjadi dari seri saros bersangkutan, setelah itu dibagi periode saros (18,031 tahun), hasilnya Anda tambah 1, maka akan Anda temukan anggota nomer berapa gerhana tersebut dari sebuah seri saros.
Praktik Perhitungan :
1.      Dari hasil perhitungan diatas, gerhana bulan 5 Mei 2004 merupakan gerhana total, sehingga gerhana tersebut termasuk anggota seri saros.(tidak lahir seri saros baru)
2.      Gerhana bulan total pada tanggal 9 November 2003 (tidak terlihat dari Indonesia) termasuk seri saros 126. Interval waktu 9 November 2003 ke 5 Mei 2004 = 6 lunasi. Jadi gerhana 4 Mei 2004 merupakan anggota seri saros 131. Asalnya X + 5, dimana X = 126. Jadi  126 + 5 = 131.
3.      Seri saros 131 lahir tanggal 10 Mei 1427 dan berakhir 7 Juli 2707, jumlah anggota gerhana 72. (lihat lampiran). Interval waktu dari 5 Mei 2004 sampai 10 Mei 1427 = 577 tahun, lalu Anda bagi 18,031 (satu periode saros) = 32, selanjutnya 32 Anda tambah 1 = 33. Berarti gerhana 5 Mei 2004 termasuk gerhana yang ke 33 dari 72 gerhana seri saros 131.
22.Menentukan, apakah daerah Anda dapat melihat gerhana bulan.
Pada saat bulan purnama, terbitnya bulan bersamaan dengan terbenamnya matahari sedangkan tenggelamnya bulan bersamaan dengan terbitnya matahari. Hal ini berarti apabila awal gerhana sampai akhir gerhana atau sebagian darinya terjadi setelah terbenamnya matahari dan atau sebelum terbitnya matahari pada tempat Anda maka Anda akan melihat fenomena gerhana bulan tersebut.
Praktik :
Contoh praktik daerah Malang
Data : Tenggelam matahari = 17:27 WIB              Terbit matahari = 5:29 WIB.
Dari data kontak gerhana bulan maka hanya ahkir gerhana bulan semu saja daerah Malang tidak akan melihat sampai berakhir, karena sebelum gerhana bulan semu selesai pada jam 6:9:29,83 WIB, bulan sudah tenggelam dahulu yaitu pada jam 5:29  WIB
Catatan :Untuk mengetahui daerah-daerah di dunia ini yang melihat gerhana bulan, caranya Anda hitung saat terbit dan tenggelamnya bulan pada tiap-tiap lintang, minimal dengan ring lintang = 10°, setelah itu Anda plotkan pada peta dunia kemudian Anda hubungkan titik-titik tersebut sehingga nantinya akan membentuk suatu kurva. Daerah didalam kurva tersebut adalah daerah-daerah yang dapat melihat gerhana bulan.
Kesimpulan :
Akan terjadi gerhana bulan total pada tanggal 5 Mei 2004
Awal gerhana bulan semu  =  0 : 50 : 44  WIB (sinar bulan mulai suram)
Awal Gerhana (Umbral)     =  1 : 48 : 10  WIB  (piringan bulan mulai hangus)
Awal Total                         =  2 : 52 :   3  WIB (seluruh piringan bulan mulai gelap)
Akhir Total                         =  4 :   8 : 11  WIB (sebagian piringan mulai bersinar)
Akhir Gerhana                    =  5 : 12 :   4  WIB (mulai bersinar seluruhnya, suram)
Akhir Gerhana semu          =  6 :   9 : 30  WIB ( mulai terang benderang).
Gerhana bulan ini adalah gerhana ke 33 dari 72 gerhana dalam seri saros 131. Negara Indonesia khususnya kota Malang dapat melihat gerhana ini, hanya saja kita tidak bisa melihat akhir gerhana semu.
والله اعلم بالصواب

إن الشمس والقمر ايتان من ايات الله ، لاينكسفان لموت أحد ولالحياته ، فإذ رأيتموهما فادعوااللهَ وصلوا حتى تنكشف
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Alloh. Tidaklah gerhana itu terjadi karena ada seseorang yang mati atau ada seseorang yang lahir. Karena itu, apabila kamu melihat gerhana matahari atau gerhana bulan, maka berdo’alah kamu kepada Alloh dan sholatlah (sholat gerhana), sehingga gerhana tersebut selesai”  
تمّت رسالة الخسوف بفضل الله تعالى ، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ، والحمد لله رب العالمين.

 صفيّ الله الجوهري  
مالانج – المعهد الاسلامى مفتاح الهدى  
Daftar Nilai DT
Tahun
DT (detik)
1983
52,96
1984
53,79
1985
54,34
1986
54,87
1987
55,32
1988
55,82
1989
56,30
1990
56,86
1991
57,57
1992
58,31
1993
59,12
1994
59,98
1995
60,78
1996
61,63
1997
62,29
1998
62,97
1999
63,47
2000
63,83
2001
64,09
2002
64,30
Data ini diambil dari Astronomical Almanac yang merupakan hasil observasi.
Tahun 1620 – 1983, DT = ET – UT. Tahun 1983 – 2000, DT = TDT – UT. Mulai tahun 2001, DT = TT – UT.



























Daftar Pustaka
1.      Abdul Karim, Mohammad Zubair., Ittifaqu Dzatil Bain.
2.      Al-Jailani, Umar, Zubair., Alkhulashoh Al-Wafiyah.
3.      Al-Asqolany, Ibnu Hajar., Bulugul Marom. Darul Kitab Al-Islamy, Beirut Lebanon.
4.      Duffett, Peter – Smith., Practical Astronomy with your Calculator, Third Edition, Cambridge Univ. Press, 1988.  
5.      Fiala, Alan D. and Bangert, John A., Eclipses of the Sun and Moon in Explanatory Suplement to the Astronomical Almanac edited by P. Kenneth Seidelmann, U.S. Naval Observatory Washington D.C., Univ. Science Books., 421 – 471, 1992.
6.      Her Majesty’s Nautical Almanac Office. Explanatory Supplement to the Astronomical Ephemeris and the American Ephemeris and Nautical Almanac, H.M. Stationery Office, London. 1961. Chapter 9 on Eclipses and Transits is the predecessor of the present exposition.
7.      Ilmu Pengetahuan Populer, P.T. Intermasa, Jakarta,1986.
8.      Meeus, J., Astronomical Algorithms, Willmann-Bell, Inc.USA,1991.
9.      Meeus, J., Astronomical Formulae for Calculators, Fourth Edition, Willmann-Bell, Inc. USA,1988.
10.  Meeus, J. and Mucke, H. Canon of Lunar Eclipses, -2002 to 2526 First edition. Astronomical Office, Vienna.1979.
11.  Montenbruck, Oliver – Pfleger, Thomas., Astronomy on the Personal Computer, Springer-Verlag, Berlin,1994.
12.  M. Syafi’i., Gerhana Matahari, Makalah. 2002.
13.  Seidelmann, p.k., Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, U.S. Naval Observatory Washington D.C. Univ. Science Books, 1992
14.  Smart, W. M.., Textbook on Spherical Astronomy, Sixth edition, Cambridge Univ. Press, 1980.
15.  S.S. Ahmad, Nur., Nurul Anwar. TBS, Kudus, 1986.
16.  The Astronomical Almanac, U.S. Government Printing Office Washington D.C. USA. 2002. 
17.  Yayuk, Dra. Rahayu. Sefudin, Drs., Fisika, Jilid I, Edisi pertama.Angkasa, Bandung. 2000



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar