BAB
I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
Bumi sebagai pusat tata surya yang didukung
oleh teori geosentrisnya Ptolomeus dan matahari sebagai pusat tata surya oleh
teori Heliosentrisnya Copernicus, hal ini menghasilkan kontroversi bagi
kalangan ilmuwan dan agamawan pada saat itu. Namun, seiring perkembangan ilmu
pengetahuan, teori heliosentrislah yang memenangkan pergolakan ini dengan
didukung oleh penelitian ilmiah dan beberapa teori yang bisa menjelaskan
kebenaran teori Heliosentris dibandingkan teori geosentris karena adanya kerancuan sistem jagat raya ptolemeus. Itu
dibuktikan adanya penjelasan ilmiah dari Kepler yang berdasar dari penelitian
dan menghasilkan hukum-hukum kepler. Akan
tetapi, ini tidak serta merta diterima saja pada saat itu, kalangan gerejawan
menolak mentah-mentah teori heliosentris karena melenceng dari apa yang
dijelaskan dari kitab suci Kristen. Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya
pihak gerejawan menerima hal itu.Kemudian, jika kita tinjau dari sisi AL-Qur’an
sebenarnya Al-Qur’an senada dengan Bibel. Ada beberapa ayat dari Al-Qur’an yang
menolak teori Heliosentris. Dalam makalah ini akan penulis uraikan peranan
matahari dan system tata surya Sembilan
planet yang mengitarinya (heliosentris) dalam pandangan ilmu tafsir.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rusan masalah dalam makalah ini :
1. Apakah Pengertian
Heliosentris?
2. Bagaimana
pandangan ulama terhadap heliosentris
C.Tujuan
Penelitian
Tujuan makalah
ini adalah agar kita dapat memahami tentang pendapat heliosentiris dan pendapat
para ulama tafsir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Heliosentris
Dalam astronomi, Heliosentrisme
adalah teori yang berpendapat bahwa Matahari bersifat stasioner dan berada pada
pusat alam semesta. Kata berasal dari bahasa Yunani (ήλιος Helios =
Matahari, dan κέντρον kentron =
pusat). Secara historis, heliosentrisme bertentangan dengan geosentrisme, yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta.
Diskusi mengenai kemungkinan heliosentrisme terjadi sejak zaman klasik.
Barulah ketika abad ke-16 dapat ditemukan suatu model matematis dapat
meramalkan secara lengkap sistem heliosentris, yaitu Nicolaus Copernicus, seorang ahli matematika dan astronom. Pada
abad berikutnya, model tersebut dijabarkan dan diperluas oleh Johannes Kepler dan
pengamatan pendukung dengan menggunakan teleskop diberikan oleh Galileo Galilei[1]
Teori holiosentris yang pertamakali dilontarkan
oleh pytagoras dan variannya memberikan pengertian sebagai berikut:
1. Matahari
berada dalam keadaan diam
3. Matahari
dinyatakann sebagai pusat tata surya.
Pandangan
teori diatas pada saat itu masih dalam bingkai pemikiran hipotesa yang bersifat
spekulatif karena masa itu belum ada pembuktian empiris melalui eksperimental
meskipun hanya pengamatan dengan alat teropong bintang atau teleskop, kemudian
sekitar 12 abad berikutnya , nicolaus copernius dalam bukunya “ De
Revolutionibus Orbium Caelestium “ menghidupkan kembali gagasan teori
heliosentris diatas.dia mengemukakan beberapa hal berikut ini :
1. Matahari
adalah pusat tata surya yang mana bumi sebagai salah satu planetnya beredar
mengelilingi matahari bersama planet-planet lainnya.
2. Bulan beredar
mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari
3. Bumi
berputar pada porosnya dari barat ketimur yang mengakibatkan adanya siang dan
malam dan pandangan gerakan bintang-bintang serta matahari selalu bergerak
kearah barat.
Teori ini juga diperkuat lagi oleh seorang
astronom jerman johanes kepler[4] (1751-1630)
yang telah menapaki uji eksperimen empiris melalui pengamatan teleskop
replaktor dan menerbitkan buku “ Astromia Nova” dengan menyatakan hukum
gerak planet:
1. Setiap
planet bergerak dalam orbit berbentuk elips mengelilingi matahari berada
disalah satu titik focus elips.
2. Kelanjutan
gerak planet-planet pada orbitnya bertambah besar ketika mendekati matahari dan
bertambah kecil ketika manjauhi matahari.
3. Planet-planet
bukan hanya beredar dalam elliptical (orbit bujur) mengelilingi matahari, akan
tetapi mereka juga bergerak rotasi pada
porosnya dengan kelajuan yang tidak menentu[5]
4. Garis
lurus antara matahari dengan planet menyapu luasan yang sama untuk waktu yang
sama.
Kemudian
pada tahun 1619, Kepler menemukan hukum gerak terkait periode dan jarak
matahari dengan planet.
B. Susunan Tata Surya
Matahari adalah salah satu dari 100 milyar
bintang di dalam Galaksi. Matahari sebagai pusat tata surya berada pada jarak
30 tahun cahaya dari pusat Bhima Sakti. Orang-orang
Yunani telah dapat mengenal 5 planet, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Yupiter,
dan Saturnus. Merkurius dan Venus disebut planet dalam, sedangkan Mars,
Yupiter, dan Saturnus yang berada di luar garis edar Matahari disebut planet
luar. Pada abad ke-16, seorang ilmuwan Polandia bernama Nikolas Kopernikus berhasil
mengubah pandangan salah yang telah dianut berabad-abad lamanya. Menurut
Kopernikus, Bumi adalah Planet, dan seperti halnya dengan planet yang lain,
beredar. Di samping planet dan satelit,
benda angkasa lain yang juga beredar mengelilingi Matahari adalah komet-komet,
meteor-meteor, debu, dan gas antar planet. Suatu sistem di mana benda-benda
langit beredar mengelilingi Matahari sebagai pusat disebut sistem tata surya.
Peredaran planet mengelilingi Matahari disebut gerak revolusi. Di samping itu,
planet planet beredar mengelilingi sumbunya yang disebut rotasi. Adanya gerak
rotasi pada bumi dan planet menyebabkan timbulnya peredaran siang dan malam
pada bumi dan planet-planet. Dilihat dari selatan, gerak revolusi maupun gerak
rotasi planet-planet berlawanan arah jarum jam, atau dari Timur ke Barat, ada
beberapa yang searah jarum jam. Waktu untuk satu putaran revolusi disebut kala
revolusi, sedang waktu satu putaran rotasi disebut kala rotasi. Untuk bumi,
kala revolusinya adalah 1 tahun (365 1/4 hari), sedangkan kala rotasinya 1 hari
(24 jam). Yupiter merupakan planet yang terbesar, sedangkan Merkurius
merupakan planet terkecil (di luar Asteroida). Pluto mempunyai massa
jenis paling besar dibandingkan planet yang lain. Saturnus mempunyai massa jenis
paling kecil, dan lebih kecil dari massa jenis air sehingsa Saturnus akan
terapung di dalam air. Semakin jauh planet dari Matahari, semakin besar kala
revolusinya. Sepintas lalu. tidak ada kaitan antara kala rotasi planet dengan
massa, garis tengah, massa jenis dan jaraknya terhadap Matahari.
C. Menurut Ulama Bumi Diam
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
أَن تَزُولَا وَلَئِن زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِّن بَعْدِهِ إِنَّهُ
كَانَ حَلِيماً غَفُوراً
“Sesungguhnya
Allah menahan langit dan bumi supaya jangan bergeser, dan sungguh jika keduanya
akan bergeser tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah.
Sesungguhnya Dia itu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir
[35]:41)
Ayat
ini sangat jelas menunjukkan bahwa bumi tidak bergerak, seandainya bumi itu
bergerak mengelilingi matahari berarti bumi itu bergeser dari satu tempat ke
tempat lainnya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَن تَقُومَ السَّمَاء وَالْأَرْضُ
بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِّنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنتُمْ تَخْرُجُون
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah berhentinya langit dan bumi dengan
izin-Nya.”
(QS. Ar-Rum [30]:25)
Para ulama’
bahasa dan tafsir mengatakan bahwa maksudnya adalah berhenti dan diam di satu
tempat, tidak maju dan tidak mundur. Kemudian Ibnu Mandhur berkata: “Di
antara makna ini adalah firman Allah,”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
adalah berhentinya langit dan bumi dengan izin-Nya.” (QS. Ar-Rum [30]:25)”
artinya adalah diam dan tetap, serta tidak bergerak dan tidak pula berputar.”
(Lisanul Arab 12/498).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَجَعَلْنَا
فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجاً سُبُلاً لَعَلَّهُمْ
يَهْتَدُونَ
“Dan Kami
jadikan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh supaya bumi (itu) tidak goncang
bersama mereka.” (QS. Al-Anbiya’ [21]:31)
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ
“Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan
gunung-gunung di (permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoncangkan kamu.” (QS. Luqman
[31]:10)
Dalil as-Sunnah:
Dari Shafwan
bin Assal al-Muradi berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah
menjadikan sebuah pintu taubat di sebelah barat, lebarnya sepanjang perjalanan
tujuh puluh tahun, pintu ini tidak akan ditutup sehingga matahari akan terbit
dari arahnya.” (Hadits Hasan Shahih riwayat Ahmad, Tirmidzi,
Ibnu Majah, Thabrani)
Dalil as-Sunnah:
Dari Miqdad bin Aswad dari Rasulullah bersabda:
“Pada hari kiamat matahari akan didekatkan kepada makhluk sehingga berjalak
satu mil.”
(HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi)
Dalam riwayat Uqbah bin Amir, Rasulullah
bersabda: “Matahari mendekat ke bumi, maka manusia mengeluarkan keringat.” (HR.Ahmad,
Thabrani, Ibnu Hibban, Hakim, berkata al-Haitsami: Sanad riwayat Thabrani
Bagus)
Dalil as-Sunnah:
Dari Anas bin Malik dari Rasulullah bersabda:
“Tatkala Allah menciptakan bumi, maka bumi itu bergerak, lalu Allah menciptakan
gunung-gunung dan menancapkannya di atas bumi, maka bumi pun tenang.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi, dilemahkan oleh syaikh Albani)
Kesepakatan Para Ulama’
- Berkata
Imam Abdul Qahir al-Baghdadi: “Ahlus Sunnah sepakat atas tetapnya dan tenangnya
bumi, dan bahwasanya bumi itu hanya bergerak kalau terjadi sesuatu
misalnya gempa atau lainnya.” (Lihat al-Farqu Bainal Firaq)
- Berkata
Imam al-Qurthubi: “Yang diyakini oleh kaum muslimin dan ahli kitab ialah
bahwa bumi itu berhenti dan tetap tenang, dan biasanya gerakannua itu
hanya terjadi kalau ada gempa.” (Tafsir al-Qurthubi)
- Berkata
Imam Ibnu Hazm: “Terdapat sebuah dalil yang paten dan bisa langsung
disaksikan dengan panca indera bahwa matahari mengelilingi bumi dari timur
ke barat kemudian dari barat ke timur.” (Lihat al-Fishal)
- Berkata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Siapa pun yang berada di bumi lalu melihat
keadaan matahari saat terbit, saat berada di tengah-tengah, juga saat
tenggelam. Di tiga waktu ini matahari berada pada kejauhan yang sama dan
juga dalam satu bentuk, maka dia akan mengetahui bahwa matahari iru
beredar dalam sebuah garis edar berbentuk bulat.” (Majmu’ Fatawa)
- Berkata
Imam Ibnul Qayyim: “ Kemudian perhatikan penciptaan bumi yang tetap
sebagaimana saat diciptakan, yaitu berhenti tidak bergerak dan tenang,
agar bisa menjadi tempat tinggal bagi hewan, tumbuhan dan
benda-benda lainnya.” (Lihat Miftah Darus Saadah)
- Berkata
al-Hafidz Ibnu Hajar saat menerangkan hadits Abu Hurairah: “Maksud dari
keterangan ini adalah menjelaskan bahwa matahari beredar setiap hari dan
setiap malam.” (Lihat Fathul Baari)
- Berkata
Syaikh Abdul Aziz bin Baz: “Maka saya katakan, ‘Al-Qur’an, as-Sunnah,
serta kesepakatan para ulama dan realita yang ada menunjukkan bahwa
matahari itu beredar di garis edarnya sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala sedangkan bumi itu tetap diam tidak bergerak,
yang mana Allah menyiapkannya sebagai tempat tinggal dan Allah
memantapkannya dengan gunung-gunung agar tidak bergerak bersama mereka.”
(Lihat al-Adillah an-Naqliyah wal-Hissiyah)
- Dan masih
banyak lagi perkataan ulama yang serupa.
D. Matahari dan Bulan Mengelilingi Bumi Menurut
Al-Qur'an
benarkah
Al-Qur'an menyatakan bumi itu pusat tata surya? Berikut adalah beberapa ayat
yang menyatakan peredaran matahari dan bulan :
[36:37] Dan
suatu tanda bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu,
maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.
[36:38] dan matahari berjalan ditempat peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui
[36:38] dan matahari berjalan ditempat peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui
[36:39] Dan
telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga kembalilah dia
sebagai bentuk tandan yang tua
[36:40] Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya
Dari surah Yaasiin ayat 37-40 di atas, dapat
diambil kesimpulan :
- Allah
menggunakan bahasa menanggalkan siang dari malam, menandakan bahwa
sesungguhnya alam semesta itu didominasi oleh malam (gelap), dan siang itu
adalah sesuatu yang "ditempelkan" kepada kegelapan (malam) itu.
Menanggalkan pigura dari tembok, berarti yang dominan adalah temboknya
dimana piguranya sebelumnya ditempelkan di tembok.
- Matahari
pun berrevolusi (berjalan) mengitari orbitnya sendiri, mengitari pusat
dari galaksi, menuju "tempat peristirahatannya".
"Limustaqarrin Laha" yang diartikan "di tempat
peredarannya" yang secara literal berarti "menuju (tempat/waktu)
yang telah ditentukan" berarti pula "menjadi keadaan
stabil/tetap" atau "menuju tempat
peristirahatan/pemberhentiannya". Garis edar sendiri bahasa arabnya
adalah "falak". Ayat ini ingin menunjukkan bahwa matahari
beredar "sampai waktu yang ditentukan, ketika telah sampai ke tempat
peristirahatannya atau dalam kondisi stabil/tidak bergerak lagi".
- Penetapan
manzilah-manzilah bagi bulan, hanya dapat dilakukan apabila bumi juga
berotasi serta berevolusi dan bulan juga mengelilingi bumi, akan
dipaparkan di bawah insya Allah.
- Orbit
(falakin) yang berbeda antara matahari dan bulan (masing-masing).
- Garis edar
matahari dan bulan tidak terkait dengan pergantian siang dan malam,
sehingga Allah menyatakan dua hal sebagai penegasan "Tidak mungkin
matahari mendapatkan bulan" karena masing-masing memiliki garis edar
yang berbeda, matahari mengelilingi galaksi, bulan mengelilingi bumi, dan
"Malam Tidak Dapat Mendahului Siang", karena bumi
berbentuk bulat dan berputar. Matahari dan bulan mungkin saja sejajar,
tetapi tetap "matahari tidak mungkin mendapatkan bulan".
Dalam kaitannya
dengan pernyataan peredaran matahari dan bulan, Allah selalu menyertakan malam
dan siang bisa jadi dengan maksud (wallahu a'lam) :
- Agar
peredaran matahari dan bulan tidak disamakan dengan pergantian malam dan
siang, karena matahari beredar tidak mengelilingi bumi, akan tetapi sebaliknya
bumi yang mengelilingi matahari, sehingga penyertaan siang dan malam itu
sebagai penegasan bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan
"pergantian malam dan siang" adalah dua hal yang berbeda.
- Penggunaan
kata "malam dan siang" (laila wan nahaar), dimana kata
"malam" selalu disebutkan lebih dulu daripada "siang",
menandakan bahwa malam lebih dulu diciptakan daripada siang, sebagaimana
matahari diciptakan terlebih dahulu daripada bulan, menurut Al-Qur'an,
karena kata "matahari" selalu disebut lebih dahulu daripada
"bulan".
- Selain itu
penggunaan kalimat "malam dan siang", bukannya "siang dan
malam", dimaksudkan agar tidak dapat dipasangkan dengan
"matahari dan bulan", apabila seseorang melihat kedua kalimat
tersebut dari segi urutan kata-katanya, sehingga semakin jelas bahwa
"peredaran matahari dan bulan" berbeda dengan "pergantian
malam dan siang", karena matahari yang selalu lebih dulu disebut
daripada bulan, hal ini berbeda dengan malam (yang berasosiasi dengan
bulan/gelap) yang disebut lebih dulu daripada siang (yang berasosiasi
dengan matahari/terang).
- Ayat-ayat
lain yang menyebutkan mengenai beredarnya matahari dan bulan, yang dapat
kita lihat selalu pula disebutkan "malam" dan "siang",
juga dimaksudkan agar orang-orang dapat mengerti bahwa "peredaran
matahari dan bulan" dan "malam dan siang" merupakan dua hal
yang berbeda . Ayat-ayat itu adalah Q.S 14:33, 21:33, 31:29, 35:13, dan
39:5 .
Sekarang kita lihat di ayat yang lain :
[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit
tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu
yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
"masing-masing beredar" adalah
terjemahan dari "wa kullun yajri". Lihat penggunaan kata
"kullun" disini, yang berarti "semua" (indefinite).
Perhatikan bagaimana Al-Qur'an menggunakan bentuk indefinite
"kullun" (tidak mengacu secara spesifik kepada objek tertentu),
bukannya kata indefinite "killahunna" yang berarti
"keduanya". Al-Qur'an ingin mengatakan bukan hanya matahari dan bulan
yang beredar, tapi semua yang ada di alam semesta, dilangit, itu beredar.
Matahari, bumi, bulan, planet-planet dan bintang-bintang semuanya beredar. Kata
"kullun" ini dipakai di semua ayat yang menyatakan peredaran matahari
dan bulan seperti di surah Yaasiin (36) ayat 40 diatas, diikuti pula kata
benda/sifat/keterangan bentuk indefinite, seperti kata
"musamman" yang berarti "ditentukan" merupakan bentuk indefinite,
yang berarti tidak terbatas pada matahari dan bulan.
[2]
Blavatsky (1877),Part One,Chafter I. lihat
:www.wikipedia.org/heliosentrism.
[3]
Lihat :www.wikipedia.org/heliocentrism
[4]
Fisikiawan johannas keppler menulis buku dioptik dengan judul “Ad
villipomena”yang didasarkan sepenuhnya dari karya ibnu haytsam.lihat : Alqur’an
dan ilmu kealamaan,Prof.ahmad baiquni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar