Senin, 26 Mei 2014

urgensi peredaran bulan dalam pembuatan kalender Qomariyah atau Hijriyah di kaji dari segi astronomi. ( Ismail Ridwan )

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar belakang
Al Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, bersifat universal dan mencakup didalamnya sumber berbagai ilmu pengetahuan dan mutlak kebenarannya. Manusia dikaruniai oleh Allah Swt akal budi, yang dengannya manusia berbeda dengan makhluk ciptaan yang lain. Dengan akal budi manusia diberi kesempatan untuk berfikir menelaah ilmu-ilmu Allah Swt baik yang ada di alam raya maupun yang tertulis dalam al Quran.
Sejatinya dalam Al-Qur’an banyak menerangkan realitas kosmos (alam semesta), namun kebanyakan ia tak menjelaskan ayat-ayat saintis itu secara rinci dengan menggunakan argumentatif, premis, logika, rumus, foto seperti penjelasan pakar saintik masa kini. Akan tetapi Al-Qur’an memaparkannya melalui isyarat, simbol, isyti’aroh, atapun ungkapan yang sangat simpel. Barangkali Allah memang sengaja menurunkan ayat kauniyah itu, walaupun belum bisa dipahami bangsa Arab pada masa diturunkannya karena simpul pengetahuan peradaban ilmu (sains) kala itu masih terbatas. Mungkin Allah ingin menjelaskan ayat kauniyah itu pada kurun mendatang (masa modern, besok) dengan cahaya cakrawala keilmuan yang diturunkan Tuhan pada penemuan-penemuan ilmiah para pakar dibidangnya.
Salah satu benda langit yang sering disebut adalah bulan. Bulan sering disebutkan dalam al Quran, malah dalam beberapa ayat Allah Swt bersumpah atas nama bulan.
žxx. ̍uKs)ø9$#ur ÇÌËÈ
Sekali-kali tidak, demi bulan (Qs. Al Muddatssir: 32)
Allah Swt. juga bersabda,
̍yJs)ø9$#ur #sŒÎ) t,|¡¯@$# ÇÊÑÈ
 Dan demi bulan apabila jadi purnama,(Qs. Al Insyiqoq: 18)
̍yJs)ø9$#ur #sŒÎ) $yg9n=s? ÇËÈ
Dan bulan apabila mengiringinya, (Qs. As Syams: 2)

Dari tiga ayat tersebut, menunjukkan adanya urgensi bulan dalam kehidupan makhluk hidup khususnya bagi manusia, dan lebih khusus lagi bagi kehidupan umat muslim[1]. Salah satu diantaranya adalah tentang penggunaan peredaran bulan standar dalam pembuatan kalender. Kalender yang yang menggunakan system peredaran bulan biasa disebut almanak lunar system, artinya perjalanan bulan ketika mengorbit bumi (berevolusi terhadap bumi), karena secara astronomis bulan adalah satelit bumi[2]. Kalender ini murni menggunakan lunar disebabkan karena mengikuti fase bulan[3]. Kalender Qomariyah atau Hijriyah adalah salah satu kalender yang menggunakan lunar system. Kalender Hijriyah memilki sifat yang sangat penting karena dijadikan sebagai patokan waktu beberapa kegiatan ibadah penting  umat Islam seluruh dunia seperti awal bulan Ramadlan, awal Syawal, tanggal 10 bulan Dzulhijjah dan waktu-waktu penting lainnya.
Pencarian dengan menggunakan “al Quran Digital” ada 27 ayat yang terdapat kata “bulan”. Ayat-ayat tersebut menunjukan adanya urgensi bulan dalam kehidupan manusia. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pentingnya mengkaji ayat-ayat Al Quran yang berbicara tentang kosmos (alam semesta) berdasarkan tinjauan astronomi dan juga tinjauan syar’i Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pembahasan lima ayat-ayat al Quran yang berbicara tentang urgensi peredaran bulan dalam pembuatan kalender Qomariyah atau Hijriyah di kaji dari segi astronomi.



B. Tujuan Pembahasan
            Tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.  Mengetahui pergerakan bulan secara astronomi
2. Kajian astronomi lima ayat-ayat al Quran tentang bulan dalam pembuatan kalender Qomariyah

C. Manfaat Pembahasan
1.  Untuk mengetahui pergerakan bulan secara astronomi
2. Untuk mengetahui kajian astronomi lima ayat-ayat al Quran tentang bulan dalam pembuatan kalender Qomariyah



BAB II
PEMBAHASAN


A. Gerak dan Peredaran Bulan
Kebanyakan planet-planet di tatasurya mempunyai lebih dari satu satelit. Bulan adalah benda langit yang paling dekat dengan bumi dan merupakan satelit bumi yang berdiameter 3.840 km, Jarak bulan-bumi rata-rata 384.000 km (356.500 - 406.800 km): 356.500 km = perigee (terdekat). 406.800 km = apogee (terjauh). Keliling lingkaran bulan adalah 3.500 km, cukup untuk menutupi benua Australia. Berat bulan adalah 81 juta triliun ton, yaitu 81 x 1018 ton, atau sekitar 1/80 dari berat bumi[4].
Ada berbagai pendapat mengenai bulan, Beberapa ilmuan percaya bahwa bumi dan bulan terbentuk pada saat yang sama dari debu dan gas tata surya awal, namun ada juga yang berpendapat bulan adalah badan yang melintasi bumi dan terperangkap medan gravitasi bumi, serta ada yang berpendapat bahwa benda sebesar Mars pernah bertabrakan dengan bumi. Akibatnya, terjadi serpihan yang melayang di angkasa, yang kemudian mungkin menghasilkan Bulan[5].
Sebagaimana bumi, bulan juga mempunyai dua gerakan yang penting. Yaitu gerak Rotasi dan Revolusi bulan[6].
1. Gerak Rotasi Bulan
            Rotasi adalah perputaran bulan pada porosnya dari arah barat ke timur. Dalam satu kali berotasi bulan memerlukan waktu sama dengan satu kali revolusinya mengelilingi bumi. Artinya, dalam satu kali putar mengelilingi bumi bulan hanya melakukan satu kali rotasi, ini yang menyebabkan permukaan bulan yang dilihat di bumi hanya satu permukaan itu saja. Pergerakan bulan dari barat ke timur dapat kita lihat pada kedudukan bulan pada saat matahari terbenam pada suatu hari dan dibandingkan dengan hari berikutnya maka kedudukan bulan akan semakin tinggi, artinya bulan itu bergerak ke arah timur[7].
2. Gerak Revolusi Bulan
            Revolusi adalah peredaran bulan mengelilingi bumi dari arah barat ke timur, satu kali putaran penuh revolusi bulan memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43,2 menit, periode waktu ini disebut waktu bulan Sideris (sideris month) atau disebut juga Syahr Nujumi. Gerakan revolusi bulan ini digunakan sebagai dasar dan pedoman dan perhitungan bulan dan tahun Qamariyah (tahun Hijriyah), akan tetapi waktu yang digunakan bukan waktu Sideris, melainkan waktu bulan Sinodis, (Synodik Month) yang disebut juga Syahr Iqtirani, yaitu waktu yang ditempuh bulan dari posisi sejajar (iqtiran) antara matahari, bulan dan bumi keposisi sejajar berikutnya. Waktu iqtiran ditempuh rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik sama dengan 29, 53058796 hari atau dibulatkan menjadi 29,531 hari[8]. Sesuai gambar di bawah ini,







Gbr. 1 Ilustrasi Predaran Bulan Sideris dan sinodis

            Gambar 2. Ilustrasi Peredaran Sideris dan Sinodis Bulan. Setelah 27, 32 hari bulan sempurna mengelilingi bumi 360°, bulan baru (new moon) belum bisa terjadi. Masih perlu diperlukan 2.21 hari lagi (27° derajat) pergeseran bulan agar terjadi konjungsi yang menandai akan masuknya bulan baru. Lihat gambar di atas: Posisi B1 dan B3 adalah periode sinodis bulan, sedangkan B1 ke B2 adalah periode sideris
            Bidang yang dipakai bulan dalam mengelilingi bumi disebut Falakul Qamar yang memotong bidang ekliptika sebesar 05˚08′52′′. Dengan demikian, bidang edar bulan tidak berimpit dengan bidang edar bumi. Jika kedua bidang itu berhimpit maka setiap bulan akan terjadi 2 kali gerhana, yaitu gerhana matahari pada awal bulan dan gerhana bulan pada pertengahan bulan. Walau demikian, gerhana matahri atau bulan setiap tahun masih sering terjadi 3 atau 4 kali. Hal ini disebabkan kecilnya sudut potong antara dua bidang edar tersebut. Teerjadinya gerhana tersebut tidak dapat dilihat dari semua tempat di belahan bumi.
            Akibat gerakan itu, maka bentuk semu bulan kadang-kadang nampak dan kadang-kadang tidak nampak. Perubahan bentuk bulan itu adalah sebagai berikut:
Bulan mati (muhaq) → bulan Baru (hilal)→ Kwartir I→ bulan purnama(badr)→ Kwartir II→bulan mati lagi. Bentuk-bentuk ini disebut juga fase-fase bulan, untuk fase-fase bulan ini yang dijelaskan selanjutnya lebih dalam lagi. Selain berrevolusi mengelilingi bumi, bulan bersama bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun dari arah barat ke timur dengan periode 365 hari 6 jam 9 menit 10,02 detik (365,256366 hari).

B. Fase-fase Bulan
           Bulan merupakan salah satu benda langit yang tidak mempunyai sinar sendiri. Bulan tampak bercahaya karena memantulkan sinar yang diterima dari matahari. Dari hari ke hari bentuk dan ukuran cahaya bulan itu berubah-rubah sesuai dengan posisi bulan terhadap matahari dan bumi. Pada saat bulan persis antara bumi dan matahari-yaitu saat ijtima’/iqtiran(yang berarti berkumpul atau bertemu)-maka seluruh bagian bumi tidak menerima sinar matahari sedang persis menghadap kebumi. Akibatnya pada saat itu bulan tidak tampak dari bumi yang diistilahkan dengan Muhak atau bulan mati.
            Ketika bulan bergerak, maka ada bagian bulan yang menerima sinar matahari terlihat dari bumi. Bagian bulan ini yang terlihat dari bumi sangat kecil dan membentuk bulan sabit.itulah yang dikenal dengan Hilal awal bulan. Semakin jauh bulan bergerak meninggalkan ijtima’ semakin besar pula cahaya bulan yang tampak dari bumi. Sekitar tujuh hari kemudian sesudah bulan mati, bulan akan tampak dari bumi dengan bentuk setengah lingkaran. Itulah yang disebut dengan Kwartir I atau  Tarbi’ awal.
            Pada akhirnya sampailah bulan pada titik tejauh dari matahari dan secara penuh menghadap ke matahari yang disebut dengan saat istiqbal. Pada saat istiqbal, bumi persis  sedang berada antara bulan dan matahari. Bagian bulan yang sedang menerima sinar matahari hampir seluruhnya terlihat dari bumi, akibatnya bulan tampak seperti bulatan penuh yang dinamakan Badr atau bulan purnama. Setelah itu bulan bergerak terus dan bentuk bulan semakin mengecil. Sekitar tujuh hari kemudian setelah purnama bulan akan tampak dalam bentuk setengah lingkaran lagi itulah yang disebut dengan Kwartir II atau Tarbi’ Sani. Akhirnya sampailah pada saat ijtima’ kembali menjelang bulan berikutnya dimana sama sekali tidak tampak dari bumi(bulan Mati).
            Dengan demikian secara singkat fase-fase bulan dalam konteks perjalanan satu bulan penuh meliputi[9]:
1. Bulan mati (muhaq), yaitu ketika terjadi peristiwa ijtima’ antara bulan dan matahari.
2. Hilal Awal Bulan, yaitu ketika bulan meninggalkan matahari pada hari tanggal 1,2 sampai 3
3. Tarbi’ Awal (Kwartir I), yaitu setelah bulan meninggalkan matahari pada perempatan pertama dalam ukuran sudut/busur, fase ini terjadi pada hari tanggal 6,7 sampai 8
4. Badr (bulan purnama), yaitu ketika terjadi peristiwa istiqbal , semua permukaan bulan menghadap matahari,fase ini terjadi pada hari tanggal 13,14, sampai 15
5. Tarbi’ sani(Kwartir II), yaitu bulan meninggalkan matahari setelah terjadi peristiwa istiqbal. Fase ini terjadi pada hari tanggal 21,23 sampai 24
6. Hilal Akhir Bulan, yaitu fase di mana sinar bulan berbentuk sabit (hilal) pada akhir bulan. Fase ini terjadi pada hari tanggal 27, 28 sampai 29. Akhirnya sampailah pada saat ijtima’ kembali menjelang bulan berikutnya dimana sama sekali tidak tampak dari bumi (bulan Mati).

            Perubahan bulan secara periodek itu digunakan untuk melakukan perhitungan kalender hijriyah yang dasar perhitungannya menggunakan peredaran bulan sehingga kalender ini dikenal pula dengan nama Lunar Calender atau Tarikh Qamariyah.

C. Sudut Elongasi Bulan
            Elongasi atau biasa disebut Angular Distance adalah jarak sudut antara Bulan dan Matahari. Dalam bahasa Arab disebut al-Bu’du az-Zawiy sedangkan dalam kitab Sullamun Nayyirain diistilahkan dengan Bu’du Baina an-Nayyirain.
            Selain melakukan rotasi, bulan juga mengelilingi bumi, bulan bersama bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun dari arah Barat ke Timur. Dengan berputarnya benda-benda langit tersebut pada manzilah-manzilahnya masing-masing, ada beberapa fenomena alam yang sangat menarik yaitu ijtima’ sebagai penanda awal lahirnya bulan baru, Oposisi, dan Kuarter yang membentuk sudut elongasinya masing-masing:
1. Konjungsi, bila kedudukan bulan searah dengan matahari, pada saat itu bagian bulan yang menghadap bumi adalah bagian yang gelap sehingga kita tidak dapat melihat bulan bercahaya. Pada kondisi tertentu posisi konjungsi ini dapat menimbulkan terjadinya gerhana matahari. Konjungsi ini pula yang merupakan fenomena awal terjadinya pergantian bulan dalam perhitungan kalender Hijriyah yang dalam istilah lain dikenal dengan sebutan “ijtima’”. Pada posisi konjungsi ini sudut elongasi  bulan bernilai 0˚
2. Oposisi yaitu kedudukan bulan yang berlawanan arah dengan matahari bila dilihat dari bumi. Pada posisi inilah bulan cahayanya penuh atau bulan tampak sebagai bulan purnama. Pada posisi tertentu posisi Oposisi ini dapat menimbulkan terjadinya gerhana bulan. Pada posisi ini sudut elongasi  bulan bernilai 180˚
3. Kuarter yaitu kedudukan bulan tegak lurus terhadap garis penghubung bumi matahari. Pada fase ini bulan terlihat setengan , hanya setengah bulan yang terang bila dilihat  dari bumi.fase bulan Kuarter ini terjadi dua kali yaitu ketika bulan akan bertambah besar , bagian bulan yang terlihat pada kuarter pertama ini adalah dibagian barat  dan ketika bulan bertambah kecil, bagian bula yang terang adalah dibagian timur. Pada kuarter pertama sudut elongasi bulan bernilai 90˚ dan kuarter kedua bernilai 270.

B. Ayat-Ayat Al Quran tentang Bulan dan Fungsinya dalam Pembuatan Kalender
1. Bulan dijadikan sebagai standar penentuan waktu tertentu[10]
a. Surat Al Baqarah ayat 189
štRqè=t«ó¡o Ç`tã Ï'©#ÏdF{$# ( ö@è% }Ïd àMÏ%ºuqtB Ĩ$¨Y=Ï9 Ædkysø9$#ur 3 }§øŠs9ur ŽÉ9ø9$# br'Î/ (#qè?ù's? šVqãŠç6ø9$# `ÏB $ydÍqßgàß £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# Ç`tB 4s+¨?$# 3 (#qè?ù&ur šVqãç7ø9$# ô`ÏB $ygÎ/ºuqö/r& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# öNà6¯=yès9 šcqßsÎ=øÿè? ÇÊÑÒÈ
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

b. Surat Yunus ayat 5
qèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ ÇÎÈ
Artinya:
  Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.

c. Surat Al An’am ayat 96
,Ï9$sù Çy$t6ô¹M}$# Ÿ@yèy_ur Ÿ@øŠ©9$# $YZs3y }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur $ZR$t7ó¡ãm 4 y7Ï9ºsŒ ㍃Ïø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÒÏÈ
Artinya:
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
          Dari sejumlah ayat diatas, sejatinya menjabarkan keistimewaan peredaran benda langit berupa keteraturan gerak edar yang tercipta. Karena, adanya kemestian bulan untuk tetap pada hukum alam seperti yang telah Allah rancang arsitekturnya dari segi ruang dan waktu. Ketika Al-Qur’an mengindikasikan hal itu, Allah membuat beberapa manzilah bulan berdasarkan jarak dan ruang yang telah ditentukan dan bentuk yang bergantian pula.
          Pada surat al Baqarah ayat 189 dapat dijabarkan bahwa ketika bulan mulai beredar dalam jarak dan posisi tertentu, maka tampak berbagai rupa bulan yang berbeda-beda. Dari bulan sabit (Hilal) hingga purnama (Badr). Peredarannya bersandar pada siklus yang sudah diperhitungkan dengan teliti dan cermat. Dengan urutan tertentu yaitu ia naik pada setengah bulan pertama dan turun pada setengah bulan terakhir. Indikasi bulan sabit sampai purnama menjadi catatan waktu tersendiri untuk ibadah haji, dan ibadah-ibadah penting lainnya. Catatan-catatan waktu tersebut dalam surat Yunus ayat 5 juga disebutkan supaya kamu mengetahui bilangan tahun. Dalam hal ini kemudian setelah berkembangnya berbagai penelitian ditemukan sebuah system perhitungan waktu dalam bentuk Kalender Qomariyah (lunar system)

2. Peredaran Bulan pada Orbitnya
d. Surat Yasin ayat 39 dan 40
tyJs)ø9$#ur çm»tRö£s% tAÎ$oYtB 4Ó®Lym yŠ$tã Èbqã_óãèø9$%x. ÉOƒÏs)ø9$# ÇÌÒÈ Ÿw ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^tƒ !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# Ÿwur ã@ø©9$# ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù šcqßst7ó¡o ÇÍÉÈ
Artinya:          
Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua*. 40.  Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya (Qs. Yasin: 39-40).
(*Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, Kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, dia menjadi purnama, Kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.)

e. Surat Ar Rohman ayat 5 dan Surat At Taubah ayat 36
ߧôJ¤±9$# ãyJs)ø9$#ur 5b$t7ó¡çt¿2 ÇÎÈ
Artinya:
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (Qs. Ar Rohman: 5)

¨bÎ) no£Ïã Íqåk9$# yZÏã «!$# $oYøO$# uŽ|³tã #\öky­ Îû É=»tFÅ2 «!$# tPöqtƒ t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# šßöF{$#ur !$pk÷]ÏB îpyèt/ör& ×Pããm 4 …. ÇÌÏÈ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram… (Qs. At Taubah: 36)[11]

             Manaazilun adalah jamak dari manzilun yang berarti tempat atau rumah. Dapat diartikulasikan bila bulan memiliki banyak tempat, dan bulan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, akhirnya kembali kembali pada posisi melengkung dan condong, al-‘urjuun al-qadiim. Secara teoritis membentuk siklus dan periode. Bahwa bulan memiliki jalur rotasi dan revolusi mengelilingi bumi dan terkait gravitasi bumi mengelilingi matahari. Dalam telaah Astronomi bulan hanya bergerak satu arah tertentu dari timur ke barat, tidak bolak-balik. Karena itu pula, Allah juga menjelaskan bulan beredar bihusbaan, dengan perhitungan yang rinci dan bisa dijadikan sebagai sandaran untuk perhitungan waktu.
          Kembali pada lintasan bulan mengitari bumi yang mengitari matahari. Bumi mengitari matahari satu lingkaran penuh selama 365,25 hari sehingga dalam sehari, bumi menempuh sudut rata-rata sebesar 0,98563 (360/365,25) derajat. Adapun bulan mengitari bumi satu lingkaran penuh selama 27 hari; rentang waktu ini kemudian dikenal sebagai satu bulan sideris. Mengingat selama satu bulan sideris ini bumi menempuh sudut sekitar 27 derajat, maka posisi bulan ketika menempuh satu lingkaran penuh bukan periode antar-dua konjungsi berurutan. Rentang waktu antar-dua konjungsi adalah 29,5 hari, dan disebut satu bulan sinodis. Periode inilah yang kemudian dijadikan kalender Islam, yakni Kalender Qamariah. Hal tersebut juga telah disebutkan dalam surat at Taubah di atas, bahwa peredaran bulan bisa dijadikan standar perhitungan dalam pembuatan kalender, yakni terdiri dari dua belas bulan Qomariyah.



BAB III
KESIMPULAN

1. Secara astronomi bulan melakukan dua pergerakan, yakni gerak rotasi (bulan berputar pada porosnya), dan gerak revolusi (bulan bergerak mengelilingi bumi). Sedangkan, pergerakan bulan yang digunakan dalam pembuatan kalender Qomariyah ( penetuan awal dan akhir bulan) adalah pergerakan revolusi bulan,adalah waktu sinodis. Yakni pergerakan bulan mengelilingi bumi dengan rata-rata waktu 29, 53 hari.
2. Dalam Al Quran banyak terdapat ayat-ayat yang menyebutkan tentang alam semesta, termasuk ayat-ayat tentang bulan. Yang diantaranya Surat Al Bqarah ayat 189, Yunus ayat 5, Yasin ayat 39 dan 40. Ayat-ayat tersebut menjelaskan urgensi pergerakan bulan dalam penentuan waktu, seperti hari, bulan, dan tahun. Yang kemudian satuan-satuan waktu tersebut menjadi sebuah system kalender Qomariyah


                     

           

           



DAFTAR PUSTAKA



Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Qur’an Yang Terlupakan, Bandung: Mizan,  2008.

Ahmad Izzuddin, ILMU FALAK: Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. Ke-1, 2012

Charyn Jones, ASTRONOMI: Jendela Iptek (Versi Terjemahan Bahasa Indonesia),  London: Balai Pustaka, Cet. Ke-IV, 2007

Muhyidin Khozin, ILMU FALAK: Teori dan Praktek, Yogya, Buana Pustaka, Cet. IV, 2011

Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: Pascasarjana IAIN Walisongo, Cet. Ke-1,2011

Susiknan Azhari, ILMU FALAK: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhamadiyah, cet.II, 2007






[1] Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al Quran yang Terlupakan, Bandung, Mizan, Cet. Ke-4, 2011, hlm 253
[2] Susikna Azhari, ILMU FALAK:Perjumpaan khazanah Islam dan Sains Modern, Yogya, Suara Muhamadiyah. Cet. Ke-2, 2007, hlm.18
[3] Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: Pascasarjana IAIN Walisongo, Cet. Ke-1,2011, hlm 13
[5] Charyn Jones, ASTRONOMI: Jendela Iptek (Versi Terjemahan Bahasa Indonesia),  London: Balai Pustaka, Cet. Ke-IV, 2007, hlm. 40
[6] Abdurrohim, ILMU FALAK: Teori dan Praktek, Yogya, Buana Pustaka, Cet. IV, 2011, hlm 131
[7] Ibid
[9] Abdurrohim, Op Cit., hlm. 134
[11] Ahmad Izzuddin, ILMU FALAK: Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. Ke-1, 2012, hlm 94

Tidak ada komentar:

Posting Komentar