MAKALAH
Dibuat
dalam rangka memenuhi tugas matakuliah
Astronomi
Bola yang diampu oleh
K.H. Slamet Hambali, M.Ag
Oleh :
AHMAD FAUZI
NIM: 135212002
KHAIRIL UMAMI
NIM: 135212003
PROGRAM
MAGISTER ILMU FALAK
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
A. Pendahuluan
Bumi adalah
tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia. Bumi
adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan
planet terpadat dan terbesar
kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi
terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.
Bumi terbentuk
sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan muncul di
permukaannya pada miliar tahun pertama. Dalam bumi ini terdapat banyak
fenomena-fenomena yang menarik seperti pergantian siang dan malam, lama waktu
siang dan malam, dan perbedaan waktu-waktu dibelahan bumi, Bumi kita yang kita
pijak ini adalah seperti hamparan yang datar dan luas, tetapi sebenarnya
berbentuk seperti bulat atau lebih tepatnya berbentuk ellipsoidal. Untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya bumi ini, maka perlu dilakukan pengkajian
tentang bumi terutama sistem koodinat bola bumi.
Untuk memahami
system koordinat bola bumi,
hal pertama yang perlu kita pelajari adalah unsur-
unsur yang
terdapat pada bola bumi tersebut seperti sumbu/poros bumi, meridian bumi, khatulistiwa/equator
bumi, garis bujur, garis lintang, internasional date line dan menghitung jarak
dan perubahan waktu. Makalah ini
mencoba untuk
membahas beberapa konsep
tersebut agar lebih bisa difahami dan diaplikasikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sumbu/poros bumi, meridian bumi, khatulistiwa/equator
bumi, garis bujur, garis lintang dan Internasional Date Line?
2. Bagaimana cara menghitung jarak dalam satu garis bujur dan jarak dalam satu
garis lintang dan perubahan waktu?
C. Pembahasan
1. Sumbu/poros bumi
Sumbu/poros bumi adalah garis yang bersifat khayal yang menghubungkan Kutub
Utara dan Kutub Selatan tempat bumi berputar pada posisi yang tetap.
Bumi tidak diam. Planet ini terus berputar pada
porosnya. Rotasi bumi mengontrol aktivitas manusia mengikuti gelap dan terang,
membagi kehangatan Matahari ke seluruh belahan dunia. Saat rotasi, semua yang ada di Bumi ikut bergerak, dari barat ke timur. Namun,
pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, seberapa cepat kita berputar? Ketika kita bersantai di depan
televisi, mengerjakan pekerjaan sehari-hari, melamun, berpikir, bahkan tidur,
sejatinya Bumi terus berputar dalam kecepatan yang 'memusingkan'.
Perputaran itu disebut rotasi atau diartikan sebagai perputaran bumi pada poros/sumbunya. Sumbu Bumi itu terbentang dari utara-selatan (garis tegak dan sedikit miring ke kanan). Garis utara-selatan Bumi tidak berhimpitan seperti pada sumbu globe (bola dunia). Rotasi Bumi dari arah barat ke timur. Arahnya persis sama dengan revolusi Bumi mengelilingi Matahari .
Kecepatan putaran Bumi diukur oleh banyaknya putaran per satuan
waktu. Bumi membutuhkan waktu 24 jam untuk melakukan satu putaran. Tepatnya 23
jam 56 menit 4 detik. Sekali rotasi, Bumi menempuh 360 bujur selama 24 jam.
Artinya 15 derajat (bujur) menempuh satu jam. Dengan demikian, tempat-tempat
yang berbeda 15 derajat akan berbeda waktu satu jam.
2. Meridian bumi
Meridian bumi ialah seperdua lingkaran besar
yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan Bumi. Jarak diantara dua
meridian yang melalui dua buah tempat, menunjukkan perbedaan bujur diantara dua
tempat itu.[1]
Dalam geografi, meridian adalah sebuah garis khayal pada
permukaan bumi, tempat kedudukan titik-titik dengan bujur yang sama, menghubungkan kutub utara dan kutub selatan. Dengan
demikian setiap titik di permukaan bumi memiliki meridiannya sendiri-sendiri.
Sebuah titik di suatu meridian ditentukan posisinya oleh lintang. Setiap
meridian selalu tegak lurus dengan lingkaran lintang. Tiap-tiap meridian
memiliki panjang yang sama, yaitu setengah dari lingkaran besar bola bumi.
Meridian yang melewati instrumen fundamental (lingkaran
transit) yang ada di Observatorium
Greenwich, Inggris, berdasarkan
persetujuan Internasional dianggap sebagai Meridian Utama atau Meridian
Standar. Meridian ini memiliki arti bujur nol derajat (0o). Meridian
lainnya diidentifikasi dengan sebuah sudut yang dibentuk oleh perpotongan
antara bidang meridian tersebut dan bidang Meridian Utama. Meridian pada sisi
bumi yang berlawanan dengan Greenwich (yang
merupakan setengah lingkaran lain dari sebuah lingkaran yang melewati Greenwich) adalah bujur
180°. Meridian lainnya terletak antara 0° dan 180° bujur barat di hemisfer
barat (barat Greenwich) dan antara 0° dan 180° bujur timur di hemisfer timur
(timur Greenwich).
3. Khatulistiwa/equator bumi,
Dalam geografi, garis khatulistiwa (dari bahasa Arab: خط الاستواء) atau ekuator (dari bahasa Inggris equator)
adalah sebuah garis imajinasi yang digambar di
tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet. Garis
khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua bagian belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah
0°. Panjang garis khatulistiwa Bumi adalah sekitar 40.070 km.
Bagian bumi
yang dilewati garis khatulistiwa ini kebanyakan samudra. Beberapa
tempat yang dilalui khatulistiwa di Indonesia adalah Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.
4. Garis bujur
Garis bujur adalah garis yang membentang dari
utara ke selatan dan memotong garis khatulistiwa sama besar, yaitu dari titik 0
derajat di Greenwich sampai titik 180 derajat barat timur yang titik pertemuan itu berada di samudra Pasifik yang sekaligus
sebagai titik garis batas tanggal international (international Date Line).[2] Ke arah
timur disebut bujur timur (-) dan kearah barat disebut bujur barat (+).
Bujur tempat biasanya diberi tanda huruf
Yunani λ (lamda) atau kadang ditulis ‘L’ atau ‘B’. Bujur tempat adalah jarak
dari tempat dimaksud ke garis bujur yang melalui kota Greenwich dekat London.[3]
5. Garis lintang
Adalah garis yang membentang dari barat ke
timur dan sejajar dengan khatulistiwa, yaitu dari titik 0 derajat di
khatulistiwa sampai titik 90 derajat di di kutub utara selatan.
Lintang (F) dibaca fi adalah jarak dari khatulistiwa ke kutub, di ukur melalui lingkaran
kutub ke arah utara daisebut lintang utara yang di beri tanda positif (+) dan
ke arah selatan diberi tanda negatif (-). Misalnya lintang Mekah (+21̊ 25’) ini berarti letak
kota Mekah berada di utara Khatulistiwa dengan jarak 21 derajat 25 menit.[4]
Gambar garis equator (khatulistiwa), lintang
dan bujur.
6. Internasional date line
Batas penanggalan internasional (bahasa Inggris: International Date Line) adalah
suatu garis khayal di permukaan bumi yang berfungsi untuk mengimbangi (offset) penambahan waktu
ketika seseorang bepergian menuju arah timur melalui berbagai zona waktu. Sebagian
besar garis ini berada pada bujur ±180°, di bagian Bumi yang berhadapan dengan garis
Bujur Utama (Prime Meridian). Garis ini berbentuk lurus kecuali saat
melewati wilayah Rusia dan pulau-pulau di Samudra Pasifik. 180̊ BB
berimpit dengan 180̊ BT yang melalui selat Bering dan Alaska, garis bujur 180̊
ini di jadikan pedoman pembuatan garis batas tanggal international.[5]
Fenomena pertama
berkaitan dengan masalah penanggalan mencuat sewaktu pelayaran keliling dunia oleh Ferdinand
Magellan. Magellan bersama para anak buah
kapal (ABK) kembali ke persinggahan milik Spanyol pada suatu hari
yang telah dipastikan menurut catatan pelayaran. Ternyata hari tersebut berbeda
dengan hari di daratan itu. Walaupun hal ini sekarang dapat dimengerti, banyak
orang yang terkejut pada saat itu.
Sebagian besar Batas Penanggalan Internasional mengikuti garis
bujur 180°. Dua penyimpangan terbesar dari garis bujur tersebut bertujuan untuk
menjaga keutuhan zona waktu internal beberapa negara. Di Pasifik Utara, batas
penanggalan berayun ke timur melalui Selat Bering dan kemudian ke
Barat melewati Kepulauan Aleutian untuk menetapkan Alaska (bagian dari Amerika Serikat) dan Rusia di dua sisi yang saling berhadapan sepenuhnya. Di Pasifik Tengah,
batas penanggalan dipindahkan pada 1995 supaya memanjang di sekeliling, daripada melalui, wilayah Kiribati. Sebelum
penggantian zona waktu ini, Kiribati dilalui oleh batas penanggalan; akibatnya,
kantor pemerintah di seberang garis hanya dapat berkomunikasi selama empat hari
ketika kedua sisi mengalami masa lima hari kerja secara serentak. Selain itu,
akibat dari revisi zona waktu itu ialah Pulau
Caroline memiliki status baru sebagai wilayah paling timur yang didiami
manusia yang memasuki tahun terawal,
suatu keunikan yang ditonjolkan oleh pemerintah Kiribati untuk menarik turis.
Batas Penanggalan Internasional dapat membingungkan para penumpang
pesawat terbang. Situasi yang paling menyusahkan biasanya terjadi pada
penerbangan singkat dari barat ke timur. Misalnya, untuk bepergian dari Tonga
menuju Samoa Amerika melalui udara membutuhkan waktu dua jam. Jika seseorang
berangkat pukul 12:00 pada hari Selasa, dia akan tiba pukul 14:00 pada hari
Senin. Sementara itu, seseorang di Samoa yang menanyakan penerbangan
keberangkatan kemungkinan dijawab tidak ada penerbangan hingga keesokan
harinya. Ada pula masalah yang timbul apabila si pengunjung mengulangi hari
Senin. Entri di jurnal dan foto mungkin tidak berurutan, dan jadwal pemakaian
obat seseorang bakal salah. Selain itu, mereka yang akan melanjutkan
penerbangan dengan pesawat lain mungkin akan memilih tanggal yang salah untuk
reservasi.
7. Cara menghitung jarak dalam satu garis bujur
Contoh:
Hitunglah jarak kota A ke Kota B dengan garis bujur yang
sama, 110o BT.
Data :
Kota
|
Bujur (λ)
|
Lintang (F)
|
A
|
110o BT
|
75o LU
|
B
|
110o BT
|
50o LU
|
K O (Keliling Lingk. Besar) = 2 p R2
AB (Busur AB) = 2 p R (
)
= 2 x
3,14 x 6378,1 (
)
=
2781,6 km
8. Menghitung jarak dalam satu garis lintang
Contoh:
Hitunglah jarak kota C dan D dengan garis lintang yang
sama, 60o LU
Data:
Kota
|
Bujur (λ)
|
Lintang (F)
|
C
|
50o BT
|
60o LU
|
D
|
80o BT
|
60o LU
|
K O =
2 p r
=
2 p (R x Cos F)
CD (Busur CD) = 2 p r (
)
= 2 p r (
)
= 2 p r (Ð T1 O T2)
= 2 p (R x Cos F) (Ð T1 O T2)
= 2 x 3,14 x 6378,1 x Cos 60o x (
)
= 1668,93 km
9.
Perubahan waktu
Waktu adalah bentangan masa yang tak berujung.
Karena itu waktu sulit dipahami kecuali kalau dipenggal-penggal menjadi
satuan-satuan masa yang terbatas. Pemenggalan waktu dilakukan oleh manusia
berdasarkan siklus pergerakan Bumi, bulan dan matahari yang berlangsung
teratur dan eksak.
Siklus rotasi bumi pada sumbunya menurut arah
barat-timur rotasi bumi menjadi acuan pemenggalan waktu kedalam satuan masa
yang dinamakan “hari”, yakni masa untuk satu kali rotasi.
Karena rotasi bumi dengan arah dari Barat ke timur maka terjadilah
peredaran semu harian matahari, bulan, dan bintang dari arah timur ke barat.
Waktu pun lalu mengalir dari timur ke barat juga. Kawasan-kawasan di timur
mengalami keadaan terbit dan terbenam matahari terlebih dahulu daripada
kawasan-kawasan di Barat.
Suatu tempat di bumi yang terletak
padan garis bujur yang berbeda, akan memiliki waktu yang berbeda pula. Karena
satu kali rotasi bumi berlangsung rata-rata dalam 24 jam, maka untuk selisih
waktu tersebut digunakanlah kaidah bahwa pada setiap selisih bujur 15o
yterjadi selisih waktu 1 jam, setiap selisih bujur 1o terjadi
perbedaan waktu 4 menit, setiap selisih bujur 15’ terjadi selisih waktu 1
menit, dan setiap selisih bujur 1’ terjadi selisih waktu 4 detik. Kaidah ini
juga digunakan dalam mengkonversi “t” (sudut waktu) menjadi jam.[6]
360 o
|
=
|
24 j
|
|
24 j
|
=
|
360 o
|
15 o
|
=
|
1 j
|
|
1 j
|
=
|
15 o
|
1 o
|
=
|
4 m
|
|
4 m
|
=
|
1 o
|
15’
|
=
|
1 m
|
|
1 m
|
=
|
15’
|
1’
|
=
|
4 d
|
|
4 d
|
=
|
1’
|
15”
|
=
|
1 d
|
|
1 d
|
=
|
15”
|
D.
Daftar Pustaka
Sayuthi
Ali, M., 1997, Ilmu Falak, Jakarta: PT Grafindo Persada.
Masfuka,
2009, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persasada Press Jakarta.
Sriyatin
Shadiq, t.t., Ilmu Falak 1, Surabaya.
Jamil,
A., t.t., Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi), Jakarta: Amzah.
Mushonnif,
Ahmad, 2011, Ilmu Falak, Yogyakarta: Teras.
[1]M. Sayuthi Ali,
Ilmu Falak, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1997), hlm. 67.
[2] Masfuka, Ilmu
Falaq, (Jakarta: Gaung Persasada Press Jakarta, 2009), hlm. 56-57.
[3] Sriyatin
Shadiq, Ilmu Falak 1, (Surabaya, ttd), hlm. 52.
[4] A. Jamil, Ilmu
Falak (Teori dan Aplikasi), (Jakarta: Amzah, tt), hlm. 9.
[5] Sriyatin
Shadiq, Ilmu Falak 1 (Surabaya, ttd), hlm. 52.
[6] Ahmad
Mushonnif, Ilmu Falak, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 51.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar