Senin, 26 Mei 2014

Pendapat Ulama Peredaran Bulan Dan Matahari

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengungkap kebenaran pergerakan benda langit, manusia mempunyai beberapa tahapan dalam memahaminya. Berawal dari masa geosentris yang begitu lugunya menganggap bahwa pusat tata surya adalah diri kita sendiri, teori ini adalah awal manusia mengamati alam (kosmos), jadi tak heran apabila teori ini masih mengedepankan panca indra belaka. Selanjutnya Aristoteles dan kawan-kawan muncul dengan teroi barunya, yaitu teori geosentris, yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya, jadi semua benda-benda langit, baik itu matahari, bulan, bintang, maupun planet-planet lainnya terpusat pada bumi. Meskipun teori ini sedikit masuk akal, tapi teori ini masih menjanggal di hati ilmuwan-ilmuwan astronomi pada masa selanjutnya.
Kedua teori diatas sangat berperan penting dalam penemuan teori selanjutnya, yakni Heliosentris. Teori inilah yang selanjutnya dianggap paling benar diantara teori-teori yang sebelumnya. Lalu apakah tanggapan ulama mengenai teori ini heliosentris? Dan sipakah pendiri teori heliosentris?maka disini akan dibahas dalam makalah ini
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini :
a)      Sekilas Tentang Teori Heliosentris
b)      Tokoh Pelopor teori heliosentris
c)      Pendapat Ulama Peredaran Bulan Dan Matahari
C. Tujuan Penelitian
Kita sebagai muslim selayak dan sepantasnyalah kita bisa mengetahui tentang bagaimana perbedaan pendapat ulama tafsir dengan pendapat para astromi.




BAB II
PEMBAHASAN
1.    Sekilas Tentang Teori Heliosentris
Heliosentris adalah suatu pandangan yang dicetuskan pertama kali oleh Aristarchus dan disempurnakan oleh Nicholas Copernicus (1473-1543 M)[1], yang mana berpendapat bahwa matahari adalah pusat tata surya serta bumi mengelilingi matahari serta benda langit itu akan terlihat bergerak lamban apabila dia semakin jauh dari matahari.  Pada pandangan heliosentris ini, planet-planet yang ada di luar angkasa sana mengelilingi matahari dengan putarannya berbentuk orbit elip, dimana mataharilah sebagai titik pusatnya.
Pandangan heliosentris itu sebenarnya sudah dikeluarkan oleh Aristarchus. Namun dalam masyarakat dunia, Aristarchus tidak mendapat porsi jumbo di mata banyak orang sebagai pelopor pandangan ini, sebab kurangnya pendukung pandangan ini pada saat itu, Karena teori ini tertutup oleh kemajuan Aristoteles yang sangat terkenal pada waktu itu. Justru Nicolas Copernicus-lah yang menyandang reputasi besar yang mendunia sejak zaman pencerahan (Renaissance) sampai zaman modern sekarang ini.
Teori ini muncul dengan berbagai macam tantangan. Sampai-sampai Copernicus dianggap murtad oleh pemuka-pemuka gereja dan dianggap tidak waras oleh banyak kalangan ilmuwan karena telah melanggar dogma gereja dan dogma ilmu pengetahuan.[2] Copernicus mengumumkan makalahnya tentang bumi mengelilingi matahari itu pada tahun 1543 M. Sehingga jelaslah apabila kita membaca kronologi sejarahnya, dapat disimpulkan bahwa teori heliosentris ini disebut juga dengan Sistem Kopernikus, system yang menempatkan matahari sebagai pusat Tata Surya. Sistem ini dalam bahasa inggris disebut Heliosentric, dan dalam bahasa arab disebut Mukhtash bimarkaz Asy-Syams.[3]
Dalam pandangan heliosentris, ada 6 planet yang mengelilingi matahari, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, dan Saturnus. Teori heliosentris selama 4 abad lamanya telah mengalami prasangka umum yaitu bahwa matahari dikelilingi oleh bumi sekaligus sebagai pusat tata surya. Teori ini banyak dikembangkan oleh para astronom. Misalnya astronom dari Inggris, Sir William Herschel dapat melihat gugusan bintang bima sakti (abad 18).Teori atau pandangan heliosentris ini juga didukung oleh pendapat para astronom, bahwa matahari adalah induk dari satelit-satelit dan benda-benda langit lainnya . Hal ini juga didukung oleh nash al-Qur’an, surat Ibrahim ayat 33:
“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang
“.Al- Anbiya’ ayat 33:“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing  darikeduanya itu beredar di dalam garis edarnya.“
2. Tokoh Pelopor Teori Heliosentris
A. Aristarchus
Aristarchus dari Samos (sekitar 250 tahun SM) adalah orang pertama yang tegas dan eksplisit menyebutkan bahwa bumi bulat, berputar sendiri sambil bergerak mengelilingi matahari. Ia merupakan seorang ahli astronomi Klasik Yunani yang pertama kali menemukan kepastian tentang system Heliosentris sekaligus pembantah pertama terhadap pendapat Aristoteles tentang teori geosentris-nya pada abad III SM. Dia berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta (Geosentris). Akan tetapi, bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari yang merupakan pusat gerak langit. Sistem seperti ini pernah juga dikatakan oleh Ekfant dan Hikatas yang merupakan Wakil angkatan pemikiran (sekolah) Pitagoras bahwa benda-benda langit tidak bergerak dan hanya Bumi berputar dengan kecepatan besar, dengan begitu pulalah diterangkan berbagai gejala langit yang lain. Filosof Yunani Heraclitus (abad III SM) tidak hanya mengakui putaran bumi sehari-semalam, tetapi juga beredarnya Merkurius dan Venus mengelilingi Matahari. Namun semua pernyataan itu telah dilupakan dan berganti dengan pengajaran geosentris yang (ternyata kemudian) non-ilmiah. Teori ini disebut teori Heliosentris. Aristarchus merupakan tokoh yang hampir melakukan sebuah terobosan penting kedua setelah Aristoteles dalam dunia astronomi. Dikatakan sebagai terobosan penting, karena sebelumnya ada pendapat yang mengatakan bahwa bumi itu berbentuk datar yang dikemukakan oleh Thales. Pendapat Thales memang wajar, mengingat terbatasnya teknologi pada saat itu. Namun, tokoh ini berani mengemukakan pandangannya yang berbeda dengan kemampuan yang dimilikinya serta teknologi yang terbatas, bahwasanya bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari yang merupakan pusat gerak langit. Namun sayang, teori ini kurang mendapatkan respon dari masyarakat saat itu.disamping itu pandangan ini juga dipengaruhi dengan majunya pandangan geosentris pada zaman itu, maka pandangan Aristarchus tidak terlihat. Serta pendukung Aristarchus amatlah sedikit. Selain penemuan dan sumbangsih Aristarchus di bidang astronomi yang telah disebutkan di atas, Ia juga menemukan cara untuk mengukur besar kecilnya bulan dan matahari.Gerhana Bulan: Bumi berada antara matahari dan bulan, yang menutupi bulan adalah bayangan bumi yang selalu lengkung mencuri cahaya matahari. Karena matahari 180 kali lebih besar dari pada bumi, maka bumilah yang mengelilingi matahari.
B. Nicolas Copernicus (1473-1543 M)
Nicolas Copernicus merupakan orang pertama yang secara terang-terangan mengatakan bahwa matahari merupakan pusat system tata surya, dan bumi mengelilinya dalam orbit lingkaran. Teori Heliosentris ini ia sampaikan dalam publikasinya yang berjudul ‘De Revolutionibus Orbium Caelestium. Nicolas Copernicus seorang ahli astronomi yang menentang pandangan geosentris dari Plotomeus ini lahir pada tanggal 19 pebruari 1473 di Torin, Polandia pada abad pertengahan dan pencerahan (renaissance). Dalam system heliosentris ini bintang-bintang masih dianggap melekat pada sebuah bola langit dan beredar mengelilingi matahari (yang beredar di pusat), dan pada bintang-bintang tersebut terdapat planet-planet (termasuk bumi) yang selalu beredar mengelilinya sepanjang lintasan-lintasan yang masing-masing berbentuk lingkaran. Sistem Copernicus ini lebih sederhana dan lebih mudah memprediksi gerakan benda-benda langit dari pada Sistem Ptolomeus dengan gerakan-gerakan epicycles dari planet-planet itu. Orang yang pertama kali menguasai ilmu pasti adalah Nicholas Copernicus (1473-1543) setelah menuntut ilmu pengetahuan di universitas krakau, Bologna Ferrara. Akhirnya ia belajar pada pusat ilmu pasti dan eksperimen di Padua. Copernicus menjadi pejabat katedral di Frauenburg (Jerman Timur) dan bekerja sebagai administrator, diplomat, dan penasehat di university. Mula-mulanya dia dipaksa untuk menerima pembelajaran astronomi Ptolomeus secara resmi (geosentris) akan sejalan dengan perkembangan pola pikirnya, dia meragukan kebenarannya, dan akhirnya Copernicus menelitinya secara seksama dengan menggunakan data-data ilmu pasti baik yang sudah lama maupun hal-hal yang baru bermunculan. Untuk masalah orbit, data yang didapatkan Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Ia kemudian menggali ulang teori Aristarchus dan menulis sebuah buku. Pada akhirnya pada tahun 1540-an dia menghasilkan suatu karya berjudul “De Revolusionibus Orbium Colestum”[4] (tentang pemutaran badan-badan angkasa, 1543) disana dia mengemukakan bahwa ada suatu fakta yang telah dia ketahui yaitu bumi berputar pada sumbunya (rotasi) dan bersama-sama planet lain berputar mengelilingi matahari (revolusi). Teori Copernicus ini mendapat sambutan hangat dari para ilmuwan pada zaman tersebut, khususnya dari kalangan ahli astronomi praktis walaupun ada dari mereka yang menguji. Akan tetapi, teori ini lebih banyak diterima oleh para ilmuwan dengan disertai eksperimen-eksperimen lebih lanjut. Dengan alat-alat sederhana yang ada pada saat itu, Copernicus mempelajari gerakan-gerakan matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Tentu saja ia juga mempelajari astronomi zaman Yunani kuno. Ia menarik kesimpulan bahwa kalau matahari yang dianggap diam dan bumi serta planet-planet yang dianggap mengelilingi matahari. Copernicus menjelaskan bahwa Mataharilah yang sesungguhnya menjadi pusat edar, dimana planet-planet (saat itu baru ditemukan 6 buah dalam tata surya kita) mengelilinginya.
           

 Artinya, menurut Copernicus, mataharilah yang sebetulnya merupakan pusat tata surya kita. Namun demikian, Copernicus masih menganggap orbit planet-planet tersebut masih berbentuk lingkaran, sementara matahari diam sebagai pusat edarnya di tengah lingkaran tersebut, demikian pula bintang-bintang yang diduga stasioner. Copernicus tahu betul betapa bahayanya mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat gereja, apalagi pendapat Paus waktu itu. Selama tiga puluh tahun ia menyimpan bukunya di tempat yang terkunci sambil melakukan pengamatan lebih lanjut. Tetapi akhirnya ia memutuskan untuk menerbitkannya. Teori heliosentris Copernicus disampaikan dalam publikasinya yang berjudul “De Revolutionibus Orbium Colestium” kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja. Pada tanggal 24 Mei 1543, pada saat contoh bukunya diperlihatkan padanya, ia hembuskan nafasnya yang terakhir. 
C. Galileo Gallilei
Galileo Galilei dilahirkan pada tahun 1564 di kota Pisa di-Italia. Galileo menjadi pendukung teori Copernicus. Gallileo adalah salah seorang ahli astronomi yang mendukung teori heliosentrisnya Copernicus. Ia berhasil menjadi penemu teleskop pertama yang dapat dengan jelas melihat relief permukaan bulan, noda-noda matahari planet saturnus dengan cincinnya yang indah, planet yupiter dengan enam buah satelitnya. Dan yang tak kalah pentingnya melalui pengamatan dengan teleskopnya, ia mendapat kesimpulan bahwa bumi bukanlah pusat gerak. Salah satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentris adalah masalah fase Venus berdasarkan teori geosentris. Ptolomeus menyatakan bahwa Venus berada dekat titik antara matahari dan bumi, sehingga pengamat dari bumi hanya bisa melihat Venus saat mengalami fase sabit. Tetapi berdasarkan teori heliosentris dan pengamatan yang dilakukan Galileo, semua fase Venus bisa terlihat, bahkan ditemukan juga sudut piringan Venus lebih besar pada saat fase sabit dibanding saat purnama. Penemuan ini tidak hanya membantu menguatkan teori heliosentris Copernicus, tetapi juga membuka lembaran baru dalam perkembangan dunia dunia astronomi. Pada tahun 1616 M, Galileo diperingatkan agar jangan mendukung teori heliosentris dari Copernicus. Pada tahun 1632 M, Galileo menerbitkan bukunya yang berjudul “Dialogue Concerning The Two Chef System of The World ”. Pada musim dingin tahun 1633 M, ia dipanggil Komite Inquisisi dari gereja Katholik Roma. Setelah ditahan berbulan-bulan, pada tanggal 22 Juni 1633 ia diajukan ke pengadilan. Waktu itu usianya telah 70 tahun dan sering sakit-sakitan. Dalam keadaan tua, ia bersedia menarik kembali dukungannya pada teori Copernicus. Ia tidak jadi dihukum mati tetapi dikenakan tahanan rumah. Pada tahun 1642, Galileo meninggal dunia dalam status tahan rumah. Salah satu contoh terkenal yang diajukan oleh para kritikus tersebut adalah Galileo Galilei, yang pada tahun 1633, dikutuk karena berpegang teguh pada ajaran jagad raya yang heliosentris (jagad raya berpusat pada matahari), teori yang pertama kali dicetuskan oleh Nicolaus Copernicus, seorang imam Katolik. Setelah bertahun-tahun diinvestigasi, berkonsultasi dengan Paus, berjanji kemudian dilanggar oleh Galileo sendiri, dan akhirnya suatu pengadilan oleh Tribunal Inkuisisi Romawi dan Universal, Galileo didapati "dituduh sebagai bidaah" - bukan bidaah, sebagaimana yang seringkali secara keliru disebut-sebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa dua dari empat thesis ilmiah yang dikedepankan oleh Galileo sebenarnya keliru, yakni bahwasanya Matahari adalah pusat jagad raya, dan bahwasanya Bumi mengitari Matahari dalam orbit berbentuk lingkaran sempurna, Paus Yohanes Paulus II secara terbuka mengungkapkan penyesalan atas tindakan-tindakan orang-orang Katolik yang memperlakukan Galileo dengan buruk dalam pengadilan pada tanggal 31 Oktober 1992. Sebuah abstraksi dari tindakan-tindakan dalam proses pengadilan terhadap Galileo dapat dijumpai di Arsip Rahasia Vatikan (Vatican Secret Archives), yang mereproduksi sebahagian arsip tersebut dalam situs web-nya. Kardinal John Henry Newman, pada abad ke-19, berkata bahwa orang-orang yang menyerang Gereja Katolik hanya mampu menunjukkan kasus Galileo, yang bagi banyak sejarawan tidaklah membuktikan adanya oposisi Gereja terhadap ilmu pengetahuan karena justru banyak rohaniwan Katolik pada masa itu yang didorong oleh Gereja untuk meneruskan penelitian mereka.
D. Johanes Kepler
Johannes Kepler adalah seorang penerima tongkat estafet teori Copernicus sekaligus menyempurnakan teori tersebut. Kepler adalah murid dari Tycho Brahe (seorang ilmuwan yang kurang percaya terhadap pandangan heliosentris. Oleh karena itu, dia menyuruh Kepler meneruskan penelitian tentang itu). Johannes Kepler juga muncul sezaman dengan Galileo. Kepler beragama Kristen Protestan. Dia adalah seorang penulis ulung yang muskil. Kepler berkecimpung dalam dunia ilmu pasti dan keselarasannya daripada dalam pengamatan praktis atau ilmu mekanika. Tycho Brahe telah mewariskan banyak hal dengan muridnya (J. Kepler), dan dengan memenfaatkan data-data dan alat-alat Tycho Brahe, J. Kepler berhasil menyempurnakan pandangan heliosentis Copernicus. Johannes Kepler juga menggunakan teori logaritma dan ilmu ukur segitiga (trigonometri) yang disempurnakan. Kepler juga berhasil menunjukkan bahwa planet-planet beredar dalam orbit elip dan matahari sebagai pusat dari tata surya. Ia membandingkan hubungan antara bumi dan matahari seperti hubungan besi dan magnet. Namun, ia belum mengetahui apa penyebab semuanya itu mengelilingi matahari. Keberhasilan Kepler akan pengembangan astronomi tersebut didukung dengan mengembangkan astrologi untuk memperoleh uang (dana),dengan pengembangan-nya itulah Ia dapat mengembangkan ilmu astronomi lebih mendalam. Johannes Kepler dengan astronomi yang Ia kembangkan, menemukan     3 (tiga) buah hukum astronomi:[5]
a) Orbit dari semua planet berbentuk elips.
b) Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c) Bila jarak antara dua planet (A dan B) dengan matahari adalah x dan y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q Maka: P2:Q2 = x2;y2. Ketiga Hukum Keppler masih dipakai sampai saat ini dalam astronomi, dengan perbaikan seperlunya. Ketiganya berdasarkan Empiri (Archimedes dan R. Bacon) Dengan sumbangan besar yang dilakukan Keppler dalam bidang astronomi inilah, kita dapat menyimpulkan bahwa Ia telah memberikan kontribusi terhadap intelektual masyarakat dunia sampai sekarang.
3. Pendapat Ulama Matahari Mengelilingi Bumi
            Adapun matahari mengelilingi bumi telah disebutkan oleh alqur’an dalam assunnah dalam banyak tempat, diantaranya:
1.Dalil Al qur’an:
 cÎ*sù ©!$# ÎAù'tƒ ħôJ¤±9$$Î/ z`ÏB É-ÎŽô³yJø9$# ÏNù'sù $pkÍ5 z`ÏB É>̍øóyJø9$# |MÎgç6sù Ï%©!$# txÿx. 3 ª!$#ur Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûüÏJÎ=»©à9$# ÇËÎÑÈ
Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(QS. Ibrahim:258)
            Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa allah menerbitkan matahari, maka sangat jelas menunjukkan bahwa mataharilah yang bergerak mengelilingi bumi.seandainya bumi yang berotasi, niscaya allah ta’ala tidak akan mengatakan bahwa mataharilah yang terbit.
2.    Allah Ta’ala Berfirman:
$£Jn=sù #uäu }§ôJ¤±9$# ZpxîÎ$t/ tA$s% #x»yd În1u !#x»yd çŽt9ò2r& ( !$£Jn=sù ôMn=sùr& tA$s% ÉQöqs)»tƒ ÎoTÎ) Öäü̍t/ $£JÏiB tbqä.ÎŽô³è@ ÇÐÑÈ
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.(QS. Al an’am :78)
Disini allah menjadikan gerakan terbit dan terbenam itu oleh matahari, seandainya bumi yang bergerak rotasi maka seharusnya ayat itu bukan dengan lafazh افلت” (matahari terbenam) akan tetapi dengan lafazh “   " فلما افل عنها ( maka tatkala ada sesuatu yang membuat matahari itu bergerak hilang).
3. Allah Ta’ala berfirman
* ts?ur }§ôJ¤±9$# #sŒÎ) Myèn=sÛ âurºt¨? `tã óOÎgÏÿôgx. šV#sŒ ÈûüÏJuø9$# #sŒÎ)ur Mt/{xî öNåkÝÎ̍ø)¨? |N#sŒ ÉA$yJÏe±9$# öNèdur Îû ;ouqôfsù çm÷ZÏiB 4 y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÏM»tƒ#uä «!$# 3 `tB Ïöku ª!$# uqßgsù ÏtGôgßJø9$# ( ÆtBur ö@Î=ôÒム`n=sù yÅgrB ¼çms9 $|Ï9ur #YÏ©óD ÇÊÐÈ
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.(QS. Alkahfi : 17)
Allah ta’ala menjadikan bahwa yang terbit, condong, tenggelam dan menjauhi itu semuanya dilakukan oleh matahari,seandainya bukan matahari yang bergerak niscaya tidak akan disandarkan semua perbuatan tersebut kepada matahari. Padahal telah maklum dalam kaidah ilmu bahasa arab bahwa pada dasarnya ucapan itu dibawa pada hakikatnya. Dan diantara bentuk hakikat adalah kalau sebuah fi’il (kata kerja) disandarkan pada sesutu maka dialah yang melakukan dan bukan lainnya.
Sebagai sebuah contoh, kalau ada yang berkata :  جاء محمد maka yang datang adalah si muhammad, bukan suratnya,bukan bapaknya,juga bukan pula lainnya yang masih berkaitan dengan muhammad. Bisa saja dikatakan bahwa lafazd diatas yang datang adalah suratnya, atau khabarnya, akan tetapi butuh sebuah qarinah yang sangat kuat yang menghalangi untuk dibawa kepada maknanya yang sebenarnya, dan qarinah yang menentukan bahwa yang dimaksud adalah makna lain tersebut.[6]
4, Firman Allah Ta’ala:
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( @@ä. Îû ;7n=sù tbqßst7ó¡o ÇÌÌÈ
Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.(QS. Al Anbiya:33)
5. Firman Allah Ta’ala:
ÓÅ´øóãƒ..... Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$# ¼çmç7è=ôÜtƒ $ZWÏWym
.......dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepa....
Bahwa malam dan siang itu mengikuti peredaran matahari.(fatawa arkanil islam hal.45)
6. Allah Ta’ala Berfirman:
t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Èd,ysø9$$Î/ ( âÈhqs3ムŸ@øŠ©9$# n?tã Í$pk¨]9$# âÈhqs3ãƒur u$yg¨Y9$# n?tã È@øŠ©9$# ( t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@à2 ̍øgs 9@y_L{ K|¡B 3 Ÿwr& uqèd âƒÍyèø9$# ㍻¤ÿtóø9$# ÇÎÈ
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(QS. Azzumar : 5)
Maksudnya adalah allah menjadikan malam berputar atas siang, dan ini sebagai dalil bahwa peredaran malam dan siang itu terjadi pada bumi, seandainya bumi yang berputar maka semestinya bumilah yang menjadi pergantian malam dan siang.[7]
7. Allah Ta’ala Berfirman
ħ÷K¤±9$#ur $yg8ptéÏur ÇÊÈ ÌyJs)ø9$#ur #sŒÎ) $yg9n=s? ÇËÈ
1.  Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
2.  Dan bulan apabila mengiringinya,(QS. As Syams:1-2)
Berkata syaih utsaimin “ makna kalimatتلاها  adalah datang setelahnya, dan ini adalah dalil atas peredaran matahari dan bulan serta keduanya mengelilingi bumi, seandainya bumilah yang beredar mengelilingi keduanya, maka bulan itu tidak akan datang setelah matahari selamanya, akan tetapi terkadang matahari yang datang setelah bulan dan terkadang bulan yang datang setelah matahari, karena matahari itu lebih tinggi daripada bulan.
8. Allah Ta’ala Berfirman:
ߧôJ¤±9$#ur ̍øgrB 9hs)tGó¡ßJÏ9 $yg©9 4 y7Ï9ºsŒ ㍃Ïø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÌÑÈ
tyJs)ø9$#ur çm»tRö£s% tAÎ$oYtB 4Ó®Lym yŠ$tã Èbqã_óãèø9$%x. ÉOƒÏs)ø9$# ÇÌÒÈ
Ÿw ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^tƒ !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# Ÿwur ã@ø©9$# ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù šcqßst7ó¡o ÇÍÉÈ
38.  Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
39.  Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua
40.  Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.(QS. Yaasiin:38-40)
Ayat ini juga menyandarkan bergerak pada matahari, bukan kebumi.
Dari surah Yaasiin ayat 40 di atas, dapat diambil kesimpulan :
1.    Orbit (falakin) yang berbeda antara matahari dan bulan (masing-masing).
2.    Garis edar matahari dan bulan tidak terkait dengan pergantian siang dan malam, sehingga Allah menyatakan dua hal sebagai penegasan "Tidak mungkin matahari mendapatkan bulan" karena masing-masing memiliki garis edar yang berbeda, matahari mengelilingi galaksi, bulan mengelilingi bumi, dan "Malam Tidak Dapat Mendahului Siang", karena bumi berbentuk bulat dan berputar. Matahari dan bulan mungkin saja sejajar, tetapi tetap "matahari tidak mungkin mendapatkan bulan".
Dalam kaitannya dengan pernyataan peredaran matahari dan bulan, Allah selalu menyertakan malam dan siang bisa jadi dengan maksud :
1.    Agar peredaran matahari dan bulan tidak disamakan dengan pergantian malam dan siang, karena matahari beredar tidak mengelilingi bumi, akan tetapi sebaliknya bumi yang mengelilingi matahari, sehingga penyertaan siang dan malam itu sebagai penegasan bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan "pergantian malam dan siang" adalah dua hal yang berbeda.
2.    Penggunaan kata "Malam Dan Siang" (Laila Wan Nahaar), dimana kata "malam" selalu disebutkan lebih dulu daripada "siang", menandakan bahwa malam lebih dulu diciptakan daripada siang, sebagaimana matahari diciptakan terlebih dahulu daripada bulan, menurut Al-Qur'an, karena kata "matahari" selalu disebut lebih dahulu daripada "bulan".
3.    Selain itu penggunaan kalimat "malam dan siang", bukannya "siang dan malam", dimaksudkan agar tidak dapat dipasangkan dengan "matahari dan bulan", apabila seseorang melihat kedua kalimat tersebut dari segi urutan kata-katanya, sehingga semakin jelas bahwa "peredaran matahari dan bulan" berbeda dengan "pergantian malam dan siang", karena matahari yang selalu lebih dulu disebut daripada bulan, hal ini berbeda dengan malam (yang berasosiasi dengan bulan/gelap) yang disebut lebih dulu daripada siang (yang berasosiasi dengan matahari/terang).
4.    Ayat-ayat lain yang menyebutkan mengenai beredarnya matahari dan bulan, yang dapat kita lihat selalu pula disebutkan "malam" dan "siang", juga dimaksudkan agar orang-orang dapat mengerti bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan "malam dan siang" merupakan dua hal yang berbeda . Ayat-ayat itu adalah Q.S 14:33, QS.  21:33.QS.  31:29, QS. 35:13, dan QS. 39:5 .
Sekarang kita lihat di ayat yang lain :
ª!$# Ï%©!$# yìsùu ÏNºuq»uK¡¡9$# ÎŽötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? ( §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@ä. ̍øgs 9@y_L{ wK|¡B 4 ãÎn/yムtøBF{$# ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# Nä3¯=yès9 Ïä!$s)Î=Î/ öNä3În/u tbqãZÏ%qè? ÇËÈ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.(Qs.Ar-Ra’du:2)
"Masing-Masing Beredar" adalah terjemahan dari "Wa Kullun Yajri". Lihat penggunaan kata "kullun" disini, yang berarti "semua" (indefinite). Perhatikan bagaimana Al-Qur'an menggunakan bentuk indefinite "kullun" (tidak mengacu secara spesifik kepada objek tertentu), bukannya kata indefinite "killahunna" yang berarti "keduanya". Al-Qur'an ingin mengatakan bukan hanya matahari dan bulan yang beredar, tapi semua yang ada di alam semesta, dilangit, itu beredar. Matahari, bumi, bulan, planet-planet dan bintang-bintang semuanya beredar. Kata "kullun" ini dipakai di semua ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan seperti di surah Yaasiin  ayat 40 diatas, diikuti pula kata benda/sifat/keterangan bentuk indefinite, seperti kata "musamman" yang berarti "ditentukan" merupakan bentuk indefinite, yang berarti tidak terbatas pada matahari dan bulan.
Pendapat para ulama shalafus shaleh terdahulu adalah:
1)Imam Abdul Qohir al-Baghdadi al-Isfiroyini berkata,”Ahlus Sunnah sepakat atas tetap dan tenangnya bumi, dan bahwasanya bumi itu hanya bergerak kalau terjadi sesuatu misalnya gempa atau lainnya.” (al-Farqu Bainal Firoq hal. 254),
2) Imam Ibnu Hazm:”Terdapat sebuah dalil bisa langsung disaksikan dengan pancaindera bahwa matahari mengelilingi bumi dari timur ke barat kemudian dari barat ke timur.” (Dalam al-Fishol 2/99),
3) Syaikhul Islam Ibny Taimiyah: Siapapun yang berada di bumi lalu melihat keadaan matahari saat terbit, saat berada di tengah-tengah, juga saat tenggelam. Di tiga waktu ini matahari berada pada kejauhan yang sama dan juga dalam satu bentuk, maka dia akan mengetahui bawa matahari itu beredar dalam sebuah garis edar yang berbentuk bulat.” (Majmu’ Fatawa 6/589),
4)Imam Ibnu Qayyim al Jauziya:”Kemudian perhatikan hikmah dari terbitnya matahari pada alam semesta, bagaimana Allah menentukannya, seandainya matahari hanya terbit di satu temat di langit lalu berhenti dan tidak bergerak, maka sinarnya tidak akan sampai ke banyak arah, karena bayangan salah satu bagian bumi yang bulat akan menghalangi bagian lainnya, maka bagian yang tidak terbit matahari di situ akan menjadi malam selamanya, dan bagian yang matahari terbit di situ akan siang selamanya, maka keduanya akan menjadi binasa. Dari sinilah maka hikmah Allah menuntut agar matahari itu terbit saat pagi hari dari timur kemudian tenggelam sebelah barat dan begitu seterusnya matahari selalu bersinar dan akan menyinari setiap bagian bumi sehingga dia menuju ke arah barat, dan akan menyinari bagian yang tadinya masih gelap saat pagi hari, dengan ini maka terjadilah pergantian malam dan siang yang dengannya maka bisa teraturlah kemaslahatan hidup manusia.” (Miftah Darus Sa’ada 2/55)
Juga berkata: Kemudian perhatikan penciptaan bumi yg masih tetap sebagimana saat diciptakan, yaitu berhenti, tdk bergerak, dan tenang, agar bisa menjadi tempat tinggal bagi hewan, tumbuhan, dan benda-benda lainnya, juga agar hewan dan manusia bisa bekerja dan bisa beristirahat, seandainya bumi itu bergoncang dan bergoyang maka mereka tiak akan bisa tenang hidup di atasnya dan tidak akan ada bangunan yg tetap berdiri tegak,”
5)Imam Abdul Azuz bu Baz:”Telah tersebar pada zaman ini di kalangan para penulis dan pengajar bahwa sanya bumi itu berputar sedangkan matahari itu tetap, dan pendapat ini diikuti oleh banyak orang, maka banyak sekali pertanyaan seputar masalah ini. Oleh karena itu, saya berpandangan bahwa wajib bagi saya untuk menulis masalah ini secara ringkas untuk menerangkan kepada pembaca akan batilnya pendapat ini dan menerangkan kepada mereka pendapat yang benar. Maka saya katakan Al-Qur’an dan as-Sunnah serta kesepakaan para ulama dan realita yang ada menunjukkan bahwa matahari itu beredar di garis edarnya sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala sedangkan bumi itu tetap tidak bergerak yang mana Allah menyiapkannya sebagai tempat tinggal dan Allah memantapkannya dengan gunung-gunung agar tidak bergerak bersama mereka.”
6)Syaih Muhammad bin Sholih al-Utsaimin: ”Adapun pendapat tentang peredaran matahari mengelilingi bumi yang dengannya akan terjadi perubahan siang dan malam, maka kami berpegang dengan zhohir dari nash al-Kitab dan as-sunanah bahwasanya mataharilah yang bergerak mengelilingi bumi yg dengannya terjadi pergeseran waktu siang dengan malam, sehingga ada dalil yang qhot’i yg dijadikan hujjah untuk bisa memalingkan dhohir yg bisa dijadikan hujjah untuk bisa memalingkah dhohiral-Kitab dan as-Sunnah, dan manakah dalil itu? Maka wajib atas setiap mu’min untuk berpegang teguh al-Kitab dan as-Sunnah dalam masalah ini ataupun lainnya. Adapun yang disebutkan oleh para astronom, itu semua belum sampai pada derajat meyakinkan, oleh karena itu kita tidak akan meninggalkan kitab Allah dan sunnah Rasulullah Saw hanya oleh itu semua. Dan kita harus menerangkan kepada orang muslim bahwa al-Quran dan as-Sunnah menegaskan bahwa terjadinya siang dan malam itu karena matahari yang berputar mengelilingi bumi bukan sebaliknya.
7) Syaikh Abdullah ad-Quwaisy banyak mengatakan bahwa matahari yg bergerak mengelilingi bumi dan bahwasanya bumi itu diam tidak bergerak dalam kitab beliau al-Marid, sebuah buku yg membantah Sayyid Quthb dalam tafsir Zhilal-nya
8) Syaikh Abdul Karim bin Sholih al-Humaid dalam kitabnya berjudul “Hidayatul Hairon Fi Mas’alatid Dauron ( Petunjuk bagi orang yang bingung tentang masalah peredaran matahari dan bumi ) menjelaskan bahwa yang benar adalah matahari mengelilingi bumi, sedangkan bumi mengelilingi matahari adalah sebuah pendapat yang bathil.
KESIMPULAN
1.      Dalam system heliosentris ini bintang-bintang masih dianggap melekat pada sebuah bola langit dan beredar mengelilingi matahari (yang beredar di pusat), dan pada bintang-bintang tersebut terdapat planet-planet (termasuk bumi) yang selalu beredar mengelilinya sepanjang lintasan-lintasan yang masing-masing berbentuk lingkaran.(Heliosentris)
2.      Allah menjadikan malam berputar atas siang, dan ini sebagai dalil bahwa peredaran malam dan siang itu terjadi pada bumi, seandainya bumi yang berputar maka semestinya bumilah yang menjadi pergantian malam dan siang (Geosentris)





















DAFTAR PUSTAKA

1.      Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, (Banyuwangi : Bismillah Publisher 2012)
2.      Andi Hakim Nasution, Pengantar ke Filsafat Sains, Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa ,1989
3.      Susiknan Azhari, Ensillopedi Hiasab Rukyat, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008
4.      Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik
5.      Ahmad Sabiq Bin Abdul Lathif  Abu Yusuf, Matahari Mengelilingi Bumi,  Gresik
6.      Rahmad Abdullah, Teori Absolutitas Matahari Mengelilingi Bumi,Sebuah Tanggapan Atas Teori Heliosentris Vs Geosentris,Pustaka Arofah,Solo,2011



[1] Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, (Banyuwangi : Bismillah Publisher 2012), cet-I, hal 182
[2] Andi Hakim Nasution, Pengantar ke Filsafat Sains, Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa ,1989, hal. 129
[3] Susiknan Azhari, Ensillopedi Hiasab Rukyat, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008, hal. 193

[4] Rahmad Abdullah, teori absolutitas matahari mengelilingi bumi,sebuah tanggapan atas teori heliosentris vs geosentris,pustaka arofah,Solo,2011, hal.58
[5] Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op. cit, hal 30 lihat pula Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, hal 188-191
[6] lihatlah ini pada muqaddimah Irsyadul Fuhul oleh imam syaukani 1/120 dst, Syarah Ushul Min Ilmil Ushul oleh syaih utsaimin hal.89, Ma’alim Ushul fiqh ‘inda ahlu sunnah waljama’ah oleh syaih muhammad al ziyani hal.114 dan kitab ushul lainnya)
[7] Ahmad sabiq bin abdul lathif  abu yusuf, matahari mengelilingi bumi,gresik 1429H, hal.133

Tidak ada komentar:

Posting Komentar