Senin, 26 Mei 2014

peranan matahari dan system tata surya Sembilan planet yang mengitarinya (heliosentris) dalam pandangan ilmu tafsir

BAB I
PENDAHULUAN
 A .Latar Belakang
Bumi sebagai pusat tata surya yang didukung oleh teori geosentrisnya Ptolomeus dan matahari sebagai pusat tata surya oleh teori Heliosentrisnya Copernicus, hal ini menghasilkan kontroversi bagi kalangan ilmuwan dan agamawan pada saat itu. Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan, teori heliosentrislah yang memenangkan pergolakan ini dengan didukung oleh penelitian ilmiah dan beberapa teori yang bisa menjelaskan kebenaran teori Heliosentris dibandingkan teori geosentris karena adanya kerancuan sistem jagat raya ptolemeus. Itu dibuktikan adanya penjelasan ilmiah dari Kepler yang berdasar dari penelitian dan menghasilkan hukum-hukum kepler. Akan tetapi, ini tidak serta merta diterima saja pada saat itu, kalangan gerejawan menolak mentah-mentah teori heliosentris karena melenceng dari apa yang dijelaskan dari kitab suci Kristen. Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya pihak gerejawan menerima hal itu.Kemudian, jika kita tinjau dari sisi AL-Qur’an sebenarnya Al-Qur’an senada dengan Bibel. Ada beberapa ayat dari Al-Qur’an yang menolak teori Heliosentris. Dalam makalah ini akan penulis uraikan peranan matahari dan  system tata surya Sembilan planet yang mengitarinya (heliosentris) dalam pandangan ilmu tafsir.
B. Rumusan Masalah
Adapun rusan masalah dalam makalah ini :
1.      Apakah Pengertian Heliosentris?
2.      Bagaimana pandangan ulama terhadap heliosentris
C.Tujuan Penelitian
Tujuan makalah ini adalah agar kita dapat memahami tentang pendapat heliosentiris dan pendapat para ulama tafsir





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Heliosentris
Dalam astronomi, Heliosentrisme adalah teori yang berpendapat bahwa Matahari bersifat stasioner dan berada pada pusat alam semesta. Kata berasal dari bahasa Yunani (ήλιος Helios = Matahari, dan κέντρον kentron = pusat). Secara historis, heliosentrisme bertentangan dengan geosentrisme, yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta. Diskusi mengenai kemungkinan heliosentrisme terjadi sejak zaman klasik. Barulah ketika abad ke-16 dapat ditemukan suatu model matematis dapat meramalkan secara lengkap sistem heliosentris, yaitu Nicolaus Copernicus, seorang ahli matematika dan astronom. Pada abad berikutnya, model tersebut dijabarkan dan diperluas oleh Johannes Kepler dan pengamatan pendukung dengan menggunakan teleskop diberikan oleh Galileo Galilei[1]
Teori holiosentris yang pertamakali dilontarkan oleh pytagoras dan variannya memberikan pengertian sebagai berikut:
1.      Matahari berada dalam keadaan diam
2.      Planet-planet termasuk bumi bergerak mengelilingi  matahari[2]
3.      Matahari dinyatakann sebagai pusat tata surya.
4.      Matahari dinyatakan sebagai pusat alam semesta  (universe)[3]
Pandangan teori diatas pada saat itu masih dalam bingkai pemikiran hipotesa yang bersifat spekulatif karena masa itu belum ada pembuktian empiris melalui eksperimental meskipun hanya pengamatan dengan alat teropong bintang atau teleskop, kemudian sekitar 12 abad berikutnya , nicolaus copernius dalam bukunya “ De Revolutionibus Orbium Caelestium “ menghidupkan kembali gagasan teori heliosentris diatas.dia mengemukakan beberapa hal berikut ini :
1.      Matahari adalah pusat tata surya yang mana bumi sebagai salah satu planetnya beredar mengelilingi matahari bersama planet-planet lainnya.
2.      Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari
3.      Bumi berputar pada porosnya dari barat ketimur yang mengakibatkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang serta matahari selalu bergerak kearah barat.
Teori ini juga diperkuat lagi oleh seorang astronom jerman johanes kepler[4] (1751-1630) yang telah menapaki uji eksperimen empiris melalui pengamatan teleskop replaktor dan menerbitkan buku “ Astromia Nova” dengan menyatakan hukum gerak planet:
1.      Setiap planet bergerak dalam orbit berbentuk elips mengelilingi matahari berada disalah satu titik focus elips.
2.      Kelanjutan gerak planet-planet pada orbitnya bertambah besar ketika mendekati matahari dan bertambah kecil ketika manjauhi matahari.
3.      Planet-planet bukan hanya beredar dalam elliptical (orbit bujur) mengelilingi matahari, akan tetapi mereka juga  bergerak rotasi pada porosnya dengan kelajuan yang tidak menentu[5]
4.      Garis lurus antara matahari dengan planet menyapu luasan yang sama untuk waktu yang sama.
 







Kemudian pada tahun 1619, Kepler menemukan hukum gerak terkait periode dan jarak matahari dengan planet.
B. Susunan Tata Surya
Matahari adalah salah satu dari 100 milyar bintang di dalam Galaksi. Matahari sebagai pusat tata surya berada pada jarak 30 tahun cahaya dari pusat Bhima Sakti.  Orang-orang Yunani telah dapat mengenal 5 planet, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus.  Merkurius dan Venus disebut planet dalam, sedangkan Mars, Yupiter, dan Saturnus yang berada di luar garis edar Matahari disebut planet luar. Pada abad ke-16, seorang ilmuwan Polandia bernama Nikolas Kopernikus berhasil mengubah pandangan salah yang telah dianut berabad-abad lamanya. Menurut Kopernikus, Bumi adalah Planet, dan seperti halnya dengan planet yang lain, beredar.  Di samping planet dan satelit, benda angkasa lain yang juga beredar mengelilingi Matahari adalah komet-komet, meteor-meteor, debu, dan gas antar planet. Suatu sistem di mana benda-benda langit beredar mengelilingi Matahari sebagai pusat disebut sistem tata surya. Peredaran planet mengelilingi Matahari disebut gerak revolusi. Di samping itu, planet planet beredar mengelilingi sumbunya yang disebut rotasi. Adanya gerak rotasi pada bumi dan planet menyebabkan timbulnya peredaran siang dan malam pada bumi dan planet-planet. Dilihat dari selatan, gerak revolusi maupun gerak rotasi planet-planet berlawanan arah jarum jam, atau dari Timur ke Barat, ada beberapa yang searah jarum jam. Waktu untuk satu putaran revolusi disebut kala revolusi, sedang waktu satu putaran rotasi disebut kala rotasi. Untuk bumi, kala revolusinya adalah 1 tahun (365 1/4 hari), sedangkan kala rotasinya 1 hari  (24 jam). Yupiter merupakan planet yang terbesar, sedangkan Merkurius merupakan planet terkecil  (di luar Asteroida). Pluto mempunyai massa jenis paling besar dibandingkan planet yang lain. Saturnus mempunyai massa jenis paling kecil, dan lebih kecil dari massa jenis air sehingsa Saturnus akan terapung di dalam air. Semakin jauh planet dari Matahari, semakin besar kala revolusinya. Sepintas lalu. tidak ada kaitan antara kala rotasi planet dengan massa, garis tengah, massa jenis dan jaraknya terhadap Matahari.
C. Menurut Ulama Bumi Diam
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَن تَزُولَا وَلَئِن زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِّن بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيماً غَفُوراً
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan bergeser, dan sungguh jika keduanya akan bergeser tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia itu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir [35]:41)
Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa bumi tidak bergerak, seandainya bumi itu bergerak mengelilingi matahari berarti bumi itu bergeser dari satu tempat ke tempat lainnya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَن تَقُومَ السَّمَاء وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِّنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنتُمْ تَخْرُجُون
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah berhentinya langit dan bumi dengan izin-Nya.” (QS. Ar-Rum [30]:25)
Para ulama’ bahasa dan tafsir mengatakan bahwa maksudnya adalah berhenti dan diam di satu tempat, tidak maju dan tidak mundur. Kemudian Ibnu Mandhur berkata: “Di antara makna ini adalah firman Allah,”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah berhentinya langit dan bumi dengan izin-Nya.” (QS. Ar-Rum [30]:25)” artinya adalah diam dan tetap, serta tidak bergerak dan tidak pula berputar.” (Lisanul Arab 12/498).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجاً سُبُلاً لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan Kami jadikan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh supaya bumi (itu) tidak goncang bersama mereka.” (QS. Al-Anbiya’ [21]:31)
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung di (permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoncangkan kamu.” (QS. Luqman [31]:10)
Dalil as-Sunnah:
Dari Shafwan bin Assal al-Muradi berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah menjadikan sebuah pintu taubat di sebelah barat, lebarnya sepanjang perjalanan tujuh puluh tahun, pintu ini tidak akan ditutup sehingga matahari akan terbit dari arahnya.” (Hadits Hasan Shahih riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Thabrani)
Dalil as-Sunnah:
Dari Miqdad bin Aswad dari Rasulullah bersabda: “Pada hari kiamat matahari akan didekatkan kepada makhluk sehingga berjalak satu mil.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi)
Dalam riwayat Uqbah bin Amir, Rasulullah bersabda: “Matahari mendekat ke bumi, maka manusia mengeluarkan keringat.” (HR.Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, Hakim, berkata al-Haitsami: Sanad riwayat Thabrani Bagus)
Dalil as-Sunnah:
Dari Anas bin Malik dari Rasulullah bersabda: “Tatkala Allah menciptakan bumi, maka bumi itu bergerak, lalu Allah menciptakan gunung-gunung dan menancapkannya di atas bumi, maka bumi pun tenang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dilemahkan oleh syaikh Albani)
Kesepakatan Para Ulama’
  1. Berkata Imam Abdul Qahir al-Baghdadi: “Ahlus Sunnah sepakat atas tetapnya dan tenangnya bumi, dan bahwasanya bumi itu hanya bergerak kalau terjadi sesuatu misalnya gempa atau lainnya.” (Lihat al-Farqu Bainal Firaq)
  2. Berkata Imam al-Qurthubi: “Yang diyakini oleh kaum muslimin dan ahli kitab ialah bahwa bumi itu berhenti dan tetap tenang, dan biasanya gerakannua itu hanya terjadi kalau ada gempa.” (Tafsir al-Qurthubi)
  3. Berkata Imam Ibnu Hazm: “Terdapat sebuah dalil yang paten dan bisa langsung disaksikan dengan panca indera bahwa matahari mengelilingi bumi dari timur ke barat kemudian dari barat ke timur.” (Lihat al-Fishal)
  4. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Siapa pun yang berada di bumi lalu melihat keadaan matahari saat terbit, saat berada di tengah-tengah, juga saat tenggelam. Di tiga waktu ini matahari berada pada kejauhan yang sama dan juga dalam satu bentuk, maka dia akan mengetahui bahwa matahari iru beredar dalam sebuah garis edar berbentuk bulat.” (Majmu’ Fatawa)
  5. Berkata Imam Ibnul Qayyim: “ Kemudian perhatikan penciptaan bumi yang tetap sebagaimana saat diciptakan, yaitu berhenti tidak bergerak dan tenang, agar bisa menjadi tempat  tinggal bagi hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya.” (Lihat Miftah Darus Saadah)
  6. Berkata al-Hafidz Ibnu Hajar saat menerangkan hadits Abu Hurairah: “Maksud dari keterangan ini adalah menjelaskan bahwa matahari beredar setiap hari dan setiap malam.” (Lihat Fathul Baari)
  7. Berkata Syaikh Abdul Aziz bin Baz: “Maka saya katakan, ‘Al-Qur’an, as-Sunnah, serta kesepakatan para ulama dan realita yang ada menunjukkan bahwa matahari itu beredar di garis edarnya sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala sedangkan bumi itu tetap diam tidak bergerak, yang mana Allah menyiapkannya sebagai tempat tinggal dan Allah memantapkannya dengan gunung-gunung agar tidak bergerak bersama mereka.” (Lihat al-Adillah an-Naqliyah wal-Hissiyah)
  8. Dan masih banyak lagi perkataan ulama yang serupa.
D. Matahari dan Bulan Mengelilingi Bumi Menurut Al-Qur'an
benarkah Al-Qur'an menyatakan bumi itu pusat tata surya? Berikut adalah beberapa ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan :
[36:37] Dan suatu tanda bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.
[36:38] dan matahari berjalan ditempat peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui
[36:39] Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua                   
[36:40] Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya
Dari surah Yaasiin ayat 37-40 di atas, dapat diambil kesimpulan :
  1. Allah menggunakan bahasa menanggalkan siang dari malam, menandakan bahwa sesungguhnya alam semesta itu didominasi oleh malam (gelap), dan siang itu adalah sesuatu yang "ditempelkan" kepada kegelapan (malam) itu. Menanggalkan pigura dari tembok, berarti yang dominan adalah temboknya dimana piguranya sebelumnya ditempelkan di tembok.
  2. Matahari pun berrevolusi (berjalan) mengitari orbitnya sendiri, mengitari pusat dari galaksi, menuju "tempat peristirahatannya". "Limustaqarrin Laha" yang diartikan "di tempat peredarannya" yang secara literal berarti "menuju (tempat/waktu) yang telah ditentukan" berarti pula "menjadi keadaan stabil/tetap" atau "menuju tempat peristirahatan/pemberhentiannya". Garis edar sendiri bahasa arabnya adalah "falak". Ayat ini ingin menunjukkan bahwa matahari beredar "sampai waktu yang ditentukan, ketika telah sampai ke tempat peristirahatannya atau dalam kondisi stabil/tidak bergerak lagi".
  3. Penetapan manzilah-manzilah bagi bulan, hanya dapat dilakukan apabila bumi juga berotasi serta berevolusi  dan bulan juga mengelilingi bumi, akan dipaparkan di bawah insya Allah.
  4. Orbit (falakin) yang berbeda antara matahari dan bulan (masing-masing).
  5. Garis edar matahari dan bulan tidak terkait dengan pergantian siang dan malam, sehingga Allah menyatakan dua hal sebagai penegasan "Tidak mungkin matahari mendapatkan bulan" karena masing-masing memiliki garis edar yang berbeda, matahari mengelilingi galaksi, bulan mengelilingi bumi, dan "Malam Tidak Dapat Mendahului Siang", karena bumi berbentuk bulat dan berputar. Matahari dan bulan mungkin saja sejajar, tetapi tetap "matahari tidak mungkin mendapatkan bulan".
Dalam kaitannya dengan pernyataan peredaran matahari dan bulan, Allah selalu menyertakan malam dan siang bisa jadi dengan maksud (wallahu a'lam) :
  1. Agar peredaran matahari dan bulan tidak disamakan dengan pergantian malam dan siang, karena matahari beredar tidak mengelilingi bumi, akan tetapi sebaliknya bumi yang mengelilingi matahari, sehingga penyertaan siang dan malam itu sebagai penegasan bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan "pergantian malam dan siang" adalah dua hal yang berbeda.
  2. Penggunaan kata "malam dan siang" (laila wan nahaar), dimana kata "malam" selalu disebutkan lebih dulu daripada "siang", menandakan bahwa malam lebih dulu diciptakan daripada siang, sebagaimana matahari diciptakan terlebih dahulu daripada bulan, menurut Al-Qur'an, karena kata "matahari" selalu disebut lebih dahulu daripada "bulan".
  3. Selain itu penggunaan kalimat "malam dan siang", bukannya "siang dan malam", dimaksudkan agar tidak dapat dipasangkan dengan "matahari dan bulan", apabila seseorang melihat kedua kalimat tersebut dari segi urutan kata-katanya, sehingga semakin jelas bahwa "peredaran matahari dan bulan" berbeda dengan "pergantian malam dan siang", karena matahari yang selalu lebih dulu disebut daripada bulan, hal ini berbeda dengan malam (yang berasosiasi dengan bulan/gelap) yang disebut lebih dulu daripada siang (yang berasosiasi dengan matahari/terang).
  4. Ayat-ayat lain yang menyebutkan mengenai beredarnya matahari dan bulan, yang dapat kita lihat selalu pula disebutkan "malam" dan "siang", juga dimaksudkan agar orang-orang dapat mengerti bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan "malam dan siang" merupakan dua hal yang berbeda . Ayat-ayat itu adalah Q.S 14:33, 21:33, 31:29, 35:13, dan 39:5 .
Sekarang kita lihat di ayat yang lain :
[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
"masing-masing beredar" adalah terjemahan dari "wa kullun yajri". Lihat penggunaan kata "kullun" disini, yang berarti "semua" (indefinite). Perhatikan bagaimana Al-Qur'an menggunakan bentuk indefinite "kullun" (tidak mengacu secara spesifik kepada objek tertentu), bukannya kata indefinite "killahunna" yang berarti "keduanya". Al-Qur'an ingin mengatakan bukan hanya matahari dan bulan yang beredar, tapi semua yang ada di alam semesta, dilangit, itu beredar. Matahari, bumi, bulan, planet-planet dan bintang-bintang semuanya beredar. Kata "kullun" ini dipakai di semua ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan seperti di surah Yaasiin (36) ayat 40 diatas, diikuti pula kata benda/sifat/keterangan bentuk indefinite, seperti kata "musamman" yang berarti "ditentukan" merupakan bentuk indefinite, yang berarti tidak terbatas pada matahari dan bulan.




[2] Blavatsky (1877),Part One,Chafter I. lihat :www.wikipedia.org/heliosentrism.
[3] Lihat :www.wikipedia.org/heliocentrism
[4] Fisikiawan johannas keppler menulis buku dioptik dengan judul “Ad villipomena”yang didasarkan sepenuhnya dari karya ibnu haytsam.lihat : Alqur’an dan ilmu kealamaan,Prof.ahmad baiquni.
[5][5] Dr. Zakir Naik, Islamic Researh Foundation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar