HISTORITAS HISAB DALAM LINTASAN
PERADABAN ISLAM
Disusun oleh: Abdulloh Hasan,
S.Pd.I
A.
Pendahuluan
Perkembangan
hisab dalam lintasan sejarah belum mendapatkan porsi khusus dalam pembahasan
ilmu Hisab[1].
Literatur yang ada hanya memberikan informasi terkait dengan perkembangan ilmu
hisab yang masih terintegrasi dalam perkembangan sains yang berkembang dalam kurun
waktu tersebut. Hal ini mendorong untuk dilakukannya sebuah kajian yang
mendalam tentang perkembangan ilmu hisab dan sumbangsihnya dalam memajukan
sains islam, khususnya setelah hancurnya Baghdad sebagai pusat peradaban Islam
pada waktu tersebut.
Perkembangan
hisab pada masa ini, sangat erat kaitannya dengan peta perkembangan politik
islam dimana pemerintahan yang berkuasa pada masa tersebut memberikan peran
yang besar dalam mendukung perkembangan sains dan tekhnologi. Periode
pemerintahan yang terbagi menjadi beberapa dekade kekuasaan mengembangkan sains
–berasal dari peradaban Yunani, India, Persia dan China- yang di hidupkan kembali setelah tenggelam dalam lintasan
sejarah. Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa mengembangkan
pengetahuannya dalam memahami fenomena – fenomena alam, yang menjadi sebuah
spirit utama pengembangan sains, termasuk ilmu Hisab.
Dari
dorongan inilah, perkembangan sains pada masa awal Islam menjadi pijakan dasar
dalam perkembangan sains modern, baik di dunia Islam maupun di dunia Barat. Begitu
pun juga dalam perkembangan ilmu Hisab yang mendapat perhatian tersendiri dari
penguasa yang terlihat dengan didirikannya observatorium, perpustakaan dan
laboratorium. Dalam makalah ini akan mengkaji tentang perkembangan ilmu Hisab
pada periode pertengahan sampai periode modern. Oleh karena luasnya kajian,
kajian ini akan lebih difokuskan terhadap kemunculan tokoh- tokoh ahli ilmu
Hisab –baca astronom- Muslim untuk
mengetahui perkembangan ilmu Hisab pada serta sumbangsih yang diberikan terhadap
sains dan perkembangan ilmu Hisab dari masing – masing masa tersebut hingga hingga
kajian tentang bagaimana ilmu Hisab berasimilasi dengan ilmu pengetahuan Barat,
sebagai implikasi perkembangan sains di dunia Islam.
B.
Pembahasan
Perkembangan
peradaban Islam menurut para ahli dibagi menjadi beberapa masa dimana masing –
masing memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan ilmu Hisab. Yatim Badri
(2010: 6) dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, membagi peradaban Islam
menjadi tiga periode, yaitu: Pertama, periode Klasik (650 M – 1250 M)
yang mengupas perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin, Dinasti Bani
Umayyah, Dinasti Bani Abbasiyah, Dinasti Bani Umayyah II Andalusia, Masa Muluku
Thawaif (Andalusia), Dinasti Murabithun, Dinasti Muwahhidun dan Dinasti
Fatimiyah di Mesir. Kedua, periode Pertengahan (1250 M – 1800 M) yang
mengupas Dinasti Mamluk, kerajaan Turki Usmani, kerajaan Syafawi – Persia dan
kerajaan Mughal- India. Ketiga, periode Modern (1800 M – sekarang)[2].
Sunanto (2003: 4)
membagi sejarah kebudayaan menjadi beberapa tahapan; 1). Zaman Ideal, 2). Zaman
Perkembangan, 3) Zaman Keemasan, 4). Zaman Penyerbuan, dan 5). Zaman
Kemunduran. Pembagian ini lebih didasarkan kepada tatanan kemasyarakatan yang
dibentuk pada masing – masing zaman tersebut. Sedangkan Harun Nasution (1985:
56), membagi Sejarah Perkembangan Peradaban Islam ke
dalam tiga periode yaitu 1) periode klasik (650-1250 M), dibagi dalam dua masa,
yaitu masa kemajuan Islam I (650 - 1000 M) dan masa Disintegrasi (1000 – 1250
M). 2) Periode Pertengahan (1250 – 1800 M), dan 3) Periode Modern (1800 M).[3]
Sedangkan dalam masalah
perkembangan Hisab dalam dunia Islam atau disebut dengan istilah Hisab, menurut Donald Routledge sebagaimana dikutip
oleh Anton Ramdan (2009: 30) dalam bukunya al Quran dan Hisab, perkembangan
Hisab terbagi kedalam empat fase, yaitu 1). Periode 700 – 825 M, 2). Periode
825 – 1025 M, 3). Periode 1025 – 1450 M, 4). Periode 1450 - 1900 M. Berdasarkan pemetaan yang disuguhkan
para ahli tersebut diatas, dapat dikorelasikan bahwa pada periode I (700 - 825)
merupakan masa kekuasaan Dinasti Umayyah I yang berpusat di Damaskus, Dinasti
Umayyah di Andalusia dan pada Dinasti Bani Abbasiyah.
Pada
periode II (825 - 1025), kekuasaan Islam masih berada di tangan Dinasti
Abbasiyah di Baghdad dan Dinasti Umayyah II di Andalusia (Spanyol). Pada
periode III (1025 - 1450), tampuk kekuasaan Islam berada di tangan Dinasti
Murabithun dan Dinasti Muwahhidun di Afrika Utara, Dinasti Fatimiyah di Mesir,
Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang dilanjutkan Dinasti Ilkhan (Mongol), dan
Dinasti Mamluk di Mesir. Sedangkan pada periode IV (1450 - 1900) merupakan
perkembangan kemunduran umat Islam, dimana Islam pada kekuasaan dinasti Mamluk
di Mesir, Dinasti Timur Lenk (Transoxiana), Bani Ahmar di Spanyol dan
kemunculan kerajaan Turki Usmani, kerajaan Syafawi Persia dan kerajaan Mughal –
India hingga masuknya abad modern.
Berdasarkan
periodisasi perkembangan hisab tersebut, pada masa awal peradaban Islam belum mengalami
perkembangan yang berarti. Perkembangan tersebut dapat diketahui dengan
kemunculan tokoh – tokoh sains Islam. Hasil karya berupa tulisan dan penemuan –
penemuan dalam bidang sains merupakan bukti konkret yang menunjukkan bahwa pada
masa tersebut telah terjadi perkembangan pengetahuan dalam sains termasuk
didalamnya ilmu Hisab. Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah gerakan
terhadap perkembangan hisab mendapatkan porsi tersendiri dari para khalifah
dengan mengadakan gerakan penerjemahan mulai di bawah kekuasaan khalifah
al Manshur (754 -775 M) hingga Harun al Rasyid (786 – 809 M) pada fase pertama.
Dilanjutkan pada fase kedua yang berlangsung mulai masa khalifah al Ma’mun (813
– 847 M) hingga tahun 300 H/ 932 M. fase ketiga setelah tahun 300 H. (Yatim,
2010: 56-6)
Perjalanan
hisab pada masa ini merupakan masa integrasi peradaban Yunani, Romawi, Persia
dan India masuk ke peradaban Islam melalui khasanah ilmu pengetahuan dan
filsafat. Pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad dan dinasti Umayyah di
Andalusia menjadi sentral ilmu pengetahuan dunia. Hal ini yang mendorong
terjadinya asimilasi budaya Barat khususnya dari bangsa Eropa untuk mengkaji
dan belajar ilmu pengetahuan ke dunia
Islam. Bukti empirik pada masa keemasan Islam ini dengan munculnya tokoh –
tokoh dalam sains dan Hisab, diantaranya; Abu Ma’syar al Falaky (w. 886 M/ 273
H), al Shufi (w. 986 M/ 375 H), Abul Wafa’ (w. 989 M/ 378 H), al Shaghani (w.
989 M/ 378 H), Ali Hasan al Haytam (w. 1039M/ 430 H), Mansur Ibn ‘Iraq (w. 1033
M/ 435 H), al Fazari (w. 796 M), al Farghani (w. 881 M), al Battani (w. 918 M),
al Biruni (w. 1071 M/ 440 H), al Khazani (w. 1155 M/ 550 H), al Badi’ al
Asturlabi (w. 1140 M/ 543 H), Musallamah al Majrithi (w. 1008 M/ 398 H), al
Khawarizmi (w. 874 M), al Zarqali (1087 M/ 479 H), Banu Musa (w. 870 M), Jabir
bin Aflah al Isybili (w. 1145 M/ 540 H), Abu Ishaq al Bathruji (w. 1190 M/ 586
H) dan lain sebagainya.
Perkembangan
hisab dalam masa Islam pada periode pertengahan, mengikuti pendapat Badri Yatim
(2010) dan Musyrifah Sunanto (2003) dalam bukunya Sejarah Islam Klasik:
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, periode pertengahan dimulai pada
tahun 1250-an hingga tahun 1800-an yang merupakan masa setelah terjadinya
penyerbuan Andalusia oleh tentara Kristen, Penyerbuan Baghdad dan awal mula
Perang Salib.[4] Penyerbuan paling dahsyat
dilakukan oleh tentara Mongol yang menyerang ke wilayah Barat, mulai dari
Transoxiana dan Khawarizm pada tahun 1219 M, Gazna pada tahun 1221 M,
Azerbaijan tahun 1224 M dan Saljuk di Asia Kecil pada tahun 1243 M dan Baghdad
jatuh pada tahun 1258 M.[5]
Setelah
hancurnya Baghdad di tangan tentara Mongol, Andalusia di tangan tentara Kristen
dan serangan tentara Salib, dunia Islam memasuki periode pertengahan dimana
kekuasaan Islam berpusat di beberapa daerah, yaitu pemerintahan Mongol (Dinasti
Ilkhan) di Baghdad (1258 – 1343 M), dinasti Timur Lenk[6] di
Iran (1370 – 1469 M), dinasti Mamalik di Mesir (1250 – 1517 M) dan masa Tiga
Kerajaan Besar yaitu Turki Usmani (1281 – 1924 M ), Dinasti Safawi- Persia
(1501 – 1722 M) dan kerajaan Mughal – India (1526 – 1748 M).
Perkembangan
ilmu pengetahuan Islam, khususnya ilmu Hisab dan juga ilmu lainnya sangat
terpengaruhi dengan stabilitas politik yang berkembang. Banyaknya gejolak dan
perpecahan mengakibatkan keamanan dan kenyamanan dalam melakukan pengembangan
menjadi tidak stabil sehingga tidak banyak ilmuwan terkenal dan berkembang sebagaimana pada masa Islam
Klasik. Dalam mengkaji perkembangan ilmu Hisab ini, dapat diketahui dengan
munculnya tokoh – tokoh yang terkenal dan memiliki kiprah dalam bidang Hisab
yang menyebar di berbagai wilayah.
1. Perkembangan
Hisab pada Masa Dinasti Mongol
Setelah
Baghdad dikuasai Hulaghu Khan (w. 1265 M) pemerintahan Islam berada di bawah
dinasti Ilkhan. Seluruh tatanan pemerintahan mengalami keterpurukan, khususnya
dalam khasanah ilmu pengetahuan sampai pada masa kekuasaan Mahmud Gaza (1295-
1304 M) yang beragama Islam dan mulai memperhatikan peradaban, ilmu
pengetahuan, sastra, kesenian, arsitektur. Pada masa kekuasaannya dibangun
kembali perpustakaan, observatorium dan sekolah – sekolah. Sehingaa pada masa
Abu Sa’id yang merupakan tampuk kekuasaan terakhir dinasti Ilkhan yang
digantikan dinasti Timuriyah. Pada masa pemerintahan dinasti Timuriyah
–dinisbatkan kepada Timur Lenk- kerajaan Mongol sudah memeluk agama Islam dan
mensentralkan kekuasaan di Persia- Iran.
Ilmuwan
– ilmuwan besar masih dilahirkan umat Islam, walaupun jumlahnya sedikit.
Nashirudin al Thusi[7] (w. 1274 M) merupakan
tokoh Hisab terkenal yang meletakkan dasar – dasar Hisab modern. Dia mendirikan
observatorium terbesar dan terlengkap di Maragha – Persia, atas dukungan dan
sokongan dari Hulagu Khan.[8]
Observatorium ini memiliki kuadran terbesar dengan panjang 4 meter yang
terbuagt dari tembaga asli serta memiliki perpustakaan yang memuat 400.000
buku. Di Observatorium Maragha ini, al Thusi mampu membuat table yang paling
lengkap dan akuran yang disebut Zij al Ilkhani (diambilkan dari nama
dinasti Ilkhan).[9] Terobosan yang
dilakukannya adalan penemuan cara untuk membuat semua equant dari model
Ptolemeus dan menggantinya dengan pergerakan seragam yang disebut dengan Kopel
Thusi.[10](Masood, 2009: 108) Dia
juga menyelesaikan karyanya al Tadzkirah fi ‘Ilm al Hayah (Pengingat
Ilmu Hayat) tahun 1261 yang menyelesaikan struktur alam semesta yang
komprehensif dan mampu menciptakan perhitungan matematis untuk menyatakan sudut
pandang dunia yaitu heliosentris.
Observatorium
ini merupakan observatorium pertama yang masih beroperasi walaupun kekuasaan
pemerintah telah berganti. Observatorium ini terus beroperasi sepeninggal
Hulagu Khan tidak kurang dari 7 pemerintahan. Mengutip pendapat Sadan Man dkk
(2013: 127 - 128), jumlah saintis yang
bekerjasama dengan observatorium ini diantaranya, Nasirudin al Thusi,
Ali ibn Umar al Qazwini, Muayyad al Din al Urdi, Fakhrudin al Akhlati, Muhyi al
Din al Maghribi, Qutb al Din al Shirazi, Abd Razaq ibn al Fuwati dan Kamal al
Din al Ayki.
Pada
tahun 1447 M, kekuasaan kerajaan Mongol berada ditangan Ulugh Beik[11]
(w. 1449 M) yang merupakan seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti serta
ahli Hisab. (Yatim, 2010: 123) Ulugh Beik mendirikan observatorium lain di
Samarkhand yang merupakan observatorium termegah dengan radius kubah mencapai
130 kaki. (Masood, 2010: 102) Dengan adanya observatorium pada masa ini, para
ahli hisab Arab mampu mengukur kemiringan poros bumi dan memperbaiki
perhitungan pergerakan rotassi bumi selama hamper 26.000 tahun. Selain itu
ditemukan lingkar bumi sebesar 24.835 mil serta mengukur titik terjauh bumi dan
matahari bergerak beberapa detik tiap tahunnya.
Ulugh Beik
memperbaiki hasil pengamatan Ptolemeus dan menyusun table yang terkenal dengan “
Zeij Sulthan al Jadid” yang lebih terkenal dengan “Zeij Ulugh Bek”. Zeij
tersebut terbagi menjadi empat
bagian: pertama, pengetahuan sejarah, kedua, pembahasan tentang
waktu yang muncul setiap saat, ketiga, pembahasan perjalanan planet –
planet, dan keempat, pembahasan mengenai pergerakan bintang. (al Tha’i,
2007: 67) Tokoh lainnya, Sahal al Asturlabiy al Naisaburiy (w. 1299 M/ 698 H),
membuat astrolabe daqiqah, Ghyats al Din al Kasyi (w. 1434 M/ 838 H),
seorang tokoh ulama yang bekerja di observatorium Ulugh Beik terhadap gerhana
matahari dan menulis Zeij Khaqani fii
Takmili al Ilkhani yang melengkapi table al Thusi. Hasil karyanya yang lain
Nazhah al Hadaiq yang berisi tentang peralatan hisab yang disebut Thabaq
al Manathiq dan Sullam al Sama’.
Ibnu
Syatir [12](w.
1375 M/ 777 H), seorang ahli hisab dan waktu yang menciptakan perakatan
falakiyah. Dia menyusun tabel Zeij Ibn Syathir yang memuat perhitungan
trigonometri bola, pergerakan planet dan menjadikan pusat pergerakannya adalah
matahari. Beliau juga menerjemahkan buku hisab Yunani dan mengoreksi
kesalahannya kedalam bahasa Arab. Diantaranya kitab Idhahul Mushib fi al ‘Amali al Rabi’ al Mujib,
Zeij Nihayah al Ghayat fi al A’mali al Falakiyah, Arjuzat fi al Kawakib, dan
Zeij Jadid. (al Tha’i, 2007: 68)
Disamping
munculnnya tokoh – tokoh hisab tersebut, dalam perkembangan khasanah
pengetahuan mengalami penurunan yang drastis. Trauma yang berkepanjangan akibat
serangan bangsa Mongol, masih melekat dalam benak masyarakat muslim. Sebagai
akibatnya para ilmuwan banyak yang melarikan diri ke berbagai wilayah, seperti
Mesir, Syiria, India dan lainnya. Dalam zaman ini umat Islam dan kaum
terpelajar banyak yang melarikan diri ke
bidang keagamaan yang disebabkan politik yang tidak stabil, sehingga banyak
yang terjerumus ke bidang mistik dan khurafat. Hal ini berimbas terhadap
pengerucutan substansi ilmu pengetahuan yang cakupan pembahasannya menjadi
kerdil.(Sunanto, 2003: 192-193) Khususnya ilmu Hisab, hanya dipergunakan dan
dikembangkan dalam menghitung waktu shalat, arah liblat dan hal – hal yang
berkaitan dengan ritul keagamaan saja. Sedangkan ilmu perbintangan dikembangkan
untuk peramalan saja.
2. Perkembangan
Ilmu Hisab pada Masa Dinasti Mamalik[13] di Mesir
Dinasti
ini berkuasa di Mesir setelah menggulingkan kekuasaan Dinasti Ayyubiyah ( 1249
M) yang didirikan oleh Izzudin Aibak (w.1257M) yang kemudian mendirikan dinasti
Mamalik ( 1249 – 1517 M). Pada masa penyerbuan tentara Mongol, dibawah
kekuasaan dinasti Mamalik, Mesir dapat dipertahankan sehingga Mesir menjadi
tumpuan harapan umat Islam dan menjadi tempat pelarian para ilmuwan Baghdad.
Hal ini terlihat dengan berkesinambungannya hasil peradaban Klasik masih
terlihat jelas di Mesir.
Pada
periode ini adalah masa kemajuan Astronomi (Hisab), Astrologi, matematika, ilmu
Hitung, Geometri, dan ilmu Kedokteran. Tokoh hisab yang muncul pada masa ini,
Nashirudin al Thusi yang kemudian bekerja di observatorium Maragha, Abul Faras
al Ibriy dan Abul Hasan. (Karim, 2007: 285) pada masa kekuasaan Baybers (w.1277
M) mengadakan berbagai pembangunan di Mesir, Palestina dan Syiria. Dia
menciptakan dua tradisi bagi Islam, pertama, mempersiapkan kiswah untuk
Baitullah di Mekkah dan diantar dengan upacara pada setiap musim haji. Kedua,
menempatkan empat imam (Maliki, Syafi’I, Hanafi, Hambali) pada keempat penjuru
Ka’bah.(Sunarto, 2003: 207) Setelah terjadinya perebutan kekuasaan di tangan
Mamluk Burji, Mesir mengalami kemunduran dalam khasanah ilmu pengetahuan,
karena penguasa pada masa tersebut tidak menyukai perkembangan ilmu pengetahuan
dan lebih suka berfoya – foya, sehingga berimbas kepada kesejahteraan rakyat.
Dinasti ini runtuh setelah ditaklukkan oleh kerajaan Turki Usmani pada tahun
1512 M.
3. Perkembangan
Hisab pada Masa Tiga Kerajaan Besar
Tiga
kerajaan besar yang bertahta dalam rentang periode tahun 1500 – 1800 M adalah
kerajaan Safawi- Persia (1501 – 1736 M), kerajaan Turki Usmani di Turki (1288 –
1924 M) dan kerajaan Mughal di India (1526 – 1857 M). Ketiga kerajaan Besar ini
mendominasi perkembangan peradaban dunia Islam dengan coraknya masing – masing.
Kekuasaan
Usmaniyah meliputi, Asia Kecil, Eropa Timur, Afrika Utara, Sudan, Somalia,
Jazirah Arab, Syam dan memusatkan pemerintahannya di Konstatinopel (Istambul)
Turki didirikan oleh Usman bin Ertoghul (w. 1289 M). Kebudayaan Turki merupakan
perpaduan kebudayaan Persia, Byzantium dan Arab. Dari Persia, mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma kerajaan. Pemerintahan dan
kemiliteran diadopsi dari kebudayaan Byzantium,
sedangkan ajaran – ajaran tentang prinsip – prinsip ekonomi, social
kemasyarakatan, keilmuwan dan huruf diambil dari bangsa Arab. (Yatim,
2010: 137 - 138) Dalam bidang Hisab,
penemuan yang berarti adalah pendirian observatorium di Istanbul, Turki oleh
Taqi al Din bin Ma’ruf.(Ramdan, 2009: 40) Akan tetapi dalam tataran
perkembangan ilmu pengetahuan tidak terdapat perkembangan sama sekali,
khususnya dalam bidang ilmu Hisab merupakan masa vakum.[14]
Kerajaan
Syafawi – Persia menguasai daerah Irak, Iran, Afghanistan dan Khurasan.
Pendirinya Safi al Din (w. 1334 M) dan merupakan penisbatan nama tarekat
Safawiyah yang didirikan dan terus dipertahankn hingga menjadi gerakan yang
berhasil mendirikan kerajaan. Kerajaan ini menerapkan mazhab Syi’ah sebagai
mazhab Negara. Dalam bidang ilmu pengetahuan kerajaan Syafawi melahirkan
ilmuwan Baha al Din al Syaerazi (w. 1620 M/ 1031 H), seorang generalis ilmu
pengetahuan, dalam bidang hisab dia mengarang Risalah al Hilaliyah dan kitab Tasyrih
al Falak. Sadar al Din al Syaerazi dalam bidang filsafat Muhammad Baqir Ibn
Muhammad Damad, seorang filosof, ahli sejarah, teolog dan observer mengenai
kehidupan lebah. Akan tetapi dalam bidang Hisab tidak terdapat perkembangan.
Kerajaan
Mughal di India menguasai wilayah India, Pakistan dan Bangladesh. Pendiri
kerajaan ini adalah Zahirudin Babur (w. 1530) yang merupakan cucu Timur Lenk
dan ibunya keturunan Jengish Khan. Kerajaan ini Berjaya selama 330 tahun. Dalam
bidang ilmu Hisab, dilakukannya penerjemahan buku karya Ikhwanus Shofa oleh
Ikram Ali sehingga ditemukannya kompilasi Zijj Muhammad Shohi pada tahun
1720 yang mengoreksi table – table Eropa sebesar 6 menit busur.
Pada
masa tiga kerajaan besar tersebut tidak terdapat perkembangan ilmu pengetahuan
yang berarti, hal ini dikarenakan berbagai macam factor, yaitu: (Yatim, 2010:
152-156)
a. Sarana untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran baik yang diterjemahkan dari bahasa
Yunani, Persia, India dan Syiria banyak yang hancur akibat serangan tentara
Mongol
b. Kekuasaan
Islam pada tiga kerajaan besar dipegang oleh bangsa Turki dan Mughal yang lebih
menyukai perang dari pada pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Tidak
berkembangnya metode berpikir rasionalis dan tidak adanya ruang kebebasan
berfikir.
d. Pusat –
pusat kekuasaan Islam tidak berada di wilayah Arab dan tidak pula oleh Bangsa
Arab.
e. Terjadinya
Stagnasi dalam lapangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan hanya pengembangan
kekuatan militer.
4. Masa
Asimilasi Hisab ke Dunia Barat
Kekuasaan
Islam di Andalusia mengalami kemunduran di berbagai bidang setelah mendapat
serbuan dari tentara Kristen. Peristiwa ini terjadi pada masa al Muluk al
Thawaif yang kemudian diambil alih oleh dinasti Muwahhidun. Tahun 1212 M,
kaum Nasrani melancarkan serangan ke Andalusia pimpinan Alfonso VIII,
Raja Castille, yang menyebabkan kekalahan dinasti Muwahhidun di Spanyol tahun
1235 M. Selama tahun 1238 – 1260 M kekuasaan Islam di Spanyol jatuh ke tangan
Kristen kecuali Granada dibawah kekuasaan Bani Ahmar (1232 – 1492 M). (Karim,
2007: 248).
Kota
Toledo direbut tahun 1085 M, sehingga pusat pengetahuan, pusat pendidikan
beserta ilmuwan islam lenyap. Tahun 1236 M, Cordova dikuasai raja Alfonso VIII
dari Castille, berikutnya Seville, Malaga dan Granada.[15]
Penguasa terakhir Bani Ahmar, Abu Abdillah harus terusir dari tanah airnya dan meninggalkan baik secara fisik maupun
kebudayaan. Umat Islam dipaksa untuk memeluk agama Kristen kembali, dengan
melakukan pembantaian besar- besaran bagi yang tidak mau memeluk Kristen dengan
Guillotine. Umat Islam banyak berpura-pura masuk Kristen secara lahiriah
akan tetapi tetap memeluk Islam secara Rohaniah. Kelompok ini disebut muzorobus.
(Sunarto, 2003: 224)
Demi
mengembalikan kekuasaan Kristen, Raja Alfonso X dari Castille melakukan
penerjemahan Astronomi Arab pada tahun 1223 – 1284 M, yang disentralkan di
Toledo yang terdapat perguruan tinggi, rumah sakit, perpustakaan dan
labolatorium. Bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin maupun ke bahasa
yang mudah dipahami. Para pengajar dan guru- guru tersebut yang menguasai
bahasa Arab disebut al mustaribun dalam bahasa Eropa disebut Muzareb.
(Sunarto, 2003: 225) di Toledo didirikan sekolah Tinggi Terjemah, sehingga
penerjemah Baghdad pindah ke Toledo. Penerjemah dalam bidang Astronomi terkenal adalah Avendeath (Ibnu Daud). Dari
hasil penerjemahan yang dilakukan pada masa Alfonso X menghasilkan Alfonsine
Tables yang dipublikasikan tahun 1252 M.(Berry,1961: 87) Pengaruh dari penerjemahan – penerjemahan ini
menimbulkan gerakan besar- besaran di Eropa dalam membedah kembali khasanah
Yunani pada abad ke -14.
Melalui
Pulau Sicilia- Italia sesudah direbut kembali oleh Kristen, didirikan sekolah
kedokteran yang menimbulkan asimilasi budaya Kristen- Islam, termasuk
didalamnya pengetahuan Hisab. Dibawah pemerintahan orang-orang Norman
kebudayaan Islam bercampur dengan kebudayaan Yunani dan Romawi. Perkembangan
pengetahuan mencapai puncaknya di Sicilia pada masa pemerintahan Roger II. Hal
ini terlihat dengan lahirnya ilmuwan ahli ilmu Bumi yang bernama al Idrisi,
dari Ceuta tahun 1100 M dari keluarga Arab Spanyol. Nama Aslinya Abu Abdullah
Muhammad al Idrisi dengan karangannya Nakhatul Musylaaq fi Ikhtiraaqi al
Aafaaq.[16](Sunarto, 2003: 231)
Dari
Sicilia, ilmu pengetahuan menyebar ke Italia, dengan dibangunnya universitas
Napels oleh Raja Frederick II tahun 1224 M. di universitass ini buku – buku
karya Aristoteles dan Averoes (Ibnu Rusyd) diterjemahkan dan dimasukkan dalam
kurikulum pelajaran. Melalui universitas inilah penyebaran ilmu pengetahuan
Islam berkembang ke Eropa sampai masa renaissance, dengan melakukan
gerakan penggalian khasanah Yunani di Italia pada abad ke -14 M, gerakan
reformasi pada abad ke -16 M, gerakan raasionalisme pada abad ke -17 dan masa
pencerahan (aufklarung) pada abad ke -18 M. (Yatim, 2010: 110)
5. Hisab di
Eropa pada Abad Pertengahan
Dengan
terjadinya asimilasi kebudayaan dan pengetahuan ke Eropa, maka perkembangan
dalam bidang Hisab pun mengalami perkembangan bertahap. Setelah umat Islam
menampakkan kemajuan dalam ilmu pengetahuan, pada abad ke -13 terjadi ekspansi
intelektualitas ke Eropa melalui Spanyol dan Sicilia. Keadaan di Eropa yang
sedang memunculkan reaksi terhadap filsafat Scholasstik di masa tersebut,
berkembang Humanisme, Rasionalisme dan Renaissance dimana orang dilarang
menggunakan rasio atau berfaham kontradiktif dengan faham gereja.(Murtadho,
2008: 29)
Adapun
tokoh hisab yang muncul pada periode pertengahan di Eropa, yaitu:
a. Nicolas
Copernicus (1473- 1543 M), merupakan seorang Jerman yang bekerja di gereja. Dia
melontarkan pendapatnya tentang teori Heliosentris dalam enam jilid
bukunya yang berjudul Nicolae Copernicie Torinensis de revolusionibus Orbium
Coelestium Libri VI dalam rangka membongkar teori Geosentris yang
dikembangkan Claudius Ptolemeus. (Murtadho, 2008: 29)
b. Tycho Brahe
(1546 – 1601 M) lahir di Scania, Denmark. Dia tertarik dengan gerhana matahari
sehingga mendorongnya untuk mengkaji matamatika dan astronomy. Observasi
pertamanya pada pengamatan Jupiter dan Saturnus sehingga mengoreksi Alfonso
Tables. Kajian utama Tyco Brahe adalah dalam pengamatan Bintang, Planet,
Komet dan Orbit planet dan bintang. Dia mencoba untuk mengkompromikan antara
teori Ptolemeus dan Copernicus yang dituliskan dalam bukunya yang berjudul De
Stella Nova. (Berry, 1961:130-136)
c. Galileo
Galilei (1564 – 1642 M) lahir di kot Pisa, Italia. Dia menulis buku The Starry Messenger,
yang berisikan hasil pengamatannya terhadap keadaan bintang dan langit pada
tahun 1610 M. Dia mengungkapkan permukaan bentuk bulan, planet-planet yang
mengelilingi Jupiter, pembentukan galaksi Bima Sakti. Dia sebagai pelopor
pembuatan alat-alat astronomi dan teleskop. Dengan teleskop ciptaannya dia
dapat melihat sunspot (bintik pada matahari). Dia menulis buku the
Dialogue Concerning the Two Chief Systems of the World Ptolemic and Copernican,
yang berisi perdebatan tentang teori geosentris dan heliosentris. (Ramdan,
2009: 89-92)
d. Johannes
Kepler, seorang tokoh Hisab yang menyampaikan hasil penelitiannya bahwa
lintasan edar planet dalam pergerakannya mengelilingi matahari berbentuk
ellipse. Di mengemukakan tiga hukum yang disebut Hukum Kepler, yang ditulis dalam
bukunya Epitome of The Copernican Astronomy. Teori ini menguatkan akan
kebenaran teori Heliesentris, sehingga diketahui bahwa buhmi merupakan objek ke
-3 dalam lintasan orbitnya setelah Mercurius dan Venus.
Pada masa perkembangan
berikutnya, banyak penemuan- penemuan baru dalam bidang kosmografi oleh para
ilmuwan. Newton (1645 – 1727 M), hukum dinamika, Bradleymon (1726 M), menemukan
teori bahwa bumi tidaklah diam tetapi bergerak, terbukti adanya aberasi. Titius
dan Bode (1766 M), menemukan jarak antara Planet dan Matahari. Bessal (1837 –
1838 M), menemukan parralaks pada bintang- bintang. (Solihan (1994) yang
dikutip oleh Murtadho (2009): 30) dalam rentang waktu tahun 1400 – 1800 M,
perkembangan Ilmu Hisab lebih banyak berkembang di Eropa.[17]
Memasuki abad modern (1800 – 2000
M), pertumbuhan hisab mulai mengedepankan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
modern. Simon New Comb (1835-1909 M), seorang sarjana Astronomi dan Matematika
berkebangsaan Amerika membuat jadwal hisab baru yang dikenal dengan nama Almanac
Nautika (1861 M).[18]Walter
Bade (1892-1960 M) yang bekerja di Mount Wilson and Palomar Observatory Amerika
Serikat yang menemukan dua populasi bintang dalam galaksi Bima Sakti. (Khazin,
2005: 99). William Herschel (1738 – 1822 M), seorang astronom berkebangsaan
Jerman yang meletakkan dasar astronomi tentang gerak bintang, planet Uranus dan
beberapa bintang ganda. Edwin Hubble (1889 – 1953 M), seorang astronom Amerika
yang mencetuskan hukum Hubble yang menyatakan bahwa,” makin jauh sebuah
galaksi dari pengamat, semakin besar laju galaksi menjauhi pengamat.” Jean
Meeus (1928 M), seorang tokoh ahli matematika dan astronomi, yang mengarang
buku the canon of solar eclipse (1979 M), Astronomical Table of The Sun,
Moon and Planets (1983), Astronomical Algoritm yang menjadi rujukan dalam perhitungan hisab
di Indonesia.
Sedangkan dalam dunia Muslim,
hanya sedikit tokoh yang muncul dan berdedikasi tinggi dalam Hisab. Akan tetapi
khasanah keilmuan yang menjadi kajian menjadi
dipersempit hanya terkait dengan Arah Kiblat, Waktu Shalat, Kalender,
Awal Bulan, dan Gerhana Matahari maupun Bulan. Penyempitan kajian ini sudah
terjadi mulai pada masa kemunduran Islam dimana corak pengembangan ilmu hanya
mensyarah karya ulama sebelumnya. Sedangkan dalam kajian ilmu Aqli, dipersempit
hanya pada wilayah yang berhubungan dengan keagamaan saja, karena stabilitas
pemerintahan yang todak kondusif.
Adapun ulama Muslim yang bergerak
dalam bidang Hisab, diantaranya; Husein Zaid, seorang ahli hisab Mesir yang
mengarang buku al Mathla’ al Sa’id fi Hisab al Kawakib ‘ala Rashd al Jadid.
Muhammad Ilyas, ahli falak dari Malaysia yang mengarang buku A Modern Guide
to Astronomical Calculation of Islamic Calendar, Times and Qibla yang diterbitkan di Kuala Lumpur tahun 1984. Abdul
Hamid Mursi, dengan karya al Manahiju al Hamidiyah. Ahmad Khatib al
Minangkabawiy, dengan karyanya al Jawahirun Naqiyyah fi al Amalil JaibiyahI dan
Raudhatul Hussab fi al ‘Ilm Hisab. Muhammad Arif Afandi, seorang ulama
Turki dengan karya al Ma’arif al Rabbaniyah bil Masa’il al Falakiyah.
C. Kesimpulan
Dari kajian yang sudah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan ilmu Hisab ada abad pertengahan
mengalami kemerosotan yang drastic jika dibandaingkan dengan periode
sebelumnya. Hal ini karena stabilitass politik yang kacau sehingga dalam
lapangan ilmu pengetahuan tidak mendapatkan perhatian. Selain itu, penghancuran
Baghdad oleh bangsa Mongol yang menghancurkan perpustakaan dan hasil karya pada
masa sebelumnya menghapuskan khasanah keilmuwan khusunya Hisab. Pada masa
pemerintahan dinasti Ilkhan merupakan masa
berkembangnya Ilmu Hisab yang memberikan pengaruh sampai ke Indonesia.
Yaitu dengan disusunnya Zeij Ulugh Beik serta observatorium dengan
berbagai kelengkapanya.
Sedangkan di Spanyol, setelah
penghacuran oleh tentara Kristen terjadi asimilasi ilmu pengetahuan, termasuk
ilmu Hisab berkembang di perguruan tinggi Eropa melalui Toledo, Sicilia dan
Perang Salib. Hal ini yang menjadikan kebangkitan ilmu pengetahuan, termasuk
ilmu Hisab di wilayah Eropa, setelah melakukan gerakan menerjemahan, penggalian
khasanah Yunani, revolusi Industri dan Pencerahan hingga masa Imperialisme ke
negara- negara Islam pada masa modern.
Hal yang tidak dipungkiri, disaat
umat Islam mengalami kemunduran ilmu Hisab pada periode pertengahan, di Eropa
terjadi asimilasi ilmu Hisab hingga membangkitkan keterpurukan Eropa dari zaman
kegelapan. Sedangkan pada zaman modern, sangat sulit untuk menemukan kembali
ilmuwan muslim yang mampu untuk memberikan sumbangsih luar biasa terhadap ilmu hisab.
Perkembangan ilmu Hisab di dunia Islam tidak dipungkiri terpengaruh
perbendaharaan Yunani, Persia dan India yang sudah padam. Melalui tangan –
tangan ilmuwan muslim, perbendaharaan itu dikembangkan hingga melampaui karya
filosof Yunani. Akan tetapi, perbendaharaan Islam tersebut mengalir dan
berkemabng di Eropa dengan meniadakan sumbangsih umat Islam dalam Ilmu Hisab.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Tha’i, Muhammad Basil, 2007, ‘Ilmu al Falak wa al Taqawim, Libanon: Daar
an Nafs
Berry,
Arthur, 1961, A Short History of Astronomy: from Earliest Times through The
Nineteenth Century, New York: Dover Publications, Inc
Karim,
M. Abdul, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher
Khazin,
Muhyidin, 2005, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta:
Buana Pustaka
Masood,
Ehsan, 2009, Ilmuwan- Ilmuwan Muslim: Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Murtadho,
Muhammad, 2008, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press
Ramdan,
Anton ,2009, Islam dan Astronomi, Jakarta: Bee Media Indonesia
Sunanto,
Musyrifah, Hajah, 2003, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, Jakarta: Prenada Media
Thahir,
Ajid, 2004, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-
Akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo
Yatim,
Badri, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajwali Pers
Å Makalah ini
dipresentesikan dalam seminar pertemuan mata kuliah Hisab Kontemporer pada
tanggal 21 April 2014 program pascasarjana IAIN Walisongo
[1] Dalam makalah
ini ilmu Hisab merupakan pengistilahan yang dipergunakan penulis dalam
menjabarkan istilah ilmu Hisab maupun ilmu Falak. Istilah Hisab ini dalam
rangka untuk mengintegrasikan kembali nilai-nilai keilmuan Hisab dan Hisab.
[2] Dalam
pembagian periode Modern, Abdul Karim (2007: 343) menyatakan bahwa abad modern
berlangsung mulai abad 18 – abad 20, sedangkan memasuki abad 20 sampai dengan
sekarang disebut sebagai abad Kontemporer.
[3] Menurut
penulis pembagian sejarah peradaban Islam yang diajukan oleh Harun Nasution
maupun Badri Yatim tidak terdapat perbedaan yang signifikan, keduanya
memfokuskan kepada pertimbangan yang sama. Hanya saja dalam menentukan zaman
modern Harun memberikan porsi pembahasan tersendiri dengan melihat perkembangan
peradaban Islam pada zaman modern sekarang ini.
[4] Penyerbuan
pada Dunia Islam terjadi di Andalusia – Spanyol oleh tentara Kristen. Toledo
jatuh pada tahun 1085 M, Cordova pada tahun 1236 M dan selanjutnya Sevilla
tahun 1248 M. hal utama yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dinasti Umayyah di
Andalusia karena terjadinya perpecahan dan sengketa antar saudara, yang ingin
menjadi raja dari suatu Negara merdeka, sehingga bermunculan Negara kecil yang
timbul di tiap kota dan propinsi. (Sunanto, 2003: 177-178)
[5] Penyerbuan
tentara Mongol ke Baghdad merupakan serangan terdahsyat dalam catatan sejarah
dunia Islam, setiap daerah yang dilaluinya dihancur luluhlantahkan dan
dilakukan pembantaian besar- besaran. Menurut beberapa riwayat, di setiap
daerah yang sudah dihancurkannya tentara Mongol mendirikan menara dengan
menumpuk tengkoran manusia.
[6] Timur Lenk
lahir dekat dedkat Kesh, Usbekistan, sebelah selatan Samarkhand di Transoxiana,
8 April 1336 M dan meninggal di Ottar pada tahun 1404 M. timur Lenk dikenal
sebagi penguasa yang ganas dan kejam
terhadap penentangnya. Sebagi seorang muslim, Timur Lenk tetap memperhatikan
pengembangan Islam, penganut Syiah, menyukai tasawwuf tarikat Naqsabandiyah,
dan menghormati ulama dan ilmuwan. (Ajid Thohir,2004: 148)
[7] Nama Lengkapnya
Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin Hasan Nasirudin al Thusi, dia merupakan
tokoh astronomi. Dia selamat dari pembantaian dan dijadikan sebagai ahli
astrologi pada masa Hulaghu khan.
[8] Pada referensi
lain, pendirian observatorium tersebut terjadi pada masa dinasti Timuriyah,
yang masih memiliki jalur yang sama kepada Hulagu Khan.
[9] Observatorium
ini merupakan salah satu observatorium pertama dan terlengkap, terdapat sebuah
perkakas yang merupakan bola berputar
disusun diatas berbagai cincin untuk menggambarkan penentuan bintang – bintang
di cakrawala. Terdapat juga cincin dan gelang untk mengukur gerhana matahari,
gerhana bulan dan untuk mengukur khatulistiwa.
[10] Kopel Thusi
adalah cara untuk menunjukkan betapa pergerakan seragam realistis dalam sebuah
lingkaran akhirnya bisa membuat sesuatu seakan-akan bergerak dalam garis lurus,
dan membuang equant yang membingungkan untuk matahari dan planet luar
kan tetapi tidak bisa dilakukan untuk planet Merkurius.
[11] Nama
lengkapnya Muhammad Thur Ghani Ulugh Beik bin Syah Rukh bin Timur dari
keturunan Jengis Khan.
[12] Lengkapnya Abu
al Hasan ‘Allam al Din ibn Ibrahim ibn Muhammad al Anshari, dilahirkan di
Damaskus, Syiria tahun 704 H/ 1304 M. dia bertugas sebagai muwaqit atau kepala
muadzzin yang memberikan jawaban terhadap waktu – waktu shalat.
[13] Mamalik
merupakan jamak dari mamluk yang berarti hamba sahaya atau budak, karena
dinasti ini didirikan oleh tawanan penguasa dinasti Ayyubiyah yang dididik dan
dijadikan tentara. Mereka mendapat hak – hak istimewa dalam menjaga
kelangsungan kekuasaan dan ditempatkan
di P. Raudhah – Sungai Nil sehingga dikenal dengan julukan Mamluk
Bahri.(Yatim, 2010: 124)
[14] Dalam lapangan
ilmu pengetahuan secara orisinil ilmuwan besar yang mucul pada masa ini adalah
Haji Khalifa (w. 1658 M) seorang yang
berpengetahuan luas, prajurit berani
yang mengarang mengenai sejarah, ilmu bumi dan sejarah hidup. Daud
Inthaqy (w. 1598 M), seorang dokter yang terkenal dengan karangannya Tadzkirah Ulil Albab wa al Jumu’u lil Ujbi al
Ujab.
[15] Kemajuan Eropa
Barat memang bersumber dari khasanah ilmu pengetahuan dan metode berfikir Islam
yang rasional. Diantara saluran masuknya Islam ke Eropa melalui tiga jalur
utama yaitu perang Salib, Pulau Sicilia – Italia dan Andalusia – Spanyol.
[16] Buku ini
merupakan buku yang berisi tentang ilmu-ilmu dari buku-buku kuno karya
Ptolemius dan al Masudi, yang diverifikasi berdasarkan hasil observasi pemimpin
rombongan yang dikirim ke berbagai Negara.
[17] Gerakan
renaissance di Barat sebagai tonggak awal perkemabangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi di Eropa hingga terjadinya revolusi industry. Dari perkembangan ini
berimbas kepada imperialism terhadap wilayah
kekuasaan Islam, sehingga khasanah ilmu pengetahuan di wilayah Islam lenyap
dan mengalami stagnanisasi.
[18] Jadwal yang di
bawa oleh New Comb inilah yang menjadi tonggak utama hisab kontemporer di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar