HISAB
ALGORITMA JEAN MEEUS
(JULIAN DAY EPHEMIRIS DARI IJTIMA’ AWAL BULAN
PERHITUNGAN QAMARIAH)
A. Pendahuluan
Ilmu
hisab merupakan ilmu perhitungan dalam dunia falak dan astronomi, berbagai
sistem dari ilmu hisab ini telah berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Hisab
adalah metode yang dilegalkan oleh sebagian ulama, lebih khusus dari kalangan
Syafi’i. menurut mereka hasil perhitungan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
menetukan awal bulan, termasuk perhitungan bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah. Hisab dianggap sebagai pendukung rukyah, bukan sebagai dasar
penentuan awal bulan Qamariah, khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah
karena ia sebagai ilmu yang dihasilkan oleh rukyat. (Zainul Arifin, 2012:55-56)
Dalam
diskursus tentang penanggalan baik hijriah maupun masehi dikenal dengan istilah
tahwil al-sanah atau muqaranat al-tarikhiah yang sering
diterjemahkan dengan konversi atau perbandingan tarikh. (Azhari, 2007: 150, dan
Kadir, 2012: 137), dan metode perhitungan yang digunakan adalah hisab urfi
[1]().
Al-Quran surat al-Kahfi ayat 25 kiranya yang memberikan inspirasi bagi umat
Islam agar senantiasa perhatian tentang kalender masehi (sistem solar) dan
hijriah (sistem lunar).(Azhari, 2007: 145).
Secara
definitif, tahwil al-sanah adalah cara untuk mengetahui persamaan
tanggal dari suatu penanggalan dengan penanggalan lainnya, misal antara Masehi
dan Hijriyah, atau sebaliknya (Murtadho, 2008: 115).[2] Abdul Salam Nawawi menyebutkan
bahwa konversi kalender adalah pemindahan tanggal dari satu kalender ke
kalender yang lain berdasarkan perbandingan sistem perhitungan masing-masing.
(Nawawi, 2010: 56).
Pembahasan
kali ini penulis fokuskan pada praktik konversi penanggalan dari kalender
Gregorian ke Julian Day. Karena Pemahaman terhadap Julian Day sangat penting.
Julian Day menjadi syarat untuk menghitung posisi benda bulan, matahari dan
planet–planet yang selanjutnya dipakai untuk menentukan bulan baru, waktu
shalat dan lain–lain. Julian Day juga menjadi dasar untuk menentukan fenomena
alam seperti menentukan kemiringan orbit rotasi bumi, menghitung kapan
terjadinya ekuinoks dan solstice, dan sebagainya.
B. Pembahasan
1. Biografi Jean Meeus
Jean Meeus ( lahir 12 Desember 1928 ) adalah seorang
astronom Belgia yang mengkhususkan diri dalam mekanika langit, matematika dan
astronomi bola. Jean
Meeus belajar matematika di University of Leuven di Belgia, di mana ia
memperoleh gelar sarjana pada tahun 1953. Sampai pensiun tahun 1993, ia adalah
seorang ahli meteorologi di Brussels Airport.
Pada tahun 1986 Jean Meeus memenangkan Amatir Achievement
Award dari Astronomical Society of the Pacific.
Jean
Meeus merupakan anggota Astronomical
Society of France (SAF) sejak tahun 1948, ia menerima Medali dari 60 tahun pada tahun 2008. Dia telah menerbitkan lebih dari seratus artikel
dalam jurnal Astronomi diterbitkan oleh SAF. Dia adalah editor dari Almanak
diterbitkan oleh perusahaan selama 25 tahun . Salah satu temuannya adalah Astedroid 2213 Meeus, nama
tersebut diambil dari namanya sendiri, dan sampai akhir hayatnya beliau
mengabdikan diri sebagai seorang meteorologist di Airport Brussels (1953-1993).
http://en.wikipedia.org/wiki/Jean_Meeus
2 Juni 2014)
Jean
Meeus menunjukkan keahliannya dalam posisi astronomi dan matematika terapan
dengan Astronomical Algorithms. Dia
telah menulis banyak buku bagi para astronom amatir untuk menghitung sendiri
posisi bintang dan tanggal berbagai fenomena astronomi.
2. Pengertian Julian Day
Bilangan
hari Julian (Julian Day Number), atau sekarang disederhanakan dengan Julian Day
adalah hitungan hari sinambung yang dimulai dengan hari nol 0 yang bermula pada
tanggal 1 januari 4713 SES[3]
pada jam 12 siang. Sehingga hari baru pada Julian day selalu dimulai pada jam
12 siang. (Ruswa Darsono, 2021:194)
Hitungan
Julian Day dapat dengan mudah diperluas untuk sebuah pengukuran waktu yang
tepat dengan menambahkan pecahan hari yang terlewat sejak jam 12 siang.
Perluasan ini dinamakan pada beberapa teks[4].
Tetapi sumber lain mngusulkan untuk membatasi Julian Date hanya untuk
spesifikasi dalam kalender Julian agar tidak terjadi kerancuan, artinya Julian
Date adalah hari atau tanggal dalam Julian Day, maka tidak dapat disamakan
dengan Julian Day.
Kalender
Julian digunakan sampai dengan hari Kamis 4 Oktober 1582 M. Satu hari
sesudahnya adalah Jumat 15 Oktober 1582 M dimana yang berlaku adalah kalender
Gregorian. Tidak ada tanggal 5 hingga 14 Oktober 1582, dan ditetapkan bahwa
peredaran matahari dalam satu tahun itu 365,2425 hari, sehingga ada ketentuan
baru, yaitu angka tahun yang tidak habis dibagi 400 atau angka abad yang tidak
habis dibagi 4 adalah tahun Basithah[5]. Maka ditetapkan bahwa tahun kelahiran Isa
al-Masih dijadikan sebagai tahun pertama. (Muhyiddin Khazin, 2004:106)
Dengan
demikian setiap 4 tahun merupakan satu siklus (1461 hari). System penanggalan
ini dikenal dengan sistem Gregorian. Dan sistem gregi yang berlaku sampai
sekarang ini.
Terjadinya
perubahan kalender Julian menjadi kalender Gregorian disebabkan adanya selisih
antara panjang satu tahun dalam kalender Julian dengan panjang rata–rata tahun
tropis (tropical year). Satu tahun kalender Julian adalah 365,2500 hari.
Sementara panjang rata–rata tahun tropis adalah 365,2422. Berarti dalam satu
tahun terdapat selisih 0,0078 hari atau hanya sekitar 11 menit. Namun, selisih
ini akan menjadi satu hari dalam jangka 128 tahun. Jadii dalam ratusan atau
ribuan tahun, selisih ini menjadi signifikan hingga beberapa hari. (Rinto
Anugraha, 2012: 7)
Rinto
Anugraha (2012: 8-12) mengatakan bahwa adanya perubahan dari kalender Julian
menjadi Gregorian membuat kesulitan tersendiri untuk membandingkan peristiwa
astronomis yang terpisah dalam jangka waktu cukup lama. Untuk mengatasi masalah
ini, diperkenalkan Julian Day. Julian Day (JD) didefinisikan sebagai banyaknya
hari yang telah dilalui sejak hari Senin tanggal 1 Januari tahun 4713 SM
(sebelum Masehi) pada pertengahan hari atau pukul 12:00:00 UT (Universal Time)
atau GMT. Perlu diingat, tahun 4713 SM tersebut sama dengan tahun –4712.
-
JD 0 = 1 Januari
–4712 12:00:00 UT = 1,5 Januari –4712 (karena pukul 12 menunjukkan 0,5 hari)
-
JD 0,5 = 2
Januari –4712 00:00:00 UT
-
JD 1 = 2,5
Januari –4712. Dan seterusnya
-
4 Oktober 1582 M
= JD 2299159,5
-
15 Oktober 1582
M = JD 2299160,5
Jika
JD berkaitan dengan waktu yang dihitung menurut Dynamical Time (TD, bukan DT)
atau Ephemeris Time, biasanya digunakan istilah Julian Ephemeris Day (JDE,
bukan JED). Sebagai contoh:
-
17 Agustus 1945
UT = JD 2431684,5
-
27 September
1974 TD = JDE 2442317,5
3. Metode perhitungan Julian Day
Metode berikut ini berlaku untuk tahun
positif maupun negative, tetapi tidak untuk JD negative[6].
Misalnya Y adalah tahun, M adalah bulan (untuk Januari=1, Februari=2, dan
seterusnya sampai Desember =12):
a. Jika M > 2, maka Y dan M tidak
berubah, jika M = 1 atau 2, maka Y dirubah dengan Y – 1 dan M dirubah dengan
M+12. Dengan kata lain, jika tanggal adalah bulan Januari atau Februari, hal
itu dianggap bulan ke 13 atau 14 tahun sebelumnya
b. Dalam kalender Gregorian, menghitung
A= INT (y/100) B= 2 – A + INT (A/4)
Dalam kalender Julian , berarti B =
0
c. Kemudian hari Julian dapat dihitung
dengan rumus:
JD = INT ( 365,25 + (y+4716)) + INT
(30,6001 (M+1)) + D + B – 1524,5
Rinto
Anugraha juga menggunakan Metode
Astronomical Algorithms Jean Meeus dalam menghitung Julian Day untuk tanggal
tertentu: Misalnya tahun adalah Y (Y dapat pula negatif, asalkan tidak lebih kecil dari -4712).
§ Nomor bulan adalah M, dimana M = 1
untuk Januari, M = 2 untuk Februari dan seterusnya, hingga M = 12 untuk
Desember.
§ Nomor hari/tanggal adalah D. D dapat
pula berbentuk pecahan. Namun perlu diperhatikan bahwa nilai maksimal D harus
menyesuaikan dengan bulan M. Sebagai contoh, jika M = 4 (April), maka D tidak
mungkin sama dengan 31.
§ Jika M > 2, M dan Y tidak
berubah. Jika M = 1 atau 2, ganti M menjadi M + 12 dan Y menjadi Y – 1. Dengan
kata lain, bulan Januari dan Februari dapat dianggap sebagai bulan ke 13 dan ke
14 dari tahun sebelumnya.
§ Untuk kalendar Gregorian, hitung A =
INT[7](Y/100)
dan B = 2 + INT(A/4) – A.
§ Untuk kalendar Julian, A tidak perlu
dihitung, sedangkan B = 0.
§ Julian Day dirumuskan sebagai JD =
1720994,5 + INT(365,25*Y) + INT(30,6001(M + 1)) + B + D.
Berikut
ini akan penulis paparkan contoh soal dan perhitungannya:
1.
Hitunglah JD dan JDE ijtima’ Ramadhan,
Jum’at, 27-06-2014, 15:09:43
2.
Hitunglah JD dan JDE ijtima’ Syawal, Ahad, 27-07-2014,
05:42:51
Jawab:
1.
Ramadhan
Jum’at, 27-06-2014, 15:09:43
a.
Julian Day
D = 27, M = 6, Y = 2014
A = INT(Y/100) =
2014/100 = 20
B = 2 + INT (A/4) – A
= 2 + INT (20/4) – 20
= 2 + 5 – 20 = -13
JD = INT [365,25 (Y+4716)]
+ INT [30,6001 (M+1)] +D+B - 1524,5
= INT [365,25 (2014+4716)]
+ INT [30,6001 (6+1)] +27+(-13) - 1524,5
= 2458132 + 214 –
1,51
= 2456835,85
Maka, JD Ramadhan tanggal 27-06-2014 adalah 2456835,85
Waktu
dalam jam, menit dan detik dapat pula dimasukkan ke dalam pecahan hari. Karena
1 hari = 24 jam, 1 jam = 60 menit dan 1 menit = 60 detik, maka Pecahan hari =
(jam X 3600 + menit X 60 + detik)/86400. Rumus ini dapat digunakan dalam
menentukan hari dalam JDE.
b.
Julian Day Ephemiris
D = 27 + 15*3600 +
9*60 + 43/86400
= 27,631747
M = 6
Y = 2014
A = Y/100 = 2014/100
= 20
B = 2 + INT (A/4) – A
= 2 + INT (20/4) – 20
= 2 + 5 – 20 = -13
JDE = INT
[365,25 (Y+4716)] + INT [30,6001 (M+1)] +D+B - 1524,5
= INT [365,25
(2014+4716)] + INT [30,6001 (6+1)] +27,631747+(-13) - 1524,5
= 2458132 + 214 +
27,631747+(-13) - 1524,5
= 2456836,132
Maka, JDE Ramadhan tanggal 27-06-2014 adalah 2456836,132
2.
Syawal, Ahad, 27-07-2014, 05:42:51
a.
Julian Day
D = 27, M = 7,
Y = 2014
A = INT(Y/100)
= 2014/100 = 20
B = 2 + INT
(A/4) – A
= 2 + INT (20/4) – 20
= 2 + 5 – 20 = -13
JD = INT [365,25
(Y+4716)] + INT [30,6001 (M+1)] +D+B - 1524,5
= INT [365,25
(2014+4716)] + INT [30,6001 (7+1)] +27+(-13) - 1524,5
= 2458132 + 244
+27 – 13 – 1524,5
= 2456865,5
Maka, JD Ramadhan tanggal 27-06-2014 adalah 2456865,5
b.
Julian Day Ephemiris
D =
27 + 5*3600 + 42*60 + 15/86400
=
27,2376
M =
7
Y =
2014
A =
Y/100 = 2014/100 = 20
B =
2 + INT (A/4) – A
= 2 + INT (20/4) – 20
= 2 + 5 – 20 = -13
JDE = INT
[365,25 (Y+4716)] + INT [30,6001 (M+1)] +D+B - 1524,5
= INT [365,25
(2014+4716)] + INT [30,6001 (7+1)] +27,2376+(-13) - 1524,5
= 2458132 + 244 + 27,2376 – 13 –
1524,5
= 2456865,738
Maka, JDE Ramadhan tanggal 27-06-2014 adalah 2456865,738
Nama
hari dapat ditentukan dengan mudah dengan menggunakan JD. Perlu diketahui,
pergantian hari terjadi pada pukul 00:00:00 dimana JD mengandung angka
xxxxxxx,5. Tambahkan JD dengan 1,5, lalu dibagi 7. Sisanya ditambah 1
menunjukkan nomor hari, dimana nomor hari = 1 adalah hari Ahad, nomor hari 2
hari Senin, dan seterusnya hingga nomor hari 7 menunjukkan hari Sabtu.(rinto
nugraha, 2010:10)
C. Kesimpulan
Hisab
penanggalan pada dasarnya tidak hanya menyangkut masalah hitung menghitung
komponen penanggalan dalam satu sistem saja maupun konversi sistem penanggalan
satu ke sistem yang lain, akan tetapi sistem penanggalan juga harus dapat
melingkupi penerjemahan suatu peristiwa ke dalam sistem tata waktu penanggalan,
termasuk peristiwa-peristiwa yang melibatkan benda-benda langit seperti gerhana
matahari, bulan dan lain-lain. Sejatinya pencocokan peristiwa yang berhubungan
dengan benda-benda langit inilah yang melahirkan sistem penanggalan dan sistem
data waktu pada umumnya menjadi lebih sempurna dan akurat.
Dari
sini dalam hisab penanggalan perlu ditambahkan lagi komponen berikut untuk
menyempurnakannya, yakni konsep penghubung pewaktuan astronomis dan Julian day,
konsep Delta T untuk koreksi tata waktu, konsep persamaan waktu bila
diperlukan. Konsep-konsep tersebut diperlukan ketika kita mengkonversi satu
peristiwa alam yang melibatkan benda langit ke dalam penanggalan. Perhitungan
waktu shalat, arah kiblat serta gerhana matahari dan bulan adalah contohnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anugraha,
Rinto, 2012, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Arifin,
Zainul, 2012, Ilmu Falak (Cara Menghitung Dan Menentukan Arah Kiblat,
Rashdul Kilat, Awal Waktu Shlatpenanggalan Kalender Dan Awal Bulan Qamariah),
Yogyakarta: Lukita
Azhari,
Susiknan. 2007. Hisab dan Rukyat, Wacana Membangun Kebersamaan di Tengah
Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darsono,
Ruswa, 2010, Penanggalan Islam (Tinjauan Sistem Fiqih Dan Hisab Penanggalan),
Yogyakarta: Labda Press
Kadir,
A. 2012. Formula Baru Ilmu Falak, Panduan Lengkap dan Praktis Hisab Arah
Kiblat, Waktu-Waktu Shalat, Awal Bulan dan Gerhana, Jakarta: Amzah.
Khazin,
Muhyiddin, 2005, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka.
Meeus,
Jean, Astronomical Algoritmhs
Nawawi,
abd. Salam, 2010, Ilmu Falak, Cara Praktis Menghitung Waktu Shalat Arah
Kiblat dan Awal Bulan, Sidoarjo: Aqaba.
· Penulis adalah mahasiswa semester 2 Program
Pascasarjana Jurusan Ilmu falak IAIN Walisongo tahun 2013
[1] Hisab urfi adalah sistem
perhitungan kalender yang didasarkan pada peredaran rata-rata pergerakan benda
langit menjadi acuannya, yaitu matahari untuk kalender syamsiah (solar)
dan bulan untuk kalender qamariyah (lunar). (Nawawi, 2010, 48). Sehingga
hisab urfi hijriyah merupakan sistem perhitungan kalender
hijriyah yang didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi dan
ditetapkan secara konvensional. (Depag. RI, 1995, 7), dan hisab urfi
syamsiah adalah sistem perhitungan kalender hijriyah yang didasarkan
pada peredaran rata-rata bumi mengelilingi matahari dan ditetapkan secara
konvensional.
[2] Definisi yang senada antara lain menyebutkan
bahwa perbandingan tarikh ialah persesuaian hisab antara tarikh miladiah
dengan tarikh Hijriyah (Kalender Kristen dan kalender Islam) atau
sebaliknya. (Kadir, cara mutakhir, 2008, 24).
[3] SES (dalam
kalender proleptik)
[4] Contohnya
dalam kalender astronomical almanac Julian day juga dikenal dengan nama Julian
date
[5] Tahun basithah
adalah 365 hari
[6] Metode ini
adalah metode yang digunakan Jean Meeus dalam menghitung JD dalam bukunya Astronomical
Algorithm
[7] Disini, INT adalah lambang di Excel untuk
menyatakan integer (bilangan bulat dari suatu bilangan). Contoh INT(12) = 12.
INT(3,57) = 3. Untuk bilangan negatif, INT(-4,7) = -5, bukan -4. INT(-25,79) =
-26. Sementara itu tanda * menyatakan perkalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar