Selasa, 26 Mei 2015

Sudut Jam

A.    Pendahuluan
Langit ketika diamati mirip sebuah kubah raksasa yang didalamnya terdapat benda-benda langit seperti bumi, bulan, matahari, dan bintang yang seolah-olah menempel pada kubah tersebut. Kubah inilah yang dinamakan bola langit (celestial sphere). Bola yang dilihat hanyalah sebagian yang dibatasi oleh bidang atau lingkaran yang disebut horizon atau kaki langit.
      Sistem koordinat sudut jam adalah sebuah cara yang kita pakai ketika kita akan menentukan sebuah tempat di bola langit. Lain halnya ketika kita akan mencari suatu tempat pada bidang datar, kita bisa menggunakan koordinat x dan y untuk memetakan dimana tempat tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan dalam bola langit kita tidak memakai garis lurus sebagaimana di permukaan yang datar. Dalam bola langit kita memakai garis lengkung (busur) sesuai dengan bola langit.
Pada sistem ini terdapat dua lingkaran besar yang dijadikan sebagai patokan yaitu lingkaran horizon dan lingkaran deklinasi. Dimana lingkaran horizon berkaitan dengan posisi pengamat sedangkan lingkaran deklinasi tidak berkaitan dengan posisi pengamat.
Pemahaman terhadap materi sistem koordinat jam sangat penting, karena hal ini berkaitan dengan materi-materi selanjutnya terkait masalah perhitungan waktu shalat, awal bulan kamariah, gerhana matahari dan bulan, dan yang lainnya. Sehingga dengan dipahaminya materi ini akan lebih memberikan pemahaman seputar materi-materi ilmu falak secara eksplisit dan komprehensif. 
B.     Pembahasan
1.      Khatulistiwa/Equator Langit
Equator langit atau ma’dil al-nahar merupakan lingkaran besar pada bola langit yang merupakan perluasan atau proyeksi dari khatulistiwa bumi (Nawawi, 2010: 11). P. Simamora (1986: 11) menambahkan bahwa khatulistiwa langit adalah lingkaran besar yang bidangnya melalui titk pusat bola langit dan tegak lurus pada sumbu langit. 
Selamet Hambali (2011: 53) menyatakan bahwa:
Equator langit teratas diberi tanda E, sedangkan equator terbawah diberi tanda Q. Disamping itu equator langit juga melewati titik B (barat) dan titik T (timur), sehingga sewaktu matahari melintasi khatulistiwa maka matahari akan terbit tepatdi titik T dan terbenam tepat di titik B. 
1
Posisi equator langit dengan vertical tidak menentu. Suatu ketika berhimpit, kemudian pada saat yang lain membentuk sudut. Equator langit berhimpit dengan lingkaran vertikal ketika orang (peninjau) berada di daerah khatulistiwa bumi (garis lintang 0º). 
Besar sudut yang di bentuk oleh equator langit dengan lingkaran vertikal dinyatakan dengan jarak ZE. Besarnya ZE ditentukan oleh besarnya garis lintang . Sehingga kalau garis lintangnya 10º maka ZE pun 10º.

Gambar; 1.
Keterangan:
Z          = Zenith
E          = Equator Langit
EQ       = Garis Khatulistiwa Langit
EBQT  = Lingkaran Equator Langit

2.      Sumbu Langit
Sumbu langit seperti yang di ungkapkan oleh Simamora (1986: 11) adalah sumbu tempat berputar bola langit. Jadi ketika sumbu bumi di perpanjang akan membentuk sumbu langit atau poros langit. Atau juga bisa dikatakan bahwa sumbu bumi atau poros langit merupakan garis yang menghubungkan kutub utara bumi dengan kutub selatan bumi (Hambali, 2011: 61). Sumbu langit atau poros langit tegak lurus dengan equator langit atau khatulistiwa langit atau ma’dil al-nahar

3.      Tingggi Kutub
Tinggi kutub adalah  sudut di atas ufuk yang dibentuk oleh kutub langit dengan ufuk dan besar kecilnya sudut tersebut ditentukan oleh besar kecilnya lintang tempat. ( Hambali, 2011: 61). Dengan kata lain bahwa tinggi kutub adalah lintang tempat.
Gambar; 2.
Keterangan:
TK (tinggi kutub) = LT (Lintang tempat)
Sumbu langit   = garis yang menghubungkan titik KLU dengan KLS
Tinggi kutub    = jarak titik KLS dengan titik S yang besarnya sama dengan  ZE

4.      Lingkaran waktu
Setiap benda langit yang berada di sekitar bumi akan tampak berjalan dari timur kearah barat dengan tegak lurus terhadap poros bumi atau poros langit. Benda-benda langit ini berputar mengelilingi bumi dan membentuk sebuah lingkaran besar yang dinamakan dengan lingkaran waktu atau lingkaran deklinasi atau lingkaran jam. Lingkaran ini melalui titik KLU dan KLS. Dinamai dengan lingkaran waktu dikarenakan benda langit yang ada pada satu lingkaran waktu akan mencapai titik kulminasi atas pada waktu yang sama pula.(Hambali, 2011: 63).
Fungsi dari lingkaran waktu ini adalah untuk mengukur deklinasi (al-mayl) sebuah benda langit. Kita ketahui bahwa deklinasi (al-mayl) sebuah benda langit adalah jarak sudut dari benda tersebut ke lingkaran equator yang diukur melalui lingkaran waktu yang melalui benda langit tersebut. (Azhari, 2007: 27).
Abd Salam Nawawi (2010: 11) menyatakan bahwa “ lingkaran deklinasi adalah lingkaran yang ditarik dari kedua kutub langit dan memotong tegak lurus equator”. Hal senada di ungkapkan juga oleh Muhyiddin Khazin, (2005: 20) bahwa lingkaran deklinasi ialah lingkaran yang ditarik dari kutub utara langit ke kutub selatan langit melalui suatu benda langit, tegak lurus pada lingkaran equator langit. Lingkaran ini digunakan untuk pengukuran deklinasi suatu benda langit, yakni diukur sepanjang lingkaran deklinasi dari equator langit sampai suatu benda langit tersebut.
Simamora, P., (1985: 12) menyebutkan bahwa:
Lingkaran deklinasi bersamaan sifatnya dengan lingkaran vertikal pada susunan koordinat horizon. Perbedaannya ialah:
a.       Lingkaran vertikal bergaris menengahkan garis vertikal dan tegak lurus pada horizon.
b.      Lingkaran deklinasi bergaris menengahkan sumbu langit dan tegak lurus pada ekuator langit.

5.      Lingkaran Meridian Langit
Lingkaran meridian pada dasarnya adalah merupakan lingkaran waktu, hanya saja ia mempunyai keistimewaan, yaitu melalui titik zenith dan nadir. Maskufa (2010:62) memberikan pengertian bahwa meridian langit atau biasa disebut meridian saja, yaitu:
Meridian adalah lingkaran besar yang melalui zenith dan kutub bola langit, ia biasanya digambarkan berimpit dengan bidang gambar selain memuat titik zenith dan titik nadir juga memuat kutub utara langit, kutub selatan langit, titik utara dan titik selatan. Bila pengamat berada di bagian belahan bumi bagian utara, maka kutub utara langit berada di atas ufuk dan kutub selatan berada di bawah ufuk, dan sebaliknya apabila pengamat berada di belahan bumi bagian selatan,maka kutub utara langit berada di bawah ufuk dan kutub selatan langit berada di atas ufuk. Jika matahari sedang berkulminasi maka kedudukan titik pusatnya berada tepat di meridian.

Sedangkan P. Simamora (1985: 11) menyatakan bahwa Meridian langit suatu tempat ialah bidang yang melalui pusat bumi, terletak tegak lurus pada horizon dan melalui Zenit/Nadir tempat itu, kedua kutub utara/selatan langit dan kedua titik utara/selatan. Secara singkat A.Jamil (2009: 8) menyatakan bahwa meridian adalah lingkaran vertikal yang berhimpit dengan bidang gambar dan tegak lurus pada horizon.

    Gambar; 4.
Keterangan :
X diumpamakan sebuah bintang. Lingkaran yang melewati titik KLU dan KLS merupakan lingkaran waktu bintang X. lingkaran meridian adalah lingkaran yang melalui titik KLS, Z, E, U, KLS KLU, N, Q, dan S.


6.      Sudut Waktu
Pada saat matahari berkulminasi, lingkaran deklinasinya berhimpit dengan lingkaran meridian. Kedua lingkaran tersebut berpotongan dan membentuk sudut pada kutub langit yang dinamakan dengan sudut waktu.Lambangnya huruf t. ( Nawawi, 2006:15). Dimsiki Hadi menyatakan (2009: 44) bahwa sudut waktu atau sudut jam suatu benda langit adalah pergeseran sudut posisi di arah barat atau timur meridian setempat yang merupakan akibat perputaran bumi pada sumbunya dengan kecepatan sudut 15º per jam.
Sudut waktu itu dinamakan demikian,  karena untuk semua benda langit yang terletak pada lingkaran waktu yang sama berlaku kaidah: bahwa jarak waktu yang memisahkan mereka dari kedudukan mereka pada saat berkulminasi adalah sama. Dengan perkataan lain, benda-benda langit yang terletak pada lingkaran waktu yang sama akan berkulminasi pada saat yang sama pula. Besarnya sudut waktu menunjukkan berapa jumlah waktu yang memisahkan benda langit yang bersangkutan dari kedudukannya sewaktu berkulminasi. (Rachim, 1983: 7)
Slamet Hambali,  (2011: 64) menyatakan bahwa perhitungan sudut waktu dimulai dari meridian atas dan berakhir pada meridian bawah. sehingga waktu terbagi menjadi dua bagian,yaitu waktu di belahan langit bagian barat dan waktu belahan langit bagian timur.Di belahan barat sudut waktu positif, sebaliknya di bagian timur sudut waktu negatif.Sudut waktu positif berkisar antara 0˚ sampai 180˚, demikian juga sudut waktu negatif berkisar antara 0˚ sampai 180˚. Jumlah kedua sudut waktu seluruhnya adalah sebesar 360˚, yang ditempuh oleh matahari selama 24 jam. Dengan demikian maka dapat di simpulkan bahwa;
 = 15˚
 = 1˚
 = 15̍
  = 1̍

   Gambar; 5.
Sudut waktu pada gambar 5, adalah sudut yang di bentuk oleh lingkaran waktu bintang X dengan meridian yaitu sudut EOK.

7.      Sudut Deklinasi
Slamet Hambali (2011: 63) menyatakan bahwa Jarak yang dibentuk lintasan matahari dengan khatulistiwa dinamakan deklinasi. Deklinasi suatu benda langit adalah jarak sudut dari benda langit tersebut ke lingkaran ekuator yang diukur melalui lingkaran waktu atau lingkaran deklinasi yang melalui benda langit tersebut diawali dari titk perpotongan antara lingkaran waktu itu dengan ekuator hingga titik pusat benda langit itu. (Azhari,2001 : 33).
Sudut deklinasi setiap benda langit adalah sudut antara sinar dari benda langit yang mengenai bumi dengan bidang ekuator. Hadi (2009:48). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sudut deklinasi adalah sudut yang diukur dari benda langit sampai ekuator melalui lingkaran waktu. Ketika posisi benda langit tepat berada pada lingkaran ekuator/ khatulistiawa, maka harga deklinasinya 0º. Harga deklinasi yang terbesar yang dicapai oleh suatu benda langit adalah 90 º yaitu manakala benda langit tersebut persis berada pada titik kutub langit.(Azhari, 2001 : 33).
Pada saat matahari melintasi khatulistiwa deklinasinya 0˚. Hal ini terjadi sekitar tanggal 21 Maret dan tanggal 23 September. Setelah matahari melintasi khatulistiwa pada tanggal 21 Maret matahai bergeser ke utara hingga mencapai garis balik utara (deklinasi +23˚ 27̍) sekitar tanggal 21 Juni,kemudian kembali bergeser ke arah selatan sampai pada equator lagi sekitar tanggal 23 September, setelah itu terus menuju ke arah selatan hingga mencapai titik balik selatan (deklinasi -23˚ 27̍) sekitar tanggal 22 Desember, kemudian kembali ke arah utara hingga mencapai katulistiwa lagi sekitar tanggal 21 Maret. Demikian seterusnya.(Hambali, 2011: 55)
    Gambar; 6.
Keterangan:
Sudut deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh sudut KOX, dimana X adalah sebuah bintang.
Agar lebih jelas dapat dilihat pada daftar deklinasi dibawah ini dengan angka pembulatan yang berlaku untuk setiap tahun.

Tanggal
Deklinasi Matahari
Tanggal
22 Desember
21 Januari
08 Februari
23 Februari
08 Maret
21 Maret
04 April
16 April
01 Mei
23 Mei
21 Juni
-23˚ 30’
-20˚
-15˚
-10˚
-5˚
 +5˚
+10˚
+15˚
+20˚
+23˚ 30’
22 Desember
22 November
03 November
20 Oktober
06 Oktober
23 September
10 September
28 Agustus
12 Agustus
24 Juli
21 Juni

Namun untuk lebih lengkapnya deklinasi dapat dilihat dalam tabel pada almanak Nautika atau ephemeris untuk markaz yang akan dihitung sesuai dengan perkiraan waktu yang telah ditetapkan. Pada daftar ephemeris untuk data matahari disusun daftar deklinasi untuk setiap tanggal dan setiap jam pada kolom Apperent Declinatioan pada data matahari. (Supriatna, 2007: 25)

8.      Waktu Hakiki/Waktu Istiwak
Waktu Istiwa’i atau waktu hakiki atau waktu syamsi adalah waktu yang didasarkan pada peredaran semu matahari yang sebenarnya. Ketika matahari berkulminasi atas pada jam 12 siang di tempat itu. Waktu Istiwa’ ini dalam astronomi dikenal dengan Solar Time.(Khazin, 2005: 90)
Oleh karena waktu hakiki didasarkan pada titik kulminasi ,maka satu tempat dengan yang lain menurut arah barat timur waktunya berbeda walaupun didalam satu kota, apalagi berlainan kota.  Pada saat mataari berkulminasiatas, (12.00.00) sudut waktu adalah = 0˚. Dengan demikian perubahan sudut waktu menentukan berubahnya waktu hakiki.(Hambali, 2011: 81)

Rumus dan Contoh Perhitungan
1.      Sudut waktu
            Rumus:
            cos t = - tg ϕ x tg d + sin h : cos ϕ : cos d
contoh:
diketahui Lintang tempat ϕ     = - 6˚ 53” LS
deklinasi matahari δ                = + 6˚54’ 14”
tinggi matahari                        = -1˚
maka, perhitungan sudut waktu adalah:
cos t = -tan- 6˚ 53”  x tan 6˚54’ 14” + sin-1˚ : cos - 6˚ 53”: cos 6˚54’ 14” cos t = -3.090690108
t       = 90˚10’37,5”
2.      Sudut deklinasi
Rumus untuk menghitung deklinasi matahari ada berbagai macam. Berikut ini rumus yang ditemukan Cooper dan Fletcher.
Cooper I : δ = 23.45˚ sin [ 360˚ x ]
Cooper II: δ = 23.45˚ sin [  (N-81)]
Cooper III : δ =  sin (  (N-81))]
Fletcher I : δ = -23.44˚ cos (360˚ (N+10) : 365)
Fletcher II: δ = -23.44˚ sin  (360˚ (N+284) : 365)
N = menyatakan nomor urut hari dalam satu tahun
Bulan
N tanggal
Tanggal
N
-δ (˚)
Januari
O
17
17
-20,9
Februari
31
16
47
-13,0
Maret
59
16
75
-2,4
April
90
15
105
9,4
Mei
120
15
135
18,8
Juni
151
11
162
23,1
Juli
181
17
198
21,2
Agustus
212
16
228
13,5
September
243
15
258
2,2
Oktober
273
15
288
-9,6
November
304
14
318
-8,9
Desember
334
10
344
-23,0
Ket. Untuk tahun Kabisat, nilai N setelah Februari/ mulai Maret harus ditambah 1 karena dalam tahun kabisat umur bulan Februari  29 hari dengan jumlah hari dalam setahun 366 hari. Dengan demikian nilai sudut deklinasi berubah sedikit. Sedangkan untuk tahun basithah tidak perlu ditambah karena bulan Februari berjumlah 28 dan jumlah hari 365.
Contoh Perhitungan:
a.       Hitunglah besar sudut deklinasi matahari pada tanggal 15 April 2014!
nilai N untuk 15 Mei = 105; bila dimasukkan dalam rumus  Cooper I
δ =  23.45˚ sin [ 360˚ x ]
   = 9º24’53,62”

b.      Hitunglah sudut deklinasi matahari pada tanggal 15 Mei 2014!
15 Mei nilai N= 135, bila dimasukkan dalam rumus  Cooper I
δ  = 23.45˚ sin [ 360˚ x ]
    = 18º47’30,9”

3.      Waktu hakiki
            Waktu hakiki = pukul 12.00.00 + sudut waktu
a.       Diketahui sudut waktu = 30˚
                        Waktu hakiki = pukul 12.00.00 + 30˚
                                             = 12.00.00 + 2 j (15˚=1 j)
                                 = 14.00.00
b.      Diketahui sudut waktu = - 45˚
                        Waktu hakiki = pukul 12.00.00 + (-45˚)
                                               = 12.00.00 - 45˚
                                               = 12.00.00 – 3j
                                                = 9.00.00
c.       Diketahui sudut waktu = 130˚
Waktu hakiki = pukul 12.00 + 130˚
                                                = pukul 12.00.00 +
                                                = 12.00.00 + 8j 40m
                                                = 20.40.00
                       
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan, 2001, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi.
----------------------, 2005, Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka.
---------------------, 2008, Ensiklopedia Hisab Rukyat,cet II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadi, Dimsiki, 2009, Sains Untuk Kesempurnaan Ibadah, Penerapan Sains dalam Peribadatan, Yogyakarta: Prima Pustaka
Hambali, Slamet, 2011, Ilmu Falak I, Semarang: Program Pascasarjana Walisongo, 
Hollander, H.G. Den, 1951, Ilmu Falak, Jakarta: J.B Wolters
Jamil, A, 2009, Ilmu Falak, Jakarta: Amzah
Khazin, Muhyiddin, 2008, Ilmu Falak:Dalam Teori dan Praktki, Yogyakarta: Buana Pustaka
Maskufa, 2009, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persada.
Nawawi, Abd Salam, 2010, Ilmu Falak; Cara Praktis Menghitung Waktu Shalat, Arah Kiblat, dan Awal Bulan, Sidoarjo: Aqaba
Rachim, Abd., 1983, Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty.
Simamora, P., 1985, Ilmu Falak (kosmografi), Jakarta: Pedjuang Bangsa
Sodiq, Sriyatin, 1994, Ilmu Falak, Surabaya: Universitas Muhammadiyah   Surabaya.
Supriyatna, Encup, 2007, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, Bandung:PT. Refika Aditama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar