BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al Quran sebagai
petunjuk bagi seluruh manusia, bersifat universal dan mencakup didalamnya
sumber berbagai ilmu pengetahuan dan mutlak kebenarannya. Manusia dikaruniai
oleh Allah Swt akal budi, yang dengannya manusia berbeda dengan makhluk ciptaan
yang lain. Dengan akal budi manusia diberi kesempatan untuk berfikir menelaah
ilmu-ilmu Allah Swt baik yang ada di alam raya maupun yang tertulis dalam al
Quran.
Sejatinya dalam
Al-Qur’an banyak menerangkan realitas kosmos (alam semesta), namun kebanyakan
ia tak menjelaskan ayat-ayat saintis itu secara rinci dengan menggunakan
argumentatif, premis, logika, rumus, foto seperti penjelasan pakar saintik masa
kini. Akan tetapi Al-Qur’an memaparkannya melalui isyarat, simbol, isyti’aroh,
atapun ungkapan yang sangat simpel. Barangkali Allah memang sengaja menurunkan
ayat kauniyah itu, walaupun belum bisa dipahami bangsa Arab pada masa
diturunkannya karena simpul pengetahuan peradaban ilmu (sains) kala itu masih
terbatas. Mungkin Allah ingin menjelaskan ayat kauniyah itu pada kurun
mendatang (masa modern, besok) dengan cahaya cakrawala keilmuan yang diturunkan
Tuhan pada penemuan-penemuan ilmiah para pakar dibidangnya.
Salah satu benda
langit yang sering disebut adalah bulan. Bulan sering disebutkan dalam al
Quran, malah dalam beberapa ayat Allah Swt bersumpah atas nama bulan.
xx.
ÌuKs)ø9$#ur
ÇÌËÈ
Sekali-kali
tidak, demi bulan (Qs. Al
Muddatssir: 32)
Allah Swt. juga
bersabda,
ÌyJs)ø9$#ur
#sÎ)
t,|¡¯@$#
ÇÊÑÈ
Dan demi
bulan apabila jadi purnama,(Qs. Al Insyiqoq: 18)
ÌyJs)ø9$#ur #sÎ) $yg9n=s? ÇËÈ
Dan bulan
apabila mengiringinya,
(Qs. As Syams: 2)
Dari tiga ayat
tersebut, menunjukkan adanya urgensi bulan dalam kehidupan makhluk hidup
khususnya bagi manusia, dan lebih khusus lagi bagi kehidupan umat muslim[1].
Salah satu diantaranya adalah tentang penggunaan peredaran bulan standar dalam
pembuatan kalender. Kalender yang yang menggunakan system peredaran bulan biasa
disebut almanak lunar system, artinya perjalanan bulan ketika mengorbit
bumi (berevolusi terhadap bumi), karena secara astronomis bulan adalah satelit
bumi[2].
Kalender ini murni menggunakan lunar disebabkan karena mengikuti fase
bulan[3].
Kalender Qomariyah atau Hijriyah adalah salah satu kalender yang menggunakan lunar
system. Kalender Hijriyah memilki sifat yang sangat penting karena
dijadikan sebagai patokan waktu beberapa kegiatan ibadah penting umat Islam seluruh dunia seperti awal bulan
Ramadlan, awal Syawal, tanggal 10 bulan Dzulhijjah dan waktu-waktu penting
lainnya.
Pencarian dengan
menggunakan “al Quran Digital” ada 27 ayat yang terdapat kata “bulan”.
Ayat-ayat tersebut menunjukan adanya urgensi bulan dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pentingnya mengkaji ayat-ayat Al
Quran yang berbicara tentang kosmos (alam semesta) berdasarkan tinjauan
astronomi dan juga tinjauan syar’i Dalam penulisan makalah ini, penulis
membatasi pembahasan lima ayat-ayat al Quran yang berbicara tentang urgensi
peredaran bulan dalam pembuatan kalender Qomariyah atau Hijriyah di kaji
dari segi astronomi.
B. Tujuan Pembahasan
Tujuan
pembahasan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
pergerakan bulan secara astronomi
2. Kajian
astronomi lima ayat-ayat al Quran tentang bulan dalam pembuatan kalender Qomariyah
C. Manfaat
Pembahasan
1. Untuk mengetahui pergerakan bulan secara
astronomi
2. Untuk
mengetahui kajian astronomi lima ayat-ayat al Quran tentang bulan dalam
pembuatan kalender Qomariyah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Gerak dan
Peredaran Bulan
Kebanyakan planet-planet di tatasurya mempunyai lebih dari satu satelit.
Bulan adalah benda langit yang paling dekat dengan bumi dan merupakan satelit bumi
yang berdiameter 3.840 km, Jarak bulan-bumi rata-rata 384.000 km (356.500 -
406.800 km): 356.500 km = perigee (terdekat). 406.800 km = apogee (terjauh).
Keliling lingkaran bulan adalah 3.500 km, cukup untuk menutupi benua Australia.
Berat bulan adalah 81 juta triliun ton, yaitu 81 x 1018 ton, atau sekitar 1/80
dari berat bumi[4].
Ada berbagai pendapat mengenai bulan, Beberapa ilmuan percaya bahwa bumi
dan bulan terbentuk pada saat yang sama dari debu dan gas tata surya awal,
namun ada juga yang berpendapat bulan adalah badan yang melintasi bumi dan
terperangkap medan gravitasi bumi, serta ada yang berpendapat bahwa benda
sebesar Mars pernah bertabrakan dengan bumi. Akibatnya, terjadi serpihan yang
melayang di angkasa, yang kemudian mungkin menghasilkan Bulan[5].
Sebagaimana bumi, bulan juga mempunyai dua gerakan yang penting. Yaitu
gerak Rotasi dan Revolusi bulan[6].
1. Gerak Rotasi
Bulan
Rotasi adalah perputaran bulan pada
porosnya dari arah barat ke timur. Dalam satu kali berotasi bulan memerlukan
waktu sama dengan satu kali revolusinya mengelilingi bumi. Artinya, dalam satu
kali putar mengelilingi bumi bulan hanya melakukan satu kali rotasi, ini yang
menyebabkan permukaan bulan yang dilihat di bumi hanya satu permukaan itu saja.
Pergerakan bulan dari barat ke timur dapat kita lihat pada kedudukan bulan pada
saat matahari terbenam pada suatu hari dan dibandingkan dengan hari berikutnya
maka kedudukan bulan akan semakin tinggi, artinya bulan itu bergerak ke arah
timur[7].
2. Gerak Revolusi
Bulan
Revolusi adalah
peredaran bulan mengelilingi bumi dari arah barat ke timur, satu kali putaran
penuh revolusi bulan memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43,2 menit,
periode waktu ini disebut waktu bulan Sideris (sideris month) atau
disebut juga Syahr Nujumi. Gerakan revolusi bulan ini digunakan sebagai
dasar dan pedoman dan perhitungan bulan dan tahun Qamariyah (tahun Hijriyah),
akan tetapi waktu yang digunakan bukan waktu Sideris, melainkan waktu bulan
Sinodis, (Synodik Month) yang disebut juga Syahr Iqtirani, yaitu
waktu yang ditempuh bulan dari posisi sejajar (iqtiran) antara matahari, bulan
dan bumi keposisi sejajar berikutnya. Waktu iqtiran ditempuh rata-rata 29 hari
12 jam 44 menit 2,8 detik sama dengan 29, 53058796 hari atau dibulatkan menjadi
29,531 hari[8]. Sesuai
gambar di bawah ini,
Gbr. 1 Ilustrasi Predaran Bulan Sideris dan
sinodis
Gambar 2. Ilustrasi Peredaran
Sideris dan Sinodis Bulan. Setelah 27, 32 hari bulan sempurna mengelilingi bumi
360°, bulan baru (new moon) belum bisa terjadi. Masih perlu diperlukan 2.21
hari lagi (27° derajat) pergeseran bulan agar terjadi konjungsi yang menandai
akan masuknya bulan baru. Lihat gambar di atas: Posisi B1 dan B3 adalah periode
sinodis bulan, sedangkan B1 ke B2 adalah periode sideris
Bidang yang dipakai bulan dalam
mengelilingi bumi disebut Falakul Qamar yang memotong bidang ekliptika
sebesar 05˚08′52′′. Dengan demikian, bidang edar bulan tidak berimpit dengan
bidang edar bumi. Jika kedua bidang itu berhimpit maka setiap bulan akan
terjadi 2 kali gerhana, yaitu gerhana matahari pada awal bulan dan gerhana
bulan pada pertengahan bulan. Walau demikian, gerhana matahri atau bulan setiap
tahun masih sering terjadi 3 atau 4 kali. Hal ini disebabkan kecilnya sudut
potong antara dua bidang edar tersebut. Teerjadinya gerhana tersebut tidak
dapat dilihat dari semua tempat di belahan bumi.
Akibat gerakan itu, maka bentuk
semu bulan kadang-kadang nampak dan kadang-kadang tidak nampak. Perubahan
bentuk bulan itu adalah sebagai berikut:
Bulan mati (muhaq)
→ bulan Baru (hilal)→ Kwartir I→ bulan purnama(badr)→ Kwartir
II→bulan mati lagi. Bentuk-bentuk ini disebut juga fase-fase bulan, untuk
fase-fase bulan ini yang dijelaskan selanjutnya lebih dalam lagi. Selain
berrevolusi mengelilingi bumi, bulan bersama bumi mengelilingi matahari dalam
satu tahun dari arah barat ke timur dengan periode 365 hari 6 jam 9 menit 10,02
detik (365,256366 hari).
B. Fase-fase
Bulan
Bulan merupakan salah satu benda
langit yang tidak mempunyai sinar sendiri. Bulan tampak bercahaya karena
memantulkan sinar yang diterima dari matahari. Dari hari ke hari bentuk dan
ukuran cahaya bulan itu berubah-rubah sesuai dengan posisi bulan terhadap
matahari dan bumi. Pada saat bulan persis antara bumi dan matahari-yaitu saat
ijtima’/iqtiran(yang berarti berkumpul atau bertemu)-maka seluruh bagian bumi
tidak menerima sinar matahari sedang persis menghadap kebumi. Akibatnya pada
saat itu bulan tidak tampak dari bumi yang diistilahkan dengan Muhak
atau bulan mati.
Ketika bulan bergerak, maka ada
bagian bulan yang menerima sinar matahari terlihat dari bumi. Bagian bulan ini
yang terlihat dari bumi sangat kecil dan membentuk bulan sabit.itulah yang
dikenal dengan Hilal awal bulan. Semakin jauh bulan bergerak meninggalkan
ijtima’ semakin besar pula cahaya bulan yang tampak dari bumi. Sekitar tujuh
hari kemudian sesudah bulan mati, bulan akan tampak dari bumi dengan bentuk
setengah lingkaran. Itulah yang disebut dengan Kwartir I atau Tarbi’ awal.
Pada akhirnya sampailah bulan pada
titik tejauh dari matahari dan secara penuh menghadap ke matahari yang disebut
dengan saat istiqbal. Pada saat istiqbal, bumi persis sedang berada antara bulan dan matahari.
Bagian bulan yang sedang menerima sinar matahari hampir seluruhnya terlihat
dari bumi, akibatnya bulan tampak seperti bulatan penuh yang dinamakan Badr
atau bulan purnama. Setelah itu bulan bergerak terus dan bentuk bulan semakin
mengecil. Sekitar tujuh hari kemudian setelah purnama bulan akan tampak dalam
bentuk setengah lingkaran lagi itulah yang disebut dengan Kwartir II atau
Tarbi’ Sani. Akhirnya sampailah pada saat ijtima’ kembali menjelang bulan
berikutnya dimana sama sekali tidak tampak dari bumi(bulan Mati).
Dengan demikian secara singkat
fase-fase bulan dalam konteks perjalanan satu bulan penuh meliputi[9]:
1. Bulan mati
(muhaq), yaitu ketika terjadi peristiwa ijtima’ antara bulan dan
matahari.
2. Hilal Awal
Bulan, yaitu ketika bulan meninggalkan matahari pada hari tanggal 1,2 sampai 3
3. Tarbi’ Awal
(Kwartir I), yaitu setelah bulan meninggalkan matahari pada perempatan pertama
dalam ukuran sudut/busur, fase ini terjadi pada hari tanggal 6,7 sampai 8
4. Badr (bulan
purnama), yaitu ketika terjadi peristiwa istiqbal , semua permukaan bulan
menghadap matahari,fase ini terjadi pada hari tanggal 13,14, sampai 15
5. Tarbi’
sani(Kwartir II), yaitu bulan meninggalkan matahari setelah terjadi peristiwa
istiqbal. Fase ini terjadi pada hari tanggal 21,23 sampai 24
6. Hilal Akhir
Bulan, yaitu fase di mana sinar bulan berbentuk sabit (hilal) pada akhir bulan.
Fase ini terjadi pada hari tanggal 27, 28 sampai 29. Akhirnya sampailah pada
saat ijtima’ kembali menjelang bulan berikutnya dimana sama sekali tidak tampak
dari bumi (bulan Mati).
Perubahan bulan secara periodek itu
digunakan untuk melakukan perhitungan kalender hijriyah yang dasar
perhitungannya menggunakan peredaran bulan sehingga kalender ini dikenal pula
dengan nama Lunar Calender atau Tarikh Qamariyah.
C. Sudut Elongasi
Bulan
Elongasi atau biasa disebut Angular
Distance adalah jarak sudut antara Bulan dan Matahari. Dalam bahasa Arab
disebut al-Bu’du az-Zawiy sedangkan dalam kitab Sullamun Nayyirain
diistilahkan dengan Bu’du Baina an-Nayyirain.
Selain melakukan rotasi, bulan juga
mengelilingi bumi, bulan bersama bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun
dari arah Barat ke Timur. Dengan berputarnya benda-benda langit tersebut pada
manzilah-manzilahnya masing-masing, ada beberapa fenomena alam yang sangat
menarik yaitu ijtima’ sebagai penanda awal lahirnya bulan baru, Oposisi,
dan Kuarter yang membentuk sudut elongasinya masing-masing:
1. Konjungsi, bila kedudukan bulan searah dengan matahari, pada saat itu
bagian bulan yang menghadap bumi adalah bagian yang gelap sehingga kita tidak
dapat melihat bulan bercahaya. Pada kondisi tertentu posisi konjungsi ini dapat
menimbulkan terjadinya gerhana matahari. Konjungsi ini pula yang merupakan
fenomena awal terjadinya pergantian bulan dalam perhitungan kalender Hijriyah
yang dalam istilah lain dikenal dengan sebutan “ijtima’”. Pada posisi konjungsi
ini sudut elongasi bulan bernilai 0˚
2. Oposisi yaitu kedudukan bulan yang berlawanan arah dengan matahari
bila dilihat dari bumi. Pada posisi inilah bulan cahayanya penuh atau bulan
tampak sebagai bulan purnama. Pada posisi tertentu posisi Oposisi ini dapat
menimbulkan terjadinya gerhana bulan. Pada posisi ini sudut elongasi bulan bernilai 180˚
3. Kuarter yaitu kedudukan bulan tegak lurus terhadap garis penghubung
bumi matahari. Pada fase ini bulan terlihat setengan , hanya setengah bulan
yang terang bila dilihat dari bumi.fase
bulan Kuarter ini terjadi dua kali yaitu ketika bulan akan bertambah besar ,
bagian bulan yang terlihat pada kuarter pertama ini adalah dibagian barat dan ketika bulan bertambah kecil, bagian bula
yang terang adalah dibagian timur. Pada kuarter pertama sudut elongasi bulan
bernilai 90˚ dan kuarter kedua bernilai 270.
B. Ayat-Ayat Al Quran tentang Bulan dan Fungsinya dalam Pembuatan
Kalender
1. Bulan
dijadikan sebagai standar penentuan waktu tertentu[10]
a. Surat Al
Baqarah ayat 189
tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ï'©#ÏdF{$#
(
ö@è%
}Ïd
àMÏ%ºuqtB
Ĩ$¨Y=Ï9
Ædkysø9$#ur 3 }§øs9ur É9ø9$# br'Î/ (#qè?ù's? Vqãç6ø9$# `ÏB $ydÍqßgàß £`Å3»s9ur §É9ø9$# Ç`tB 4s+¨?$# 3 (#qè?ù&ur Vqãç7ø9$# ô`ÏB $ygÎ/ºuqö/r& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# öNà6¯=yès9 cqßsÎ=øÿè? ÇÊÑÒÈ
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.
Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan
(bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari
belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan
masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah
agar kamu beruntung.
b. Surat Yunus ayat 5
qèd Ï%©!$# @yèy_ [ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur
#YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{
ª!$#
Ï9ºs wÎ)
Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_Áxÿã ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôèt ÇÎÈ
Artinya:
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.
c. Surat Al An’am ayat 96
,Ï9$sù Çy$t6ô¹M}$# @yèy_ur
@ø©9$#
$YZs3y }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur $ZR$t7ó¡ãm 4 y7Ï9ºs ãÏø)s? ÍÍyèø9$# ÉOÎ=yèø9$# ÇÒÏÈ
Artinya:
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam
untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan.
Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dari
sejumlah ayat diatas, sejatinya menjabarkan keistimewaan peredaran benda langit
berupa keteraturan gerak edar yang tercipta. Karena, adanya kemestian bulan
untuk tetap pada hukum alam seperti yang telah Allah rancang arsitekturnya dari
segi ruang dan waktu. Ketika Al-Qur’an mengindikasikan hal itu, Allah membuat
beberapa manzilah bulan berdasarkan jarak dan ruang yang telah
ditentukan dan bentuk yang bergantian pula.
Pada
surat al Baqarah ayat 189 dapat dijabarkan bahwa ketika bulan mulai beredar dalam
jarak dan posisi tertentu, maka tampak berbagai rupa bulan yang berbeda-beda.
Dari bulan sabit (Hilal) hingga purnama (Badr). Peredarannya
bersandar pada siklus yang sudah diperhitungkan dengan teliti dan cermat.
Dengan urutan tertentu yaitu ia naik pada setengah bulan pertama dan turun pada
setengah bulan terakhir. Indikasi bulan sabit sampai purnama menjadi catatan
waktu tersendiri untuk ibadah haji, dan ibadah-ibadah penting lainnya.
Catatan-catatan waktu tersebut dalam surat Yunus ayat 5 juga disebutkan supaya
kamu mengetahui bilangan tahun. Dalam hal ini
kemudian setelah berkembangnya berbagai penelitian ditemukan sebuah system
perhitungan waktu dalam bentuk Kalender Qomariyah (lunar system)
2. Peredaran Bulan pada Orbitnya
d. Surat Yasin ayat 39 dan 40
tyJs)ø9$#ur
çm»tRö£s% tAÎ$oYtB 4Ó®Lym
y$tã Èbqã_óãèø9$%x. ÉOÏs)ø9$# ÇÌÒÈ w ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^t !$olm; br& x8Íôè?
tyJs)ø9$# wur
ã@ø©9$#
ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur
Îû ;7n=sù cqßst7ó¡o ÇÍÉÈ
Artinya:
Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (Setelah
dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua*. 40. Tidaklah mungkin bagi matahari
mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing
beredar pada garis edarnya (Qs. Yasin: 39-40).
(*Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit,
Kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, dia menjadi purnama, Kemudian
pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.)
e. Surat Ar Rohman ayat 5 dan Surat At Taubah
ayat 36
ߧôJ¤±9$# ãyJs)ø9$#ur 5b$t7ó¡çt¿2 ÇÎÈ
Artinya:
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
(Qs. Ar Rohman: 5)
¨bÎ)
no£Ïã
Íqåk¶9$#
yZÏã
«!$#
$oYøO$#
u|³tã
#\öky
Îû
É=»tFÅ2
«!$#
tPöqt
t,n=y{
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ßöF{$#ur
!$pk÷]ÏB
îpyèt/ör&
×Pããm
4
…. ÇÌÏÈ
Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram… (Qs. At
Taubah: 36)[11]
Manaazilun
adalah jamak dari manzilun yang berarti tempat atau rumah. Dapat
diartikulasikan bila bulan memiliki banyak tempat, dan bulan berpindah dari
satu tempat ke tempat lainnya, akhirnya kembali kembali pada posisi melengkung
dan condong, al-‘urjuun al-qadiim. Secara teoritis membentuk siklus dan
periode. Bahwa bulan memiliki jalur rotasi dan revolusi mengelilingi bumi dan
terkait gravitasi bumi mengelilingi matahari. Dalam telaah Astronomi bulan
hanya bergerak satu arah tertentu dari timur ke barat, tidak bolak-balik.
Karena itu pula, Allah juga menjelaskan bulan beredar bihusbaan, dengan
perhitungan yang rinci dan bisa dijadikan sebagai sandaran untuk perhitungan
waktu.
Kembali
pada lintasan bulan mengitari bumi yang mengitari matahari. Bumi mengitari
matahari satu lingkaran penuh selama 365,25 hari sehingga dalam sehari, bumi
menempuh sudut rata-rata sebesar 0,98563 (360/365,25) derajat. Adapun bulan
mengitari bumi satu lingkaran penuh selama 27 hari; rentang waktu ini kemudian
dikenal sebagai satu bulan sideris. Mengingat selama satu bulan sideris
ini bumi menempuh sudut sekitar 27 derajat, maka posisi bulan ketika menempuh
satu lingkaran penuh bukan periode antar-dua konjungsi berurutan. Rentang waktu
antar-dua konjungsi adalah 29,5 hari, dan disebut satu bulan sinodis. Periode
inilah yang kemudian dijadikan kalender Islam, yakni Kalender Qamariah.
Hal tersebut juga telah disebutkan dalam surat at Taubah di atas, bahwa
peredaran bulan bisa dijadikan standar perhitungan dalam pembuatan kalender,
yakni terdiri dari dua belas bulan Qomariyah.
BAB III
KESIMPULAN
1. Secara astronomi bulan
melakukan dua pergerakan, yakni gerak rotasi (bulan berputar pada porosnya),
dan gerak revolusi (bulan bergerak mengelilingi bumi). Sedangkan, pergerakan
bulan yang digunakan dalam pembuatan kalender Qomariyah ( penetuan awal
dan akhir bulan) adalah pergerakan revolusi bulan,adalah waktu sinodis.
Yakni pergerakan bulan mengelilingi bumi dengan rata-rata waktu 29, 53 hari.
2. Dalam Al Quran banyak
terdapat ayat-ayat yang menyebutkan tentang alam semesta, termasuk ayat-ayat
tentang bulan. Yang diantaranya Surat Al Bqarah ayat 189, Yunus ayat 5, Yasin
ayat 39 dan 40. Ayat-ayat tersebut menjelaskan urgensi pergerakan bulan dalam
penentuan waktu, seperti hari, bulan, dan tahun. Yang kemudian satuan-satuan
waktu tersebut menjadi sebuah system kalender Qomariyah
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwanto, Ayat-Ayat
Semesta: Sisi-Sisi Al-Qur’an Yang Terlupakan, Bandung: Mizan, 2008.
Ahmad Izzuddin, ILMU FALAK:
Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, cet. Ke-1, 2012
Charyn Jones, ASTRONOMI: Jendela Iptek
(Versi Terjemahan Bahasa Indonesia),
London: Balai Pustaka, Cet. Ke-IV, 2007
Muhyidin Khozin, ILMU
FALAK: Teori dan Praktek, Yogya, Buana Pustaka, Cet. IV, 2011
Slamet Hambali, Almanak
Sepanjang Masa, Semarang: Pascasarjana IAIN Walisongo, Cet. Ke-1,2011
Susiknan Azhari, ILMU FALAK:
Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhamadiyah,
cet.II, 2007
http://aliboron.wordpress.com/2011/02/06/tentang-bulan-sideris-dan-sinodis/, Kamis, 10 Januari 2013, Pukul 09.00
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,8220-lang,id-c,teknologi-t,Bulan+dan+Kalender+Hijriyah-.phpx, Kamis, 10 Januari 2013, pkl. 09.20
http://green.kompasiana.com/iklim/2012/05/28/bulan-dalam-al-quran-460420.html, Kamis, 10 Januari 2013, pukul 09.15
[1] Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al Quran yang Terlupakan,
Bandung, Mizan, Cet. Ke-4, 2011, hlm 253
[2] Susikna Azhari, ILMU FALAK:Perjumpaan khazanah Islam dan Sains
Modern, Yogya, Suara Muhamadiyah. Cet. Ke-2, 2007, hlm.18
[3] Slamet Hambali, Almanak
Sepanjang Masa, Semarang: Pascasarjana IAIN Walisongo, Cet. Ke-1,2011, hlm
13
[4] http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,8220-lang,id-c,teknologi-t,Bulan+dan+Kalender+Hijriyah-.phpx,
Kamis, 10 Januari 2013, pkl. 09.20
[5] Charyn Jones, ASTRONOMI: Jendela Iptek (Versi Terjemahan Bahasa
Indonesia), London: Balai Pustaka,
Cet. Ke-IV, 2007, hlm. 40
[8] http://aliboron.wordpress.com/2011/02/06/tentang-bulan-sideris-dan-sinodis/,
Kamis, 10 Januari 2013, Pukul 09.00
http://green.kompasiana.com/iklim/2012/05/28/bulan-dalam-al-quran-460420.html, Kamis, 10 Januari 2013,
pukul 09.15
[11] Ahmad
Izzuddin, ILMU FALAK: Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. Ke-1, 2012, hlm 94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar