Mengenal Sistem Koordinat
Allah SWT menciptakan
alam semesta ini dalam keadaan yang teratur rapi. Keteraturan gerakan bintang
termasuk matahari, planet, satelit, komet dan benda langit lainnya menyebabkan
gerakan benda-benda tersebut dapat dipelajari dengan seksama. Dengan memahami
gerakan benda-benda langit tersebut, manusia dapat memperkirakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa depan dengan akurat. Kapan matahari
terbenam, kapan terjadi bulan purnama, kapan terjadi gerhana matahari dapat
dihitung dengan ketelitian tinggi.
Untuk memudahkan pemahaman
terhadap posisi benda-benda langit, diperkenalkan beberapa sistem koordinat.
Setiap sistem koordinat memiliki koordinat masing-masing. Posisi benda langit
seperti matahari dapat dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Selanjutnya
nilainya dapat diubah ke dalam sistem koordinat yang lain melalui suatu
transformasi koordinat.
Sistem Koordinat 2
dan 3 dimensi

Untuk menyatakan posisi
sebuah benda di dalam ruang, dibutuhkan suatu sistem koordinat yang memiliki
pusat koordinat (origin) dan sumbu koordinat (axis). Sistem koordinat yang
paling dasar/sederhana adalah Kartesian (Cartesian). Jika kita berbicara ruang
2 dimensi, maka koordinat Kartesian 2 dimensi memiliki pusat di O dan 2 sumbu
koordinat yang saling tegaklurus, yaitu x dan y. Dalam Gambar 1, titik P
dinyatakan dalam koordinat x dan y.
Gambar 1. Koordinat
Kartesian 2 dimensi (x, y)
Selanjutnya koordinat
Kartesian 2 dimensi dapat diperluas menjadi Kartesian 3 dimensi yang berpusat
di O dan memiliki sumbu x, y dan z. Pada Gambar 2, titik P dapat dinyatakan
dalam x, y dan z. OP adalah jarak titik P ke pusat O.

Gambar 2. Koordinat
Kartesian 3 dimensi (x, y, z)
Koordinat Kartesian 3
dimensi (x, y, z) pada Gambar 2 dapat diubah menjadi Koordinat Bola (Spherical
Coordinate) 3 dimensi (r, Alpha, Beta) seperti pada Gambar 3. Dalam koordinat
Kartesian 3 dimensi, seluruh koordinat (x, y dan z) berdimensi panjang.
Sedangkan dalam koordinat bola, terdapat satu koordinat yang berdimensi panjang
(yaitu r) dan dua koordinat lainnya berdimensi sudut (yaitu Alpha dan Beta).
Titik P masih tetap menyatakan titik yang sama dengan titik P pada Gambar 2.
Jarak titik P ke pusat O sama dengan r. Jika titik P diproyeksikan ke bidang
datar xy, maka sudut antara garis OP dengan bidang datar xy adalah Beta.
Selanjutnya sudut antara proyeksi OP pada bidang xy dengan sumbu x adalah
Alpha.

Gambar 3. Koordinat Bola
tiga dimensi (r, Alpha, Beta)
Hubungan antara (x, y,
z) dengan (r, Alpha, Beta) dinyatakan dalam transformasi koordinat berikut.

Sebagai contoh, jika
titik P terletak di koordinat x = 3, y = 4 dan z = 12, maka diperoleh r = 13,
Alpha = 53,13 derajat dan Beta = 67,38 derajat.
Di atas telah dibahas
transformasi dari koordinat Kartesian ke koordinat bola. Berikut ini dibahas
beberapa sistem koordinat yang penting dalam ilmu hisab, yaitu:
- Sistem
Koordinat Ekliptika Heliosentrik (Heliocentric Ecliptical Coordinate).
- Sistem
Koordinat Ekliptika Geosentrik (Geocentric Ecliptical Coordinate).
- Sistem
Koordinat Ekuator Geosentrik (Geocentric Equatorial Coordinate).
- Sistem
Koordinat Horison (Horizontal Coordinate).
Keempat sistem koordinat
di atas termasuk ke dalam koordinat bola. Sebenarnya masih ada sistem koordinat
lainnya, seperti Sistem Koordinat Ekuator Toposentrik (Topocentric Equatorial
Coordinate) namun Insya Allah dibahas pada kesempatan lain.
Sekilas, banyaknya
sistem koordinat di atas bisa membuat rumit. Namun pembagian sistem koordinat
di atas berasal dari benda langit manakah yang dijadikan pusat koordinat,
apakah bidang datar sebagai referensi serta bagaimana cara mengukur posisi
benda langit lainnya. Penting pula untuk diketahui bahwa seluruh benda langit
dapat dianggap seperti titik. Bisa pula dianggap seperti benda yang seluruhnya
terkonsentrasi di pusat benda tersebut. Jika kita memperoleh jarak bumi-bulan,
maka yang dimaksud adalah jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan.
Sistem Koordinat
Ekliptika Heliosentrik dan Sistem Koordinat Ekliptika Geosentrik sebenarnya
identik. Yang membedakan keduanya hanyalah manakah yang menjadi pusat
koordinat. Pada Sistem Koordinat Ekliptika Heliosentrik, yang menjadi pusat
koordinat adalah matahari (helio = matahari). Sedangkan pada Sistem Koordinat
Ekliptika Geosentrik, yang menjadi pusat koordinat adalah bumi (geo = bumi).
Karena itu keduanya dapat digabungkan menjadi Sistem Koordinat Ekliptika. Pada
Sistem Koordinat Ekliptika, yang menjadi bidang datar sebagai referensi adalah
bidang orbit bumi mengitari matahari (heliosentrik) yang juga sama dengan
bidang orbit matahari mengitari bumi (geosentrik).
Sistem Koordinat
Ekliptika Heliosentrik (Heliocentric Ecliptical Coordinate)
Pada koordinat ini,
matahari (sun) menjadi pusat koordinat. Benda langit lainnya seperti bumi
(earth) dan planet bergerak mengitari matahari. Bidang datar yang identik
dengan bidang xy adalah bidang ekliptika yatu bidang bumi mengitari matahari.

Gambar 4. Sistem
Koordinat Ekliptika Heliosentrik
- Pusat
koordinat: Matahari (Sun).
- Bidang
datar referensi: Bidang orbit bumi mengitari matahari (bidang ekliptika)
yaitu bidang xy.
- Titik
referensi: Vernal Ekuinoks (VE), didefinisikan sebagai sumbu x.
- Koordinat:
- r
= jarak (radius) benda langit ke matahari
- l
= sudut bujur ekliptika (ecliptical longitude), dihitung dari VE
berlawanan arah jarum jam
- b
= sudut lintang ekliptika (ecliptical latitude), yaitu sudut antara garis
penghubung benda langit-matahari dengan bidang ekliptika.
Sistem Koordinat
Ekliptika Geosentrik (Geocentric Ecliptical Coordinate)
Pada sistem koordinat
ini, bumi menjadi pusat koordinat. Matahari dan planet-planet lainnya nampak
bergerak mengitari bumi. Bidang datar xy adalah bidang ekliptika, sama seperti
pada ekliptika heliosentrik.

Gambar 5. Sistem
Koordinat Ekliptika Geosentrik
- Pusat
Koordinat: Bumi (Earth)
- Bidang
datar referensi: Bidang Ekliptika (Bidang orbit bumi mengitari matahari,
yang sama dengan bidang orbit matahari mengitari bumi) yaitu bidang xy.
- Titik
referensi: Vernal Ekuinoks (VE) yang didefinisikan sebagai sumbu x.
- Koordinat:
- Jarak
benda langit ke bumi (seringkali diabaikan atau tidak perlu dihitung)
- Lambda
= Bujur Ekliptika (Ecliptical Longitude) benda langit menurut bumi,
dihitung dari VE.
- Beta
= Lintang Ekliptika (Ecliptical Latitude) benda langit menurut bumi yaitu
sudut antara garis penghubung benda langit-bumi dengan bidang ekliptika
Sistem Koordinat
Ekuator Geosentrik
Ketika bumi bergerak
mengitari matahari di bidang Ekliptika, bumi juga sekaligus berotasi terhadap
sumbunya. Penting untuk diketahui, sumbu rotasi bumi tidak sejajar dengan sumbu
bidang ekliptika. Atau dengan kata lain, bidang ekuator tidak sejajar dengan
bidang ekliptika, tetapi membentuk sudut kemiringan (epsilon) sebesar kira-kira
23,5 derajat. Sudut kemiringan ini sebenarnya tidak bernilai konstan sepanjang
waktu. Nilainya semakin lama semakin mengecil. Masalah ini Insya Allah akan
dibahas pada kesempatan lain.

Gambar 6. Sistem
Koordinat Ekuator Geosentrik
- Pusat
koordinat: Bumi
- Bidang
datar referensi: Bidang ekuator, yaitu bidang datar yang mengiris bumi
menjadi dua bagian melewati garis khatulistiwa
- Koordinat:
- jarak
benda langit ke bumi.
- Alpha
= Right Ascension = Sudut antara VE dengan proyeksi benda langit pada
bidang ekuator, dengan arah berlawanan jarum jam. Biasanya Alpha bukan
dinyatakan dalam satuan derajat, tetapi jam (hour disingkat h). Satu
putaran penuh = 360 derajat = 24 jam = 24 h. Karena itu jika Alpha
dinyatakan dalam derajat, maka bagilah dengan 12 untuk memperoleh satuan
derajat. Titik VE menunjukkan 0 h.
- Delta
= Declination (Deklinasi) = Sudut antara garis hubung benda langit-bumi
dengan bidang ekliptika.Nilainya mulai dari -90 derajat (selatan) hingga
90 derajat (utara). Pada bidang ekuator, deklinasi = 0 derajat.
Seringkali, Alpha (right
ascension) dinyatakan dalam bentuk H (hour angle). Hubungan antara Alpha dengan
H adalah H = LST - Alpha.
Disini, LST adalah Local
Sidereal Time, yang sudah penulis bahas sebelumnya pada tulisan tentang
Macam-Macam Waktu
(http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/macam-macam-waktu.htm)
Sistem Koordinat
Horison
Pada sistem koordinat
ini, pusat koordinat adalah posisi pengamat (bujur dan lintang) yang terletak
di permukaan bumi. Kadang-kadang, ketinggian pengamat dari permukaan bumi juga
ikut diperhitungkan. Bidang datar yang menjadi referensi seperti bidang xy adalah
bidang horison (bidang datar di sekitar pengamat di permukaan bumi).

Gambar 7. Sistem
Koordinat Horison
- Pusat
koordinat: Pengamat di permukaan bumi
- Bidang
datar referensi: Bidang horison (Horizon plane)
- Koordinat:
- Altitude/Elevation
= sudut ketinggian benda langit dari bidang horison. h = 0 derajat
berarti benda di bidang horison. h = 90 derajat dan -90 derajat
masing-masing menunjukkan posisi di titik zenith (tepat di atas kepala)
dan nadir (tepat di bawah kaki).
- A
(Azimuth) = Sudut antara arah Utara dengan proyeksi benda langit ke
bidang horison.
Jarak benda langit ke
pengamat dalam sistem koordinat ini seringkali diabaikan, karena telah dapat
dihitung sebelumnya dalam sistem koordinat ekliptika.
Catatan penting: Dalam
banyak buku referensi, azimuth seringkali diukur dari arah selatan (South) yang
memutar ke arah barat (West). Gambar 7 di atas juga menunjukkan bahwa azimuth
diukur dari arah Selatan. Namun demikian, dalam pemahaman umum, orang biasanya
menjadikan arah Utara sebagai titik referensi. Karena itu dalam tulisan ini
penulis menjadikan sudut azimuth diukur dari arah Utara. Untuk membedakannya,
lambang untuk azimuth dari arah selatan dinyatakan sebagai As, sedangkan
azimuth dari arah utara dinyatakan sebagai A saja. Hubungan antara As dan A
adalah A = As - 180 derajat. Jika As atau A negatif, tinggal tambahkan 360 derajat.
Suatu sistem koordinat
dengan sistem koordinat lainnya dapat dihubungkan melalui transformasi
koordinat. Misalnya, dari algoritma untuk menghitung posisi bulan menurut
sistem koordinat ekliptika geosentrik, kita dapat menentukan jarak bulan dari
pusat bumi, sudut lambda dan beta. Selanjutnya, sudut lambda dan beta
ditransformasi untuk mendapat sudut alpha dan delta dalam sistem koordinat
ekuator geosentrik. Dari alpha dan beta, serta memperhitungkan posisi pengamat
(bujur dan lintang) dan waktu saat pengamatan/penghitungan, maka sudut
ketinggian (altitude) dan azimuth bulan menurut sistem koordinat horison dapat
diketahui dengan tepat. Rumus-rumus transformasi koordinat yang membutuhkan
pengetahuan trigonometri Insya Allah akan dibahas pada tulisan mendatang.
Rinto Anugraha
Referensi:
- Jean
Meeus: Astronomical Algorithm, Willmann-Bell, Virginia, 1991.
- Oliver
Montenbruck: Practical Ephemeris Calculations, Springer-Verlag, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar